Tuhan menempatkan manusia untuk melanjutkan hal ini, inilah bahagianya jadi manusia. Saudara jadi manusia berarti Saudara sadar di mana ada kekacauan. Tapi tolong periksa dulu diri masing-masing sebelum kita mengatakan “banyak kekacauan terjadi di luar”, bagaimana kekacauan di dalam dirimu, sudahkah itu kamu perangi? Kalau kita mengatakan “saya kecewa dengan orang lain, saya kecewa dengan pemerintah, saya kecewa dengan orang sekeliling saya”, bagaimana dengan dirimu? Apakah kamu tidak lagi merasa kecewa dengan kekacauan yang ada padamu? Seringkali kita lihat kekacauan orang lain di dalam sisi yang kita baik, ini problem Kita sebagai manusia. “Saya orang yang rajin berdoa, saya mulai kritik orang yang malas berdoa. Tapi kalau saya rajin berdoa berarti saya sudah baik di dalam berdoa. Adakah aspek lain yang masih salah dalam diri saya?”, itu yang mesti dicari. Jangan terlalu nikmat dengan hal yang sudah baik dalam dirimu, karena masih ada hal lain yang rusak yang perlu engkau koreksi. Seringkali kita mengatakan “saya orang yang bisa menahan diri, maka saya unggul di situ”, mulai kritik orang lain yang tidak menahan diri. “Saya orang yang bisa merendahkan diri, saya mulai kritik orang yang tidak merendahkan diri”, dan ini aneh, merendahkan diri dengan kesombongan. “Saya orang yang sudah mampu baca Alkitab dengan baik, konsisten, rajin, saya mulai kritik orang yang tidak mampu baca Alkitab”, itu cara perbandingan yang salah. Mari mulai belajar bandingkan lemah saya dengan baiknya orang. Saudara mulai berpikir “bagaimana bisa orang itu rajin berdoa? Saya masih malas berdoa. Bagaimana bisa orang itu mempunyai bijaksana yang baik? Kok saya tidak?”, ini membuat Saudara rendah hati, ini membuat Saudara gampang cocok di manapun. Ada orang-orang tidak bisa cocok di mana pun, di sini salah, di sana salah, semua orang salah, itu cara pendekatan melihat orang yang salah. Saudara akan makin sombong dan orang lain akan makin rendah dalam pandanganmu. Tapi mari pikirkan “lemah saya di mana? Saya sudah lihat diriku lemah. Saya mau bandingkan lemahku dengan kuatnya orang lain”. “Saya ini orang yang tidak sabaran, kok bisa ada orang yang sangat sabar seperti kamu?”. Saya tidak akan pernah makin suci, saya tidak akan pernah makin baik, saya tidak akan pernah makin saleh karena saya selalu lihat orang dengan rendah. Saudara perhatikan baik-baik, siapa yang hobinya meremehkan orang lain “mengapa hobi mereka tidak seperti aku? Mengapa mereka tidak melakukan yang aku lakukan? Mengapa mereka tidak punya hati seperti aku? Mengapa gereja ini tidak seperti saya?”, Saudara akan makin dipegang setan. Saudara tidak bisa menaklukan diri dengan demikian, karena Saudara tidak sadar bagian apa dalam hatimu yang masih kacau. Tugas orang berperang adalah pergi ke tempat yang masih kacau. Demikian kalau Saudara mau berperang, jangan pergi ke tempat yang damai. Saudara pergi ke tempat damai, dalam hatimu mengatakan “sudah damai, puji Tuhan sudah damai”, jelas damai, itu tempat yang bagus. Cari tempat di hatimu yang masih kacau, yang masih penuh konflik, yang masih ada setan. Mulailah berperang dengan dirimu, mulailah berperang dengan dosamu, mulailah berperang dengan kelemahanmu, mulailah berperang dengan kekuranganmu. Lihat kurangmu di mana lalu bandingkan dengan orang lain yang Tuhan berkati dan mengatakan, “aku mau belajar, engkau guruku dalam hal ini bolehkah aku belajar rendah hati sepertimu atau bolehkah aku belajar rajin sepertimu atau bolehkah aku belajar sabar sepertimu?”