Kalau Ortodok Timur menganggap kesatuan dengan Tuhan itu sebagai kesatuan yang ada sifat mistisnya, ada ontologinya, ada keberadaan yang memang satu dengan Tuhan, maka Calvin punya pikiran kesatuan ini bukan hal mistis seperti itu, kesatuan ini adalah kesatuan di dalam partisipasi keterlibatan. Apa yang kamu alami Tuhan rela alami dan apa yang nanti jadi bagian Kristus, kamu akan alami, ini yang namanya partisipasi. Maka Kristus mau menjadi sama dengan kita. Dia rela jalani hidup yang sama dengan kita. Ini adalah kemuliaan Ilahi. Inilah yang membuat kita sangat bersyukur menjadi orang Kristen. Kita tidak menemukan Allah yang dijelaskan dengan sangat sempurna seperti yang dijelaskan oleh Kitab Suci. Tuhan bukan cuma Tuhan yang tinggi dan mulia, Tuhan adalah Tuhan yang rela jadi hamba bagi yang lain. Maka Saudara, kalau kita hidup di dunia kita kita perlu contoh, kita perlu orang yang kita bisa teladani, baik secara sifat, secara kondisi hati dan secara hidup yang real. Dan tidak ada agama mempresentasikan Tuhan sebagai Tuhan yang bisa diteladani. Di dalam Perjanjian Lama Allah adalah Allah yang ajak orang Israel punya sifat seperti Dia. Tapi orang Israel bingung, “Tuhan sifat seperti apa yang Engkau miliki?” Tuhan mengatakan, “Tunggu, Aku akan kirim Anak-Ku yang Tunggal, lihatlah Dia, pelajarilah hidup seperti Dia.” Tidak ada agama menjelaskan Allah sebagai teladan, karena manusia tidak bisa teladani Allah yang tidak merendahkan diri. Mana bisa teladani Allah di dalam level Ilahi. Dan kalau manusia tidak punya Allah sebagai contoh, lalu siapa yang mesti diteladani? Di mana teladan di dalam ajaran Hindu, di mana teladan di dalam ajaran Budhis, di mana teladan di dalam ajaran Islam, di mana teladan di dalam ajaran Konghucu? Apakah itu pada Tuhan atau pada manusia? Kalau pada Tuhan, bagaimana manusia bisa ikut, kalau pada manusia, siapa manusia yang layak menjadi teladan? Tidak ada manusia yang layak menjadi teladan kecuali Kristus, karena Dia mempunyai rupa Allah yang rela Dia tinggalkan. Tidak ada manusia punya rupa mulia untuk menjadi teladan, kecuali Kristus yang tinggalkan rupa Ilahi untuk menjadi Hamba, menjadi teladan bagi kita. Itu sebabnya tidak ada agama memberikan keteladanan. “Jangan berdosa! Jangan jalani hidup seperti ini! Jangan kacau dalam pernikahan! Jangan cemar! Jangan serakah! Ajangan berpusat ke diri! Jangan siksa orang lain! Jangan merebut hak orang lain! Jangan punya hati yang sombong!” “Seperti siapa?” Tidak ada jawaban. Seperti Tuhan? Tuhan terlalu tinggi, aku tidak bisa contoh Dia. Seperti sesama manusia? Tidak ada satu manusia punya kesempurnaan yang membuat dia layak menjadi teladan. Tapi di dalam Kekristenan diajarkan teladan adalah dari Tuhan yang jadi manusia. Maka Paulus mengatakan, “Hendaklah kamu di dalam hidup bersama menaruh pikiran dan perasaan yang juga terdapat dalam Kristus Yesus.” Di dalam bagian pertama mengenai inkarnasi, kita belajar tentang tema peneladanan. Siapa yang harus diteladani? Tuhan, “Tuhan terlalu agung untuk jadi teladanku, aku mana bisa seperti Dia? Tuhan berkata lalu semua jadi. Allah mengatakan jadilah terang dan terang jadi, apakah kita bisa teladani itu?” Apakah kita bisa meniru Tuhan yang membentuk segala sesuatu dengan kuasa-Nya? Tidak bisa. Kalau begitu siapa teladan kita? Kristus. Kita bukan teladani Kristus di dalam kemahakuasaan Dia. Kita tidak teladani Kristus di dalam kemampuan Dia untuk mengatasi segala sesuatu secara miracleous. Orang Kristen teladani aspek kerelaan menjadi hamba.
