Berita Injil tidak kait ke masalah diri. Saudara jangan terlalu terbiasa untuk jadikan masalah dirimu percakapan utama. Saya tidak mengatakan Saudara tidak boleh cerita masalahmu, tapi jangan didominasi dengan masalahmu, karena itu menunjukkan kecilnya jiwa kita. Kalau kita cuma pikir masalah kita, jiwa kita kecil karena begitu banyak hal lain yang lebih besar. Kalau Saudara dengar orang bicara, Saudara akan tahu inti omongan dia adalah hal yang dianggap penting, ini termasuk dengar khotbah. Saudara dengar khotbah sambil bersyukur dapat berkat, sambil juga menilai. Tidak salah yang menilai pengkotbah. Saudara nilai “apa yang dia ulang-ulang bicarakan?” Kalau yang diulang-ulang bicarakan hal kerdil dia bukan orang agung. Kalau yang dia bicarakan hal-hal penting, dia orang agung. Doa kepada Tuhan supaya Tuhan banyak membangkitkan hamba Tuhan yang agung, karena yang kerdil terlalu banyak, menyusahkan pekerjaan Tuhan, membuat orang tidak dapat berkat. Maka ketika orang ini mengatakan “saya mau tahu bagaimana diselamatkan”, Paulus tidak gali isu dia diperlakukan salah. Dia tidak mengatakan ke orang itu “luka saya ini, tahu tidak mengapa saya dilukai? Karena orang-orang di sini jahat, saya dendam, kamu malah penjarakan saya”, tidak, Paulus tidak menyinggung masalah dia sedikitpun. Orang ini tanya “what should I do to be safe, saya mesti melakukan apa untuk selamat?”, Paulus mengatakan “percayalah kepada Yesus, kamu dan bukan cuma kamu, seisi rumahmu. Kamu menyembah siapa?” Ini seperti klaim Yosua “aku dan seisi rumahku, kami akan menyembah Tuhan”. Paulus sekarang menyatakan ke orang ini “kamu mesti deklarasikan hal yang sama, kamu dan seisi rumahmu, kamu harus menyembah Tuhan dengan percaya Yesus Kristus”.
Jadi dia tekankan Injil, bukan gali lagi masalahnya. Dia tidak curhat ke pemilik penjara ini, “orang kota ini jahat ya, namanya aja Filipi tapi jiwanya pilih-pilih, bukan Filipi. Kamu jahat sama saya, saya tidak suka kota ini. Ayo penjara sudah terbuka, saya mau kabur. Tapi tolong sembuhkan luka saya dulu”, tidak. Paulus tidak menyinggung lukanya, Paulus mengatakan “kamu dan seisi rumahmu, kamu harus terima Tuhan”. Lalu penjaga penjara yang kasihan sama Paulus dan Silas karena luka-luka mereka, dia yang bersihkan luka-luka Paulus, bukan Paulus yang minta. Akhirnya setelah itu Paulus kembali ditahan karena penjaga penjara tidak punya kekuatan lepaskan orang. Lalu penjaga penjara dapat pesan, mungkin karena rumah orang-orang petinggi Filipi yang penjarakan Paulus juga mengalami gempa. Jadi seluruh daerah mengalami gempa, lalu pemimpin-pemimpin di Filipi mulai bingung “ini apa, gempa apa ini? Jangan-jangan kita melakukan kesalahan, jangan-jangan yang usir Pythia lebih kuat dari Pythia, jangan-jangan Python kalah sama kuasa lebih besar dari Python”, itu kuasanya Kristus di dalam diri Paulus. Akhirnya mereka mengatakan ke penjaga penjara “lepaskan saja orang itu”. Paulus mengatakan “kalian suruh melepaskan saya tanpa bicara?”, di sini Paulus baru mengatakan “beri tahu kepada mereka, kami warga Roma.”
Orang Filipi itu memuja orang Roma, dan Paulus punya warga Roma, “saya warga Roma”. Warga Roma itu ada empat lapisan, warga pertama adalah warga utama, itu yang Paulus. Warga kedua itu adalah warga kota Roma, warga ketiga adalah warga tentara bayaran, warga keempat itu warga luar yang ada di Kerajaan Roma, yang paling rendah. Jadi Paulus itu first class citizen, penduduk utama Kota Roma. Ini menghebohkan, lalu pemimpin-pemimpin mendapat informasi “yang kamu pukul, yang kamu seret di jalan adalah warga Roma, kelompok paling penting di seluruh kekaisaran ini”. Ini membuat kaget “kami seret orang yang paling penting di kekaisaran ini? Celaka kami.”
Tapi para pemimpin kota membuat deal, “kami akan minta maaf, tapi kamu jangan di sini lagi. Kamu warga Roma, saya juga warga Roma, kami pemimpin di sini. Kami akan minta maaf, tapi setelah itu kamu pergi, jangan membuat kekacauan lagi”, mungkin mereka harap kalau Paulus pergi Pythonnya kembali, karena Phytonnya takut lihat Paulus. Mungkin waktu Phyton mau kembali ke Filipi, dia melihat masih ada Paulus, dia kabur lagi. Jadi kalau Paulus pergi mungkin Phytonnya mau balik, “dan kami bisa kaya lagi, jadi tolong tinggalkan kota ini,” Lalu bagaimana? Paulus mengatakan “baik, kami akan lanjut penginjilan ke Eropa dan orang-orang yang sudah menerima Injil di kota Filipi cukup untuk menyebarkan Injil.” Ini keberanian percaya kepada pekerjaan Kristus. Paulus tidak mengatakan “orang Filipi dapat Injil dari saya, saya mesti di situ terus. Kalau tidak ada saya, kamu bisa apa?”, itu mentalitas bukan Kristen.