Kristus rela menjadi manusia, Dia punya natur Ilahi, tapi Dia juga menjadi manusia, ditambahkan natur manusia. Dan di dalam keadaan itu, Paulus mengatakan di dalam Filipi, Dia merendahkan diri karena itu Dia ditinggikan. Yang ditinggikan adalah yang merendahkan diri. Jadi Kristus sebagai manusia merendahkan diri, maka Allah meninggikan Dia juga di dalam natur manusiaNya. Krsitus Pribadi Juruselamat ini diangkat menurut natur manusiaNya. Kristus rela menjadi sama dengan kita dan ini menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan dengan kita. Manusia di dalam dunia mencari nama, cari posisi dengan gerak ke atas. Sedangkan Kristus mendapatkan posisi di atas karena Tuhan yang angkat. Sekarang kita bedakan antara Kristus dan kita dalam sudut pandang ini. Minggu lalu kita sudah bahas perbedaan Kristus dengan Adam, sekarang kita lihat perbedaan Kristus dengan semua manusia yang punya natur dosa seperti kita. Saudara dan saya akan cenderung ingin menganggap posisi tinggi sebagai posisi baik. Saudara dan saya akan cenderung mengutamakan perjalanan naik menjadi perjalanan utama, “saya tadinya rendah, tapi aku ingin lebih tinggi lagi” inilah sifat dosa yang dialami manusia. Manusia mau tempat lebih tinggi karena manusia tidak sadar tingginya posisi yang Tuhan sudah percayakan kepada manusia. Ketika ular menggoda Adam dan Hawa, megnatakan “jika kamu makan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat, engkau akan menjadi sama seperti Allah”. Mengapa manusia lupa bahwa dia sudah memiliki kemiripuan dengan Allah? Tuhan menciptakan mereka sebagai gambar Allah. Dan di dalam konsep orang Timur Dekat Kuno, gambar Allah mulia sekali. Kalau bangsa-bangsa kuno membuat kuil, mereka akan mendirikan patung berhala di tengah-tengahnya. Sedangkan di dalam Kitab Kejadian, Allah membuat kuil yang namanya bumi dan Tuhan menaruh patung yaitu manusia. Manusia adalah gambar Allah dalam pengertian seperti ini. Berarti keterkaitan manusia dengan Allah begitu dekat. Orang-orang kuno perlu patung untuk datang ke Allah. Tapi di dalam Alkitab dikatakan manusialah cara alam datang kepada Allah, kita tidak perlu pengantara karena kita sudah dekat dengan Allah. Tidak ada makhluk lebih dekat dengan Allah daripada kita. Saudara kalau mengatakan malaikat lebih tinggi dari kita, mungkin, tapi Alkitab tidak pernah menceritakan narasi penciptaan malaikat. Penciptaan malaikat tidak terlalu digubris di dalam Kitab Suci, hanya dikatakan Allah menciptakan benda-benda penerang di langit yang kemungkinan adalah simbol bagi penciptaan malaikat juga. Jadi apakah malaikat begitu spesial? Tidak sespesial manusia. Di dalam Kitab Kejadian dikatakan Allah membagi nafasNya dengan manusia, sehingga manusia bisa bernafas. Saudara perhatikan kalimat yang intim ini, Allah membagi nafasNya dengan manusia. Ini bahasa puisi, Saudara pernah mengatakan “engkau adalah nafasku” kepada orang yang Saudara cintai? Kalau iya berarti Saudara mengerti arti Allah menghembuskan RohNya ke hidung manusia dan manusia menjadi makhluk yang hidup. Ada keintiman ketika Allah memberikan nafas kepada kita. Di dalam pengertian orang kuno nafas adalah nyawa, tapi di dalam pengertian Kitab Kejadian nafas adalah pernyataan cinta Tuhan kepada kita. Selama engkau masih bernafas berarti Tuhan masih membagi nafasNya kepadamu. Kalau Saudara mengatakan ”selama saya hidup, Tuhan membagikan nafas ke saya, bagaimana kalau saya mati?”, Tuhan akan memberikan nafas yang berikut yaitu Roh KudusNya membangkitkan Saudara. Jadi Tuhan begitu dekat dengan manusia, Tuhan meniupkan nafas hidup ke dalam hidung manusia dan manusia menjadi makhluk yang hidup. Saya tidak tahu bagaimana Saudara mengekspresikan cinta kasih kepada orang yang Saudara cintai, mungkin yang lebih muda bisa lebih fasih berkata-kata, menunjukkan bagaimana cara membuat surat cinta. Waktu Saudara mengatakan “aku mencintai kamu”, bagaimana mengatakan cinta? Apakah mengatakan cinta dengan mengatakan “kamu seperti nafasku, saya nafas seperti saya berelasi dengan kamu”, ini kedekatan, ini pengakuan cinta yang besar sekali. Kamu nafas saya. Bukankah ini yang sebenarnya Kitab Suci sedang nyatakan? Allah meniupkan nafasNya dan manusia hidup. Manusia berada bersama-sama dengan Allah karena Allah membagi nafasNya. Dia bagi hidupNya bagi manusia. Ada hal di dalam diri Allah yang Allah bagi ke manusia. Maka penciptaan manusia itu