Banyak hal menakjubkan terjadi waktu kita mau berbagian. Itu sebabnya orang Kristen tahu dunia perlu Kristus, maka saya akan hadir. Itu sebabnya Dia hadir. Hadir untuk apa? Kristus waktu hadir ke dunia, Dia tidak hadir dengan diam-diam. “Aku menyatakan kehadiran Tuhan”, lalu Dia hadir statis. Diam seperti patung, “mengapa engkau diam seperti patung?”, “karena aku adalah gambar dan rupa Allah”, gambar itu patung. Tidak bisa. Paulus mengatakan di dalam Kis.17, “kamu adalah keturunan Allah, maka Allah tidak mungkin dipatungkan”. Allah dinyatakan oleh orang hidup, bukan oleh patung mati. Calvin mengatakan image yang mati tidak bisa menunjukkan Allah. Gambar yang hidup yaitu manusia adalah gambar Allah yang sejati. Allah ada di dalam dunia dan dia tidak pasif, Allah bertindak dan Allah berbicara. Demikian orang Kristen ada di dalam dunia. Orang Kristen tidak pasif, orang Kristen bertindak dan berbicara. Mengapa banyak orang Kristen pasif? Ini bukan naturnya Kristen. Banyak orang Kristen cuma peduli hidupnya sendiri. “Pekerjaanku aman, yang penting pemasukanku aman”, sampai kapan natur Kristen yang sangat kuat engkau hilangkan dari hidupmu? Kita sudah terlalu lama tidak menjadi pejuang untuk Kristus. Kita cuma tahu hidup aman, cuma tahu santai, cuma tahu keamanan diri, itu bukan orang Kristen. Memalukan. Maka siapa yang tidak menyatakan kehadiran Tuhan yang bertindak, dia bukan orang Kristen. Orang Kristen itu saksi, dan saksi itu bertindak dengan perkataan dan pekerjaan yang nyata. Kristus hadir dan Dia bertindak, Kristus hadir dan Dia berkata-kata. Coba lihat waktu Yesus hadir, adakah diabaikan penderitaan orang, adakah diabaikan ketidak adilan? Dia berseru menyatakan ketidak-adilan. Waktu dia melihat ada janda persembahkan 2 peser, seluruh nafkah. Harusnya dia hidup dari situ, dia masukkan semuanya untuk persembahan. Tuhan Yesus mengatakan “engkau melihat perempuan itu? Dia mempersembahkan semuanya seluruh nafkahnya”. Kita salah baca dalam bagian itu, kita pikir bagian itu menginginkan kita untuk mempersembahkan semuanya seperti janda itu. Gereja jahatnya seperti ini “lihat janda mempersembahkan semua, kamu juga harus persembahkan semua.” Tidak! Karena setelah Yesus bicara soal janda yang memberikan 2 peser, seluruh persembahan dia untuk Bait Suci. Yesus mengatakan “Bait suci harus hancur”. Mengapa harus hancur? “Karena memeras orang seperti ini, hamba Tuhannya menerima uang, jemaatnya disuruh memberi uang”. Ini tidak terjadi di GRII. Kalau Saudara bertanya “bangunan itu perlu janji iman, apakah bapak ikut janji iman?”, saya janji iman dengan persentase mungkin lebih besar dari Saudara.Itu sebabnya kalau hamba Tuhan tidak pernah memberi uang, jemaatnya hanya disuruh untuk memberi uang, Tuhan marah sekali. Banyak gereja Karismatik seperti ini. Pendetanya kaya-raya, jemaatnya miskin mati-matian memberikan perpuluhan. Perhatikan baik-baik, hamba Tuhan kaya, buang dia jadi hamba Tuhan. Dia bukan hamba Tuhan, tapi hamba setan. Hamba setan yang mau cari hidup mewah, hamba setan yang mau perkaya diri, hamba setan yang mau peras jemaat, Tuhan Yesus mengatakan “Bait Suci hancur karena memanipulasi orang miskin. Demikian gereja saya doakan hancur kalau memanipulasi jemaat yang sudah miskin, suruh beri persembahan, supaya pendetanya bisa hidup mewah. Pendeta pakai mobil mewah, pendeta punya rumah mewah, celakalah dia. Ketika Kristus marah kepada Bait Suci, ini menjadi tindakan sosial dari Kristus, karena Dia mengatakan Bait Suci harus hancur, itu menjadi masalah bagi Dia. Kalau Yesus mau hidup aman, sebaiknya tidak mengatakan seperti itu. Biar hidup baik-baik, nanti dapat persembahan dari jemaat, bisa hidup tenang. Jangan singgung-singgung politik, jangan usik-usik yang sedang tidur, jangan bangunkan macan tidur. Tapi Yesus membangunkan semua macan yang tidur. Pemimpin-pemimpin Farisi langsung mencatat “orang ini mengatakan Bait Suci harus hancur, ini penistaan agama”. Maka ketika Yesus ditangkap, orang mengatakan “Dia pernah mengatakan Bait Suci harus hancur”, ini menjadi sengsara bagi Yesus karena Dia membela kebenaran. Tuhan Yesus tidak diam, Dia ada di dunia dan bertindak. Dia menyatakan ketidak-setujuannya terhadap ketidak-adilan.