. Saudara lihat dirimu masih kurang di mana lalu perang di situ. Tuhan mau manusia menyebar di seluruh bumi, Taman Eden sudah baik tapi ada satu bagian masih rusak. Di mana ada bagian rusak di Taman Eden? Di pohon pengetahuan baik dan jahat. Di situ ada ular yang sudah jatuh dalam dosa. Kalau di situ ada ular yang sudah jatuh dalam dosa, apa yang harus dilakukan Adam? Mengalahkan itu. Tuhan mengatakan penuhi bumi dan taklukkan, penaklukan pertama harusnya ular. Adam gagal mendeteksi musuh. Waktu dia dan Hawa lihat ular, dia tidak lihat musuh, yang dia lihat adalah satu ciptaan yang graceful, yang begitu bagus, yang penuh dengan keindahan, lalu ciptaan ini yang penuh dengan keindahan, sangat mungkin ini malaikat atau seraf atau jenis kerub, karena kita lihat di dalam Yesaya 6 dikatakan ketika Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya di bumi maka para ular terbang dan berseru “kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh dengan kemuliaan-Nya”. Kalau Saudara mengatakan “pak. itu bukan ular, itu serafim”, Saudara baca terjemahan Serafim di tempat lain di Perjanjian Lama, semua diterjemahkan ular. Saya tidak mengerti mengapa Yesaya 6 tidak diterjemahkan ular juga? Karena aneh ada ular terbang memuji Tuhan. Ular terbang memuji Tuhan? Itu aneh, bunyi ular kan “sshhh” menyuruh orang diam terus, jadi mana bisa memuji Tuhan? Pakai serafim, tidak diterjemahkan. Tapi bagian lain pakai seraf atau serafim yang diterjemahkan ular, itu aneh. Jadi sebenarnya ular mempunyai makna mulia. Di dalam mahkota Firaun pada ular, di dalam budaya Tiongkok ada ular naga. Ular atau naga atau apapun namanya ini jadi makhluk mitos yang saya percaya ada asal-usul dan kita percaya banyak mitos asal-usulnya dari Kitab Kejadian. Saya baca satu artikel yang menafsirkan 3 mitos dari dunia Indian di Amerika Latin yang ternyata masih ada kaitan dengan kisah mitos dari Yahudi terutama dari Kitab Kejadian. Karena semua manusia berasal dari nenek moyang yang sama, semua manusia sebenarnya awalnya berasal dari nenek moyang yang terpapar kepada firman Tuhan. Itu sebabnya setiap kebudayaan di seluruh dunia masih bisa dikoneksikan dengan kebudayaan Pusat di Timur Dekat Kuno yang ternyata masih ada kaitan dengan kisah Alkitab. Israel bukan pusat utama dari kebudayaan Timur Dekat Kuno kecuali karena Alkitab, tapi setiap kebudayaan kuno lain yang kadang-kadang usianya jauh lebih lama dari Kitab Kejadian ternyata punya kemiripan dengan cerita Kitab Kejadian. Maka sumber dari kisah itu adalah interaksi Tuhan dengan manusia, interaksi sorga dan manusia. Ular yang ada di Taman Eden ini bukan ular yang Saudara dapatkan di Kebun Binatang Bandung. Ketika Adam dan Hawa lihat makhluk yang agung ini, mereka melihat kemuliaan dari makhluk ini, mereka jadi kagum. Tapi ketika ular yang mengagumkan itu mulai berkata menyimpang harusnya mereka berhenti kagum. Ketika ular mengatakan “tentulah Allah berfirman semua pohon dalam taman ini jangan dimakan buahnya, bukan?”, ini menyimpang. Saudara mendengar firman yang menyimpang langsung tahu ini musuh. Banyak