spesial sekali, kita menemukan keindahan berbahasa dari Kitab Kejadian yang bagusnya bukan main. Ketika Saudara memahami cara Kitab Suci menyatakan pesannya, kita menjadi sangat kagum karena Ketika Tuhan membentuk manusia Dia menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, demikian manusia itu menjadi makhluk hidup. Ini bukan cuma bicara tentang asal-usul nafas manusia, ini sedang berbicara tentang siapa manusia di dalam pandangan Allah, mengapa manusia hidup? Karena Allah mencintainya. Lalu ketika Tuhan memberikan Adam, teman, Tuhan membangun Hawa. Adam sudah tertidur, Tuhan membangun Hawa dari tulang rusuknya. Tulang rusuk di dalam bahasa Kitab Suci itu bisa bicara tentang tulang di sisi, bisa juga bicara tentang separuh dari sisi. Waktu dikatakan Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, sangat tepat jika kita menafsirkan ini adalah bagian dari Adam, ini bahasa simbolik, bukan berarti Adam benar-benar dipecah menjadi 2. Tetapi Tuhan mau menyatakan perempuan atau Hawa adalah seorang yang tidak mungkin tidak ada. Apakah Adam bisa hidup, tidak tanpa Hawa. Adam bisa bekerja, tidak tanpa Hawa. Adam bisa memimpin, tidak tanpa Hawa. Adam bisa berfungsi, tidak tanpa Hawa. Maka kehadiran Hawa adalah sebagian dari Adam. Adam akan mengatakan “inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku”, ini maksudnya “inilah dia bagian dari diri saya, yang tanpanya saya tidak akan utuh”, lagi-lagi ini bahasa cinta. Jadi Saudara menemukan banyak bahasa indah di Kitab Suci yang sedang bicara bukan memberikan informasi tentang asal-usul. Kitab Kejadian bukan buku sains, Kitab Kejadian tidak peduli tentang asal-usul jika dinyatakan dengan cara ilmiah. Saudara mau tahu cara ilmiah tentang asal-usul, belajar sains. Saudara mau tahu keindahan dari ciptaan, belajar Kitab Kejadian. Saya setuju sekali dengan apa yang dikatakan oleh seorang teolog dan juga seorang filsuf yang bernama Jonathan Chaplin, dia mengatakan jika orang Kristen membaca Kitab Kejadian dan mengatakan “sekarang saya sudah tahu pengertian ilmiah tentang penciptaan”, maka dia sedang buang buku paling bagus dan hanya memahami hal dangkal yang dia bisa pelajari dari sains. Apa yang tidak bisa dipelajari dari sains? Yang tidak bisa dipelajari dari sains adalah isi hati Tuhan melihat ciptaan, ini tidak ada di sains. Saudara belajar sains, Saudara tidak tahu berapa besar Tuhan mengasihi ciptaanNya. Saudara belajar sains tentang manusia, Saudara tidak akan pernah tahu berapa besar Tuhan mencintai manusia. Kalau kita belajar anatomi, kita akan menjadi kagum kepada Tuhan. Salah satu tokoh Reformator yang belajar anatomi itu adalah Philip Melanthon, dia pelajari anatomi dan dia orang yang mungkin di dalam tokoh-tokoh Reformator yang paling menghargai manusia dari segi fisik. Kebanyakan pemikir-pemikir Reformasi termasuk Calvin, punya kecenderungan neoplatonistik ketika melihat manusia, tapi Melanthon lain. Dia lihat anatomi manusia dan dia mengatakan di dalam fisik pun manusia adalah makhluk yang sangat luar biasa di dalam rancanganNya Tuhan. Tetapi Saudara kalau cuma tahu secara anatomi, cuma tahu secara hebatnya tubuh kita, kita tidak mengerti berapa besar kita dicintai oleh Tuhan. Berapa besar Adam cinta Hawa kelihatan dari puisinya, “inilah dia yang kalau tanpa dia saya cuma separuh manusia”. Dan apa tandanya kita dicintai Tuhan? Ketika Tuhan mengatakan “Aku bagi nafasKu untuk membuat dia hidup”. Supaya manusia hidup, Tuhan bagi diriNya. Berarti Saudara bagian dari diri Tuhan meskipun ini tidak berarti Tuhan tidak sempurna tanpa kita. Tapi ini menunjukkan betapa besar Tuhan mencintai manusia. Manusia begitu spesial, manusia begitu penting, manusia begitu hormat karena Tuhan begitu mencintai manusia. Maka penciptaan manusia diambil dari debu tanah yang hina tetapi kemudian debu tanah Ini mendapat cinta dari dalam diri Tuhan. Saudara dan saya adalah makhluk yang dicipta karena Tuhan mencintai kita. Satu-satunya makhluk yang ketika penciptaan memakai bahasa cinta dari Tuhan, itu manusia. Seluruh ciptaan menyatakan bahasa cinta dan kekaguman dari Tuhan, tapi tidak se-eksplisit dan sespesial manusia. Maka Saudara jangan pikir Tuhan membiarkan manusia hancur, Tuhan begitu mencintai manusia, Tuhan ingin pulihkan manusia. Karena posisi begitu penting, Tuhan membagi nafasNya untuk manusia, Tuhan pun memberikan kepada manusia tugas yang sangat besar.