Itu sebabnya ketika Yesus mulai melakukan pelayanan, ada orang lain yang juga dipenjara, ini tema pemenjaraan lagi. Yaitu Yohanes Pembaptis, orang seperti Yohanes Pembaptis dan pengikutnya tahu bahwa di dalam Yesaya 61 dikatakan “setelah orang benar dimasukkan ke penjara, banyak orang benar dimasukkan ke penjara, Tuhan akan bertindak”. Ini yang menjadi pengharapan orang Yahudi, bahwa pemenjaraan selalu akan berlanjut dengan pembelaan dari Tuhan. Allah akan membela orang benar yang dipenjara. Maka orang Yahudi percaya tanda Tuhan akan bertindak menghakimi adalah banyak orang benar dimasukkan ke penjara. Siapa orang benar yang dimasukkan ke penjara? Yohanes Pembaptis. Mirip dengan Yusuf, Yohanes Pembaptis dipenjara padahal dia tidak bersalah. Dia cuma berkhotbah hal yang wajar, dia cuma mengatakan hal simple. Saudara kalau membaca apa yang Yohanes Pembaptis katakan, dia tidak menegur Herodes dengan sangat keras. Dia cuma mengatakan “Herodes, kamu mengambil istri dari saudaramu sendiri, itu tidak halal”, teguran ini bukan teguran kasar, ini teguran penuh cinta kasih. Saya percaya Yohanes Pembaptis ada relasi dengan Herodes, bukan relasi keluarga tapi saling kenal. Banyak contoh di dalam Kitab Suci, nabi-nabi besar punya relasi dengan para raja. Yesaya kenal dekat dengan Raja Hizkia, Elia meskipun benci Ahab, tapi dihormati oleh Ahab. Elisa meskipun sangat tidak suka Yoram, tapi Yoram sangat menghormati Elisa. Demikian Yohanes Pembaptis dihormati oleh Herodes, ada hint itu di dalam Kitab Suci. Ketika Herodes ditegur, ini teguran teman, bukan teguran yang keras atau kasar dari orang yang tidak kenal dengan mengatakan “Herodes, matilah kamu”, tidak seperti itu. Yohanes Pembaptis mengatakan “Herodes, kamu sekarang menjadi pemimpin Israel, meskipun orang Israel tidak terima tapi faktanya kamu adalah raja. Kalau kamu adalah raja, takutlah akan Tuhan, jangan hidup sembarangan, jangan ambil Herodias menjadi istrimu. Dia istri dari saudaramu, mengapa kamu mengambil dia?”, ini teguran cinta kasih. Apakah Herodes marah karena ditegur seperti itu? Alkitab mencatat Herodes gelisah hatinya, tapi istrinya yang dia ambil lebih suka kepada Herodes, “saya lebih cinta dia, mengapa ada nabi aneh ini menegur saya?”, maka yang lebih galak itu istrinya. Hati-hati perempuan yang galak, bertobatlah kamu. Perempuan tidak bisa menjadi galak, tanpa menjadi tidak berdosa. Perempuan galak pasti berdosa, laki-laki galak juga bisa berdosa. Cuma kalau perempuan galak, natur dia hilang sama sekali, keanggunannya hilang, cinta dan penghormatan kepada suami akan hilang kalau istri galak. Para istri yang galak, nanti sampai rumah berlutut mohon pengampunan dari Tuhan, “Tuhan, jadikan saya tidak galak lagi. Kalau biasanya saya bicaranya pedas, kali ini biarkan saya bicaranya seperti madu”, pedas dan madu lebih bagus mana? “Madu kan membuat orang sakit gula?”, ini kan madu rohani, jadi tidak ada sakit gula rohani. Biar Saudari menjadi lemah lembut, biar perempuan memamerkan kelemah-lembutan yang menyeimbangkan keluarga. Jangan galak, jangan bicara kasar, jangan keluarkan kata-kata tajam, jangan pernah. Saya bersyukur punya istri yang tidak pernah keluarkan kata-kata kasar, dia tidak pernah sakiti hati saya dengan kata-kata tajam, dia tidak pernah sindir untuk menyakiti hati saya. Sepanjang pernikahan sampai saat ini, belum pernah ada satu kali kalimat yang keluar dari mulutnya yang membuat saya sakit hati. Saudara teladani perempuan seperti istri saya, teladani perempuan-perempuan yang dicontohkan oleh Alkitab. Perempuan bukan perempuan yang tidak punya pendirian, istri saya punya pendirian, dia tegas tapi dia tidak pernah kasar. Ini yang para istri harus ketahui, kalau engkau bicara kasar kepada suamimu, cinta dan penghormatan suamimu akan surut. Kasar lagi surut lagi, kasar lagi surut lagi. Sudah