Demikian ketika Paulus dipenjara, Paulus melihat dirinya mirip Yusuf, mirip Yohanes Pembaptis, dan Paulus mengatakan “kalau begitu pemenjaraanku adalah tanda Tuhan akan menyebarkan Injil kemana-mana”. Mengapa pemenjaraan orang benar adalah tanda bahwa Injil akan berlimpah disebarkan kemana-mana? Ada 3 hal, yang pertama, pemenjaraan orang benar membuat orang sadar hanya Kristus Raja yang baik, hanya Kristus Raja yang adil, maka mereka makin gencar memberitakan Injil. Dan InjilNya adalah Injil yang relevan dengan seruan dari orang-orang yang meminta keadilan Tuhan. Saudara kalau berpikir bagaimana strategi orang-orang menginjili waktu itu? Mereka tidak menginjili seperti ini “apakah kamu mau menerima Tuhan Yesus? Kalau kamu mau terima Tuhan Yesus, kamu tidak akan sakit, tidak akan menderita, tidak akan miskin”, tidak ada Injil seperti itu. Lalu mereka memberitakan Injil seperti apa? Mereka akan memberitakan Injil seperti ini, “sudah lihat pemerintah yang tidak adil? Saya akan memberi tahu kepadamu Raja yang adil. Yesus yang rela mati bagi kamu. Raja dunia mematikan orang untuk dia bisa bertahta, Raja ini mematikan diriNya untuk engkau dan Dia bertahta bersama-sama. Kamu mau raja yang seperti apa?”. Konsep tentang tuan dirombak oleh Allah. Injil mengkritik pengertian tuan dan hamba dari dunia ini. Dunia tahu ada tuan yang keras dan hamba yang diperbudak. Akhirnya kita pun kenalnya seperti itu, “Allahku Allah yang keras, yang menindas. Maka saya juga akan keras dan menindas”, ini salah. Paulus memberitakan Allah yang baik adanya, lalu Allah yang baik ini adalah Allah yang membebaskan, bukan menindas. Maka Injil memberitakan tentang Allah yang siap membebaskan kita dari belenggu apa pun, belenggu pemerintah yang korup, belenggu hawa nafsumu, belenggu dosa dan belenggu murka Allah. Kamu akan dibebaskan dari ini. Dan Injil menemukan relevansinya di tengah dunia yang tidak adil. Maka semakin pemimpin keras menindas orang benar, makin Injil diperlukan oleh masyarakat. Paulus mengatakan “apakah kamu tahu pemenjaraanku sudah menjadi bukti bahwa aku dipenjarakan karena Injil”, maksud Paulus adalah pemenjaraannya adalah pemenjaraan dimana Injil akan semakin nyata kebutuhannya. Dan Paulus mengatakan semakin banyak orang memberitakan Injil karena dia dipenjara. Mereka mau mengatakan “mengapa Paulus bisa dipenjara? Mengapa pemimpin agama kita korup? Mengapa pemimpin agama kita tidak mengenal Allah yang mengasihi? Karena mereka tidak mengenal Mesias, karena mereka tidak kenal Kristus. Dan aku memberitakan Mesias itu”. Paulus dipenjara kemungkinan di Kaisarea karena dia banyak berelasi dengan orang-orang istana di situ. Itu sebabnya Paulus mengatakan “sudah jelas bagi orang di istana (istana di Kaisarea) bahwa aku dipenjarakan karena Injil. Dan mereka semakin giat memberitakan Injil kemana-mana, karena mereka tahu waktunya sudah tiba”. Waktu untuk Injil disebarkan. Maka ketidak-adilan sosial adalah alasan mengapa Saudara mesti menginjili. “Kamu tidak bisa dipimpin oleh raja yang lalim. Kamu hanya bisa menikmati hidup dipimpin oleh Raja yang adil, yang berkorban nyawa bagi kita, Raja yang memberi hidup kekal dengan memberikan hidupNya bagi kita. Ini Raja tidak ada di mana-mana”. Tidak ada presiden yang seperti ini, tidak ada pemimpin dunia seperti ini, tidak ada diktator seperti ini. Hanya Kristus, maka Dialah satu-satunya yang ditinggikan dengan kuasa mutlak karena Dia rela kehilangan kuasa. Daud adalah contoh yang minor tentang seorang raja yang rela kehilangan kuasa demi Tuhan, dan Kristus adalah penggenapannya. Kristus bahkan rela kehilangan nyawa demi Tuhan dan demi orang percaya. Itu sebabnya Injil menemukan tempat yang tepat di dalam kondisi sosial yang bobrok, ini yang harus kita pelajari. Kalau kondisi sosial bobrok, kita mesti melakukan apa? Mesti beritakan Injil, karena inilah solusi dari problem.
Dalam pemikiran seorang bernama E.P. Sanders, dia dianggap pelopor dari new perspective. New perspective ini alisan besar sekali, jadi kalau orang mengatakan “kita kritik new perspective”, “yang mana? Aliran itu terlalu besar dan beragam”. Dari satu orang teolog new perspective juga sering berdebat dengan teolog lain dari aliran yang sama. Itu sebabnya tidak bisa dipukul satu sama rata, tapi ada satu kesamaan dari new perspective yaitu menekankan bahwa orang Yahudi dan budaya Yahudi sudah terlalu banyak diabaikan waktu orang membaca Perjanjian Baru. Tradisi Yahudi dan kebiasaan Yahudi sudah dilupakan, itu bahaya. Kita tidak bisa lupa Paulus itu orang Yahudi, kita tidak bisa lupa bahwa Perjanjian Baru adalah penggenapan Perjanjian Lama, dan Perjanjian Lama adalah Kitab Suci orang Yahudi. Ini new perspective, menekankan kembali pentingnya second temple judaism, Yudaisme penting untuk memahami Perjanjian Baru, ini yang sama dari mereka, tapi kesimpulan banyak yang berbeda. E.P. Sanders mengatakan bahwa Paulus mempunyai pengertian Injil justru relevan kalau ada penderitaan, kalau ada sengsara. Dimana ada sengsara, di situ Injil mesti dinyatakan. Tapi Injil harus dinyatakan dengan cara yang klop. Kalau yang kacau itu pemerintah dan ketidak-adilan yang terjadi, beritakan Injil yang memberi harapan ada perbaikan. Bukan beritakan Injil yang minta orang lari dari dunia. Nyatakan kalau Kristus bertahta, semua korup seperti ini akan hilang, ini yang kita harapkan. Setiap kali hati kita dihancurkan oleh karena kondisi yang kacau, yang terjadi di politik, militer, kepolisian, atau dimana pun di negara ini, membuat kita sadar sangat perlu untuk Injil diberitakan. Dan semakin orang mendengar berita Injil, begitu akhirnya Injil masuk ke dalam daerah yang perlu, di dalam level yang diperlukan, Tuhan akan memberikan perubahan.
Di dalam buku/lecture/kuliah yang akhirnya menjadi buku dari Herman Bavinck. Herman Bavinck memberikan kuliah yang judulnya Philosophy of Revelation, filsafat pewahyuan, di bagian seperempat menuju akhir, dia berbicara bagaimana Injil mengubah budaya secara lambat tapi pasti.