Seorang teolog dari Amerika bernama Walter Rauschenbusch, dia punya kantor yang dekat dengan pelabuhan. Dia berkantor di situ sebagai hamba Tuhan, dia baca buku, dia menyelidiki, dia mempersiapkan khotbah, dia rapat, dia mengarahkan para bawahannya untuk melayani gereja dan dia melakukan konseling, dan di kantor dia ada jendela yang bisa melihat langsung kegiatan di pinggir pelabuhan. Dia melihat di pelabuhan ada jemaat dia menjadi pemimpin, mencari uang dan mendapatkan keuntungan dari bisnis di dalam kegiatan pelabuhan, dan dia bersyukur Tuhan memberkati orang itu. Tapi dia melihat orang ini sangat menindas bawahannya. Bawahannya kerja mati-matian dan tidak bisa apa-apa, karena kalau dipecat sulit mencari kerja lagi. Jadi dia tekan dengan upah minim dan dia perlakukan bawahannya dengan kasar, dengan keras. Kadang-kadang buruh-buruh itu adalah orang-orang yang kabur dari negaranya, menjadi penyelundup di Amerika. Mereka dipaksa bekerja tanpa ada pilihan lain, kalau tidak mereka akan diadukan dan dideportasi kembali ke negaranya. Ini membuat Walter Rauschenbusch sedih sekali, mengapa orang Kristen seperti ini. Maka mulai ada niat di dalam hatinya untuk menyelidiki apa yang salah dengan Kekristenan. Maka dia kecewa dengan Kekristenan karena tindakan orang Kristen yang sangat tidak Kristen, sangat kejam, tidak ada belas-kasihan, menyerap keuangan dengan cara menindas orang. Dia menjadi kecewa dan mulai sadar orang Kristen tidak mendadak menjadi begini, orang Kristen menjadi begini karena pemahaman yang salah tentang doktrin Alkitab. Kesimpulan yang diambil salah sekali, dia mengatakan orang Kristen menjadi keras dan kasar karena percaya Yesus itu Tuhan, “kalau beriman kepada Yesus, saya mirip Tuhan, saya bisa perlakukan semua orang dengan sewenang-wenang”, maka dia mulai tinggalkan inti Injil yang sebenarnya sangat penting, lalu menekankan bagian sosial dari Injil. Kalau kamu mau percaya Injil, lakukanlah keadilan, kalau kamu mau percaya Injil, jalankan belas-kasihan, ini benar tapi tidak utuh. Maka dia cut, dia potong bagian yang berkait dengan tema-tema penting karena dia salah duga. Dia pikir orang Kristen menjadi begini karena doktrin klasik tentang Kristus dan Injil. Maka dia tolak segala hal yang spektakuler tentang Injil, yang bersifat mujizat, yang bersifat tidak masuk untuk kepentingan sosial. Dia potong semua itu, dia buang dan dia menekankan Injil Sosial. Dia membuat kesalahan dengan memakai 1 aspek dari Injil dan membuang yang lain. Tapi orang Injili juga membuat 1 apek dan membuang yang lain. Kita mengambil aspek hidup kekal dan itu tidak salah. Kita mengambil pengertian bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, dan itu tidak salah. Tapi kita membuang aspek sosial, kita tidak terlalu tekankan itu. Saya tadinya juga tidak terlalu sadar. Sampai bicara dengan seorang yang bernama Craig Bartolomew. Dia mengatakan punya pengalaman yang sangat sedih karena membaca sejarah Gereja Reformed di Afrika Selatan. Gereja Reformed, tapi sangat meremhkan orang kulit hitam. Orang kulit putih itu yang paling penting (ini salah satu bahaya dari teori evolusi yang atheistisc). Teori evolusi berbahaya, karena kalau benar berpikir ada teori evolusi dulu, sekarang pun masih terjadi. Berarti ada manusia yang merupakan perkembangan awal dari species manusia, ada yang lebih advance, makanya hidungnya lebih panjang, “orang kulit hitam masih berbatasan dengan binatang”, ini pikiran jahat sekali. Kita tidak percaya evolusi karena ini salah satu aspek excess dari pengertian evolusi. “Saya adalah jenis manusia yang lebih advance dari kamu. Kamu adalah jenis manusia yang masih dalam tahap awal perkembangan, berarti kamu tidak sepenuhnya manusia. Saya bisa rendahkan kamu, saya bisa remehkan kamu”. Bahkan ada peristiwa di dalam sebuah gereja, ada tentara Afrika Selatan, baru pulang dari perang, kemudian baru istirahat sebentar, ikut kebaktian, tapi pendeta yang mau memimpin perjamuan mengatakan “kita tidak boleh menjalankan perjamuan sampai tentara berkulit hitam keluar dulu”. Mereka disuruh keluar dulu, lalu gereja Reformed melakukan Perjamuan Kudus. Mengapa bisa seperti ini? Karena tidak mengerti dampak sosial dari Injil. Jangan pisahkan Injil, jangan cut lalu pilih bagian yang kita suka dan buang bagian lain, itu dosa besar orang Kristen di hadapan Tuhan. Social gospel memotong sebagian, menerima sebagian. Orang Injili memotong sebagian, menerima sebagian. Di dalam tradisi Pietis dari Jerman, dari Lutheran ada kelompok Pietis yang sangat kecewa dengan pengikut Luther. Karena pengikut Luther mengembangkan pemikiran “kalau saya sudah beriman, saya sudah pasti selamat. Saya dibenarkan oleh iman, bukan karena perbuatan, maka perbuatan tidak penting”. Kelompok Pietisme juga dari Lutheran, tapi mereka tidak setuju pemikiran dari orang Lutheran yang mengatakan “saya sudah pasti selamat, bukan karena perbuatan baik. Maka perbuatan baik tidak relevan. Saya tetap selamat meskipun kerja saya tidak beres. Saya tetap selamat meskipun saya gila harta. Saya tetap selamat meskipun saya tidak adil memperlakukan sesama. Saya tetap selamat meskipun saya memfitnah orang kiri kanan. Saya tetap selamat meskipun saya keras dan tidak memperlakukan orang seperti manusia”, mana bisa? Orang tidak mungkin berharap dia selamat kalau dia tidak tahu bagaimana mengasihi sesamanya, ini kunci, Alkitab menyatakan demikian. Tuhan Yesus sendiri mengatakan “enyahlah kamu dari hadapanKu, pembuat kejahatan. Karena waktu Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan. Waktu Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum. Waktu Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian. Waktu Aku dipenjara, kamu tidak mengunjungi Aku. Enyahlah ke neraka”, ini perkataan Tuhan Yesus. Siapa mengabaikan perkataan Tuhan Yesus, dia bukan orang Kristen. Siapa bisa mengatakan tanpa perbuatan, orang bisa selamat? Orang selamat karena iman, tapi iman selalu berbuah perbuatan. Maka kelompok Pietisme di Jerman dan kelompok Puritan di Inggris sangat mendorong hal ini, mari berbuat sesuai dengan statusmu. Jika benar engkau sudah selamat, mengapa tidak ada perubahan hidup? Mari berubah, mari bertobat, mari tinggalkan dosa, mari hidup benar di hadapan Tuhan. Dan engkau akan makin menikmati keselamatan yang Tuhan sudah berikan bukan karena perbuatan. Keselamatan bukan karena perbuatan, ini justification by faith bagian awal. Tapi ada sanctification, pengudusan dimana perbuatan Saudara dan kesalehan yang bertumbuh harus ada. Maka jangan potong berita Injil, hanya terima status tapi mengabaikan keharusan untuk hidup kudus. Hanya tekankan sudah pasti selamat, tapi abaikan keharusan untuk bertobat.

Demikian juga orang memberikan pengertian “Injil memberikan saya selamat di sorga”, itu benar tapi baru sebagian. Sebagian lagi lainnya, Injil adalah kritik sosial paling keras. Injil itu kritik sosial karena Injil berbicara tentang Raja yang baru, yang beda dengan raja lama yang korup. Ketika orang-orang Kristen disuruh mengatakan “kaisar adalah Tuhan, kaisar adalah Kirios, atau Tuhan”, orang Kristen mengatakan “Tidak, Yesus dari Nazaret adalah Tuhan, Yesus dari Nazaret adalah Kirios”, “Kamu berani mengatakan kaisar bukan Tuhan?”, orang Kristen mengatakan “Berani, karena kaisar tidak berhak mengangkat diri dalam level Tuhan, dia bukan Tuhan”. Untuk ini orang Kristen dianiaya. Di dalam abad 20 pertengahan, sebelum perang dunia meletus atau peristiwa sedikit sebelum akhirnya meletus perang dunia, Hitler dengan sangat gila mengatakan “saya adalah pemimpin baru, I am the fuhrer, saya adalah pemimpin yang mutlak di seluruh Eropa”. Tapi sebagian para pendeta yang sangat cinta Tuhan, berkumpul dan mengatakan “kami deklarasikan pernyataan Kristen bahwa kami tidak punya fuhrer selain Yesus dari Nazaret”, ini kritik. Saudara berani menjadi orang Kristen? Kalau Saudara mengatakan “orang Kristen kan orang-orang yang tenang datang ke gereja, pulang, baik-baik. Kalau pekerjaan buruk, tinggal doa sambil menangis-nangis ke Tuhan, nanti Tuhan bereskan. Pokoknya menjadi Kristen itu aman”, Saudara belum mengerti esensi dari Kekristenan. Kekristenan bukan tentang hidup enak, Kekristenan tentang hidup ikut Tuhan. Kekristenan bukan tentang “saya dapat apa dari Tuhan”, Kekristenan adalah tentang “saya beri apa bagi Tuhan”. Karena cintamu kepada Tuhan akan menggerakkan engkau hidup bagi Dia. Maka engkau akan suka apa yang Dia suka. Dan Tuhan suka keadilan. Tuhan mencintai diriNya menjadi Pemimpin yang memberi belas kasihan kepada orang. Berarti Saudara akan benci pemimpin yang tidak berbelas-kasihan. Ini satu fakta sosial dari Injil. Maka social gospel tidak boleh dimiliki oleh orang Liberal karena mereka tidak mempunyai kesatuan berita Injil. Ini harus dimiliki oleh orang Injili atau orang Reformed, sayang kalau kita tidak memperhatikan aspek sosial dari Injil.

Kalau kita baca dari Perjanjian Lama, Injil ternyata berkait dengan seruan marah karena terjadi ketidak-adilan. Waktu kita baca Kitab Kejadian, kita memperhatikan ada tema pemenjaraan yang pertama. Ini tema pemenjaraan yang dikisahkan oleh Kitab Suci melalui kehidupan Yusuf. Yusuf orang saleh, dia orang baik, dia bisa punya pengekangan diri yang hebat. Waktu istri Potifar menggoda dia, mengatakan: “tidurlah dengan aku”, Yusuf mengatakan “Tidak, jalan ini adalah jalan menghina suamimu dan menista Tuhan. Saya tidak akan mengambil jalan ini”. Begitu banyak orang jatuh di dalam hawa nafsu, buta matanya karena kebutuhan seksual. Tidak peduli kesetiaan, tidak peduli penghormatan kepada pernikahan dan tidak peduli Tuhan. Banyak orang mengabaikan keharusan hidup suci karena dorongan hawa nafsu. Yusuf tidak begitu, dia orang yang saleh, dia orang yang takut akan Tuhan, dia tidak mau menyakiti hati Tuhan, “bagaimana mungkin aku kerjakan dosa sebesar ini melawan Tuhanku dan melakukan ketidak-adilan kepada suamimu?”. Tapi perempuan ini perempuan penggoda yang sangat penuh hawa nafsu. Maka dia atur supaya seluruh rumah kosong, tinggal dia bersama dengan Yusuf, dia paksa Yusuf tidur dengan dia. Yusuf sangat benci dosa, dia tanggalkan baju dan lari. Lalu perempuan ini marah “kamu menolak saya, saya beri tahu kepadamu, saya ini orang berkuasa”, langsung dia teriak, dia fitnah Yusuf coba memperkosa dia. Dia teriak sampai Yusuf ditangkap lalu dimasukkan ke dalam penjara. Apakah pemenjaraan Yusuf tepat? Tidak, ini tema pertama tentang pemenjaraan.

Kalau Saudara baca Alkitab jangan lewat begitu saja, perhatikan detail dengan baik. Karena kalau tidak, Saudara akan hanya baca dan menjadi bosan. Karena Saudara rasa Saudara sudah tahu yang Saudara baca “saya sudah tahu Yusuf dipenjara. Nanti dia naik tahta, menjadi orang penting, menjadi orang nomor dua dari Firaun. Saya sudah tahu, mengapa mesti baca lagi?”. Saudara perlu baca lagi dengan rendah hati mengatakan kepada diri “banyak hal saya belum perhatikan, maka saya mesti baca ulang dengan sungguh-sungguh”. Itu sebabnya saya sarankan Saudara punya 2 kebiasaan, yang pertama baca secara tuntas dari awal sampai akhir, dan yang kedua ada waktu membaca dengan teliti. Mungkin Saudara pilih satu kitab dulu lalu baca dengan teliti. Tapi jangan abaikan pembacaan total, karena pembacaan total akan sangat menolong Saudara membaca teliti. Kalau pembacaan total tidak ada, baca telitinya pun menjadi kacau. Kalau Saudara tidak tahu bacaan yang total, Saudara tidak tahu bacaan yang detail. Saudara terlalu detail, tidak mengerti total, akhirnya kehilangan makna total untuk menafsirkan detail. Jadi harus ada 2 jenis pembacaan ini. Yang baca langsung, baca secara lebih cepat, saya tidak menyarankan sangat cepat, tapi lebih cepat dari pada baca detail harus ada. Saudara belum mengerti, tidak apa-apa, tapi Saudara baca dulu. Tidak ada orang yang baru pertama kali membaca bisa langsung mengerti semua. Maka saya harap Saudara sudah pernah membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu, ini adalah harta berharga yang Saudara baru sadar setelah Saudara jalankan. Kalau belum jalankan tidak akan pernah tahu. Sampai pasal terakhir, Saudara baca, lalu Saudara sadar Saudara sudah membaca seluruh Alkitab dan Saudara baru sadar ada kekayaan pengertian yang Saudara belum pernah punya sebelumnya. Setelah itu mulai ada kebiasaan lain membaca detail.

« 2 of 6 »