surut, suamimu jadi tidak lagi mencintai kamu, cuma terpaksa hidup dengan kamu karena tidak ada pilihan. Mau punya keluarga seperti itu? “Suami saya tidak ada apa-apa, masih setia sama saya”, dia masih setia karena dia takut Tuhan. Tahan derita dengan istri yang cerewet, galak, jangan sampai seperti itu. Dan Suami yang kejam kepada istri, bertobat sebelum kamu dimatikan oleh Tuhan, ini peringatan saya untuk para suami. Tuhan lebih keras memperingatkan suami. Suami yang suka memukul istri, hati-hati, Tuhan akan pukul kamu, mati. Lalu istri jangan kasar, jangan bicara sembarangan, jangan sakiti hati orang, jangan sakiti hati anak, jangan sakiti hati suami. Kalau kamu mau marah, telan dulu marahnya sampai kelembutanmu yang keluar, itu baru istri yang baik. Mari perempuan-perempuan jadi istri yang baik. Tapi istri Herodes tidak begitu, dia perempuan yang jahat sekali, “ada orang yang membuat posisi saya goyah. Saya mesti matikan dia”, maka dia terus profokasi suaminya “kamu raja mengapa tidak punya ketegasan? Apakah seorang nabi boleh mengatakan seperti itu tentang kamu?”. Ini bukan Herodes Agung, karena Herodes Agung adalah orang yang sudah mati sebelum Yesus lahir. Herodes Agung itu yang jahat, yang membunuh istri dan ibunya sendiri. Herodes di sini adalah anaknya Herodes Agung. Herodias mengatakan “kamu jangan lemah, ada nabi mengatakan seperti itu, dia siapa? Dia orang miskin yang pakai kulit unta, yang bicara di padang gurun, mengapa kamu tidak berani kepadanya?”. Herodes terdesak “istriku memang cantik, tapi mulutnya lebih tajam dari sengat lebah”. Akhirnya dia tangkap Yohanes Pembaptis. Sambil menangkap Yohanes Pembaptis, sambil hatinya goyah sekali. Satu kali ada pesta, anaknya Herodias menari dengan bagus sekali, Herodes kagum “tariannya bagus sekali”. Langsung dia umumkan “kamu minta apa saja, akan saya berikan, bahkan separuh kerajaan”. Anak itu bingung, dapat tawaran permintaan, lebih baik minta apa. Dia bertanya kepada mamanya, “ma, saya minta apa sama papa?”, mamanya langsung mengatakan “kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam. Minta papamu untuk memenggal Yohanes Pembaptis”. Anak ini juga anak yang polos sadis, dia mau saja minta hal semacam itu, ini didikan dari orang tua yang kacau. Papa yang tidak tahu Tuhan dan mama yang kasar dan keras, ini membuat anaknya kacau bukan main. Akhirnya anak itu pun mengatakan “saya mau kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam”, Herodes terlanjur berjanji. Maka meskipun dia segan kepada Yohanes Pembaptis, dia abaikan, dia mengatakan “penggal kepala orang itu, bawa ke sini”, dan Yohanes Pembaptis pun dipenggal. Dan Yesus seperti tidak bertindak, ketika tahu Yohanes Pembaptis sudah dipenggal, Yesus mengasingkan diri. Mengapa Dia mengasingkan diri? Belum waktunya, Dia akan mati seperti Yohanes Pembaptis, tapi belum waktunya. Maka pemenjaraan adalah tema yang sangat penting. Yohanes Pembaptis ketika dimasukkan ke penjara, menunggu dieksekusi, dia tanya “apakah pemenjaraan orang benar, yaitu diriku, ini adalah bagian dari rencana Tuhan mendatangkan Mesias? Kalau benar, mengapa Dia belum bertindak? Yesuskah Mesias? Saya sudah dipenjara dan Tuhan berjanji di Yesaya 61 bahwa Injil akan dinyatakan kalau banyak orang benar dipenjara. Ini banyak orang benar dipenjara, saya sudah dipenjara. Apakah Yesus akan bertindak?”. Dan murid-muridNya bertanya “apakah Engkau yang kami tunggu atau kami harus menunggu yang lain?”, kalimat ini sangat keras mengkritik Tuhan Yesus. Yohanes Pembaptis mengatakan “di dalam Yesaya 61 harusnya Engkau membebaskan saya, Engkau Mesias. Tapi mengapa Engkau tidak bebaskan saya? Orang terbelenggu di penjara akan dibebaskan ketika Injil datang, ketika Mesias datang, tapi mengapa Engkau belum membebaskan saya?’. Yesus mengatakan “katakan kepada Yohanes Pembaptis, Aku sudah kerjakan banyak hal meskipun tidak membebaskan dia”, sebab Yesus harus mati dulu. Inilah berita yang membuat kita sadar bahwa antara pemenjaraan dan kedatangan Injil sangat berkait.