Saudara tidak pernah mengerti apa itu mengasihi sampai Saudara menganggap ada orang lain lebih penting dari Saudara. Kalau ada orang lain lebih penting dari saya, maka hidup orang itu akan bahagia. Jika Saudara punya pendapat orang lain lebih penting dari Saudara, Saudara punya hidup melimpah bukan main. Tapi setiap kali Saudara berpikir, “Aku paling penting, aku paling utama!” Kita tidak sadar betapa sempitnya diri kita. Allah kita mulia maka Dia serahkan diri bagi yang lain. Diri kita diajak jadi mulia seperti Dia maka kita memberi diri bagi yang lain. Inilah yang dimaksud dengan morphe, Kristus mengambil morphe hamba. Dia tinggalkan morphe Allah, Dia tinggalkan pernyataan kemuliaan Allah dan Dia ambil pernyataan kemuliaan hamba. Di dalam Kitab Suci ada peristiwa Musa punya wajah bercahaya setelah dia bertemu Tuhan. Waktu dia turun, orang Israel kaget wajah Musa bercahaya, bagaimana bisa bercahaya? Karena baru ketemu Tuhan. Morphe atau kemuliaan Tuhan terpancar di dalam wajah Musa. Apakah kemuliaan ini baik? Di dalam Alkitab dicatata Musa tidak menganggap itu baik, buktinya bagaimana? Musa tutup kemuliaan itu, dia tutup wajahnya dengan tudung. Mengapa ditutup dengan tudung? Supaya waktu dia berbicara, orang Israel cuma dengar suara dia, tidak dihebohkan dengan pancaran kemuliaan dari wajahnya. Wajahnya saat tidak penting bagi Musa. Maka, waktu wajahnya penuh pancaran kemudian Ilahi, dia tidak memanipulasi itu untuk kepentingan dia. Waktu dia sadar mukanya bercahaya, semua orang Israel terpukau dengan Musa. Musa khawatir, jangan-jangan agama baru orang Israel adalah Musaisme, nanti tidak menyembah Tuhan tapi menyembah Musa. “Aku tidak boleh disembah, aku tidak boleh menjadi penting, aku tidak boleh menjadi figur-Nya Tuhan.” Maka dia tutup wajahnya. Paulus mengatakan Musa menutup wajahnya karena cahaya itu cahaya sementara. Ini bukan berlawanan, maksud Paulus cahaya itu tidak penting dan Musa tahu. Karena cahaya ini tidak penting, maka dia tutup. Mengapa ditutup? Supaya engkau mendengarkan firman, “kata-kata Tuhan yang aku sampaikan dengan mulut lebih hebat dari pada pancaran mujizat yang keluar dari wajah saya.” Mengapa sekarang orang Kristen baca Alkitab tidak sadar hal-hal ini? Cari mujizat bukan cari Firman. Cari heboh bukan cari perkataan Tuhan. Kebodohan kita terdapat dalam diri yang berdosa. Maka ketika kita membaca Kitab Suci, kita kembali gemakan keberdosaan dan kebodohan kita.

Mari belajar setia kepada yang Alkitab katakan. Alkitab mengatakan pancaran kemuliaan yang ada di wajah Musa, tidak Musa anggap hebat. Musa lebih suka menjadi hamba yang tidak berwajah, dia tutup mukanya, lalu orang-orang mengatakan, “Musa, kami tidak bisa melihat wajahmu,” “Tidak perlu melihat wajahku,” “Tapi wajahmu bercahaya, coba buka saja tudungmu,” “Tidak bisa, saya mau tutup supaya kamu konsentrasi dengar firman, konsentrasi dengar perkataan Tuhan yang aku sampaikan kepadamu. Jangan sibuk dengan wajahku.” Cahaya itu tidak penting, maka Musa tutup. Tapi Paulus mengatakan, “Kami beritakan Injil, kami tidak perlu tutup.” Mengapa tidak perlu tutup? Orang mengatakan, “Mukamu tidak bercahaya Paulus!” Paulus mengatakan, “Wajah Musa yang bercahaya kalah dengan cahaya kami!” “Cahayamu apa, Paulus?” Ini ada di Surat 2 Korintus, “Apa cahayamu, Paulus? Mukamu tidak bercahaya seperti Musa!” Memang tidak bercahaya seperti Musa dan itu tidak penting. “Cahaya wajah Musa tidak penting?” “Tidak penting, yang penting ada cahaya kemuliaan Kristus.” Apa itu cahaya kemuliaan Kristus? Kerelaan jadi budak, kerelaan jadi hamba. “Aku rasul dan aku adalah hambamu hai orang Korintus. Aku berduka cita kalau kamu hancur imannya, aku sedih dan aku cemburu karena kamu tidak setia kepada Tuhan.” Kata cemburu ini jadi asal kata zeal, Zeal dan Jealous mirip. Paulus mengatakan, “Saya punya zeal untuk orang Korintus,” Zeal itu apa? Cemburu! “Aku cemburu karena kamu harus milik Kristus, mengapa kamu jadi milik setan? Saya marah sebab kamu yang seharusnya dipertunangkan dengan Kristus, sekarang malah main-main dengan setan!” Itu namanya living zealously. Apa itu zeal? Saya marah kalau dunia ini yang harusnya milik Tuhan jadi milik setan. Apa itu zeal? Zeal itu berarti saya marah kalau diriku yang harusnya milik Tuhan jadi milik setan, ini amarah suci yang Alkitab nyatakan. Tapi jangan salah, berantem bukan dengan orang tapi dengan setan, “Saya marah sama setan.” Mengapa marah sama setan? Karena setan ambil yang Tuhan cintai dan jadikan milik dia. Setan merusak yang Tuhan sayang. Tuhan mencintai umat-Nya, tapi umat-Nya dirusak oleh setan, ini yang membuat kita marah. Itu namanya living zealously. Paulus mengatakan, “Saya punya zeal untuk kamu orang Korintus, saya cemburu karena kamu jadi milik setan, padahal aku sudah pertunangkan kamu dengan Kristus.” Paulus begitu mencintai orang Korintus, maka dia mengatakan, “Kalau aku tidak mampu berkata-kata seperti rasul-rasul yang tiada taranya itu, harap engkau tahu bahwa aku adalah hambamu demi kebaikanmu. Aku tidak pintar berkata-kata mungkin, tapi aku punya hati jauh lebih baik dari hati rasul-rasul palsu. Karena aku siap melayanimu demi Kristus,” Ini juga melayani, ini yang Paulus katakan pancaran kemuliaan. Pancaran kemuliaan bukan pameran berapa tinggi dan hebatnya kamu, tapi pameran berapa besar kita mirip Kristus, berapa banyak dari sifat kita yang mirip Kristus. Dan yang mirip Kristus bukan di dalam morphe Ilahi. Di dalam Filipi 2 dikatakan bagi Yesus morphe Allah tidak penting. Mengapa tidak penting? Karena Dia lebih suka menunjukkan morphe seorang hamba. Dia menjadi budak, rela jadi hamba, ini sesuatu yang perlu kita pelajari dan hanya bisa kita pelajari dari Kristus. 

« 5 of 7 »