orang Kristen tidak mengerti hal ini, lihat hamba Tuhan yang ganteng, yang tampan, yang cantik, yang hebat, yang setting panggung begitu indah mirip konser k-pop, lalu langsung kagum “ini gereja yang bagus”, apapun yang keluar dari kalimat pendeta itu tidak dipedulikan lagi, apapun yang diajarkan dari hamba Tuhan itu tidak lagi dipikirkan. Pokoknya kalau kelihatan bagus pasti bagus. Tetapi ular itu mengatakan kalimat yang bentur dengan firman Tuhan, “bukankah Tuhan berfirman semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya?”, Tuhan tidak pernah mengatakan begitu. Harusnya langsung ada kuda-kuda, Adam dan Hawa mengatakan “ini musuh, Tuhan mengatakan penuhi bumi dan taklukkanlah, berati ini musuh pertama harus ditaklukan”. Tetapi mereka tidak sadar, mereka disilaukan oleh keindahan. Banyak anak muda disilaukan oleh keindahan. Ada orang mengatakan “pak, saya sudah jatuh cinta sama orang bukan Kristen, bagaimana ya? Apakah tidak bisa ini jadi kesempatan penginjilan?”, tidak bisa, karena Saudara tidak bisa menjalankan satu kehendak Tuhan dengan melawan kehendak Tuhan yang lain. Untuk menjalankan satu kehendak Tuhan tidak boleh sambil melawan kehendak Tuhan yang lain. “Bolehkah aku menikah dengan orang bukan Kristen? Nanti diinjili”, kalau mau penginjilan ikut KKR Regional saja, mengapa mesto menikah dengan orang yang bukan Kristen? “Tapi cantik, tapi tampan”, ini kan sudah kelihatan bagus, apapun yang salah ditoleransi. Maka waktu Adam dan Hawa dengar kalimat yang salah, mereka tidak ingat bahwa mereka harusnya menaklukkan makhluk ini. Mereka diskusi dan mengatakan “tidak, Tuhan mengatakan semua pohon dalam taman ini beloh kami makan, ada satu yang tidak boleh karena kalau kami makan nanti kami mati”. Ular mengatakan “kamu pasti tidak akan mati, melainkan kamu akan jadi sama seperti Allah”. lagi-lagi janji yang indah, indah tapi palsu, indah tapi bukan kenyataan, indah tapi bukan realita, Firman Tuhan itu indah dan nyata. Perkataan lain itu bisa indah tapi palsu, perkataan dusta dari seorang tukang rayu itu indah tapi palsu, perkataan Firman indah dan asli. Maka ketika Adam dan Hawa dengar ini harusnya mereka mengatakan “ini musuh pertama yang harus kami taklukan, Taman Eden harus bersih dari makhluk ini”. Harusnya mereka usir setan seperti Yesus mengusir setan. Yesus mengatakan kepada iblis yang suruh Yesus sembah iblis Yesus, Yesus mengatakan “enyalah iblis, manusia hanya boleh menyembah Tuhan dan hanya Tuhan Allah yang boleh disembah”. Iblis diusir, usirlah iblis ini cara mengalahkan iblis. Usirlah dia dan setelah itu hancurkan dampak pekerjaannya di dalam hatimu. Maka kalau manusia sudah beres kan Taman Eden dengan mengusir iblis, baru mereka bisa menyebar ke seluruh dunia dan menaklukkan dunia. Tetapi mereka gagal. Maka siapa mau berperang lawan setan, mari perangi pengaruh dari pekerjaan setan di dalam hati. Jangan terlalu bangga dengan sisimu yang sudah lumayan baik. Tetapi awasi dirimu yang masih rusak, cari hal apa dalam dirimu yang masih perlu diperbaiki. Tapi kalau Saudara mengatakan “sudah cari pak, tapi tidak ketemu”, berarti Saudara punya penilaian sudah sangat error dan ini mungkin problemnya, ini overly narcissistic, orang tipe sangat narsis, “apapun dalam diriku bagus”, nanti akan ada jawaban “rupamu”.