Tanda kita ikut Tuhan bukan tanda kita ikut morphe mulia-Nya Dia, rupa Ilahi-Nya Dia! Tuhan tidak suruh kita ikuti rupa kemuliaan Kristus karena Kristus pun tinggalkan itu. Kristus mengatakan ,“Aku sudah tinggalkan! Aku tinggalkan kemuliaan untuk ambil rupa seorang hamba.” Ini adalah hal yang lebih mulia. Tuhan yang mulia dinyatakan lewat kehinaan, glory reaveled through loneliness, di dalam kerendahan. Ini paradoks! Ini yang kerjakan Kristus! Inilah Kristus yang dipamerkan oleh Paulus kepada Jemaat Filipi. Dan Paulus mengatakan, “Maukah kamu punya sifat yang sama dengan Kristus?” Selama ini kehidupan bergerejamu kehidupan bergereja model apa? Model pameran morphe kemuliaan atau pameran morphe kerelaan jadi hamba, yang mana yang kau jalani? Kerelaan jadi hamba atau tuntutan menjadi mulia? Kalau yang kau jalani adalah tuntutan jadi mulia, maka datang ke gereja pun akan dianggap sebagai datang ke tempat di mana, “Aku berhak menuntut.” “Saya datang ke gereja, tujuannya adalah mendapatkan pelayanan yang sepatutnya saya dapatkan, pelayanan yang sudah semestinya saya dapatkan.” Tentu baik jika Saudara datang ke gereja dan Saudara berharap dapat Firman, tapi kadang-kadang kita menuntut lebih dengan menganggap diri menjadi orang yang seharusnya dilayani lebih baik. Ketika Saudara mengatakan, “Gereja kurang ini gereja kurang itu,” bukankah kritik itu juga harusnya kena ke diri kita masing-masing? Maka, kita mempunyai sifat mulia-Nya Tuhan waktu datang ke gereja, ini menyebabkan banyak kesulitan, mulai ada perpecahan, mulai ada kubu, “Saya benci siapa, saya suka siapa, saya akan naikkan orang yang sesuai dengan kehendak hati saya. Saya akan desak, injak dan singkirkan orang yang lain dengan saya. Siapa cocok dengan saya, kariernya akan baik, siapa anti dengan saya kariernya akan saya hambat.” Inikah gereja? Seperti ini kah kondisi di dalam tubuh Kristus? Seharusnya tidak! Maka, jiwa apa yang kau bawa waktu datang ke gereja Tuhan, sifat apa, morphe yang mana? Morphe hamba atau morphe mulia yang sebenarnya kita tidak punya?
Kristus satu-satunya manusia yang punya morphe Ilahi, tapi itu Dia tinggalkan. Morphe apa yang Saudara pakai, bentuk apa, pernyataan muliakah atau pernyataan rela jadi hamba? Harap kita punya jiwa yang sangat limpah dengan anugerah Tuhan sehingga kita rela jadi hamba satu dengan yang lain. Rendah hati datang ke gereja, tidak mudah konflik, tidak galak di dalam mempertahankan posisi diri, penuh dengan cinta kasih dan kesabaran menerima orang lain, penuh dengan kerelaan bertumbuh bersama-sama dengan orang lain, penuh dengan kesabaran kepada mereka yang masih lambat bertumbuh, penuh dengan ketekunan untuk menjadi teman bertumbuh bagi mereka yang masih lambat bertumbuh. Penuh dengan kesetiaan melayani gereja Tuhan tanpa ada keluh kesah, penuh dengan ketekunan menganggap serius pelayanan yang diberikan Tuhan untuk gereja maupun untuk masyarakat, penuh dengan kerelaan jadi hamba baik di dalam gereja maupun di dalam masyarakat. Inilah yang menjadikan gereja unggul. Mengapa gereja begitu penting di dunia? Karena di dunia kejar morphe Ilahi, tapi gereja memamerkan morphe hamba. “Kamu melayani?” “Iya.” “Apa itu melayani?” Aktivitas di gereja disebut melayani. Tapi, bukankah aktivitas Saudara di publik juga seharusnya disebut melayani? Bukankah pemerintah disebut public servant, melayani publik? Bukankah ketika Saudara melakukan pekerjaan, saudara sedang memperhamba diri demi kebaikan orang lain? Saudara dengan tekun menjalankan pekerjaan supaya orang lain dapat berkat. Saudara dengan tekun menjalankan pelayanan supaya orang lain dapat berkat, ini yang harus ada di gereja. Maka, Paulus mengatakan, “Mari belajar pada Kristus.” Belajar bukan cuma tindakan memberikan informasi ke dalam pikiran, belajar adalah melihat kemungkinan pikiran yang sempurna diterapkan dalam hidup, ini belajar. Apa itu belajar? Belajar berarti, “Aku mengetahui ada pikiran bijak, pikiran sempurna, pikiran tidak bercacat dinyatakan.” Bukan pikiran yang dibiarkan melayang di dunia ideal. Pikiran bijak yang dibawa ke bumi itu yang saya pelajari, siapa punya pikiran bijak? Kristus. Bagaimana Dia mewujudkannya di dalam dunia? Dia mewujudkan di dalam dunia dengan menjadi hamba. Mari jadi hamba, ini prinsip harus dijalani. Berhenti sombong, berhenti angkuh, berhenti tidak peduli, berhenti menjadi penuntut, berhenti menjadi yang menghakimi untuk menilai kinerja orang lain. Mulai jadi teladan, mulai jadi hamba, mulai jadi teman yang baik bagi yang lain, mulai menjadi orang yang gigih dan tekun bekerja, karena ingin menyatakan berkat Tuhan. Inilah yang akan membuat gereja beda dari dunia dan ini akan membuat gereja jadi persekutuan yang sangat menarik.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)