Mengapa Kristus adalah Pribadi yang paling bersukacita, Manusia yang paling senang seumur hidup? Saya sangat senang jawaban dari Martin Luther. Dia mengatakan Kristus adalah yang paling penuh sukacita karena Dia yang paling penuh di dalam mengasihi. Dia paling tinggi kedudukannya dan Dia paling tinggi, Dia juga yang paling bersukacita karena Dia tarik banyak orang ada di posisi Dia. Kristus tinggi dan Dia tarik orang menjadi tinggi bersama Dia. Kristus benar dan dia tarik orang menjadi benar bersama Dia, tentunya yang percaya. Kristus mulia dan Dia tarik semua orang memiliki kemuliaan bersama Dia.
Maka tidak ada sukacita paling besar kecuali di dalam diri Kristus. Dan kalau Saudara tanya “apa hidup sukacita itu?”, sukacita itu ada banyak aspek, Saudara bisa selidiki begitu banyak. Maka yang Alkitab tawarkan adalah bukan kita mengerti sukacita dulu, tapi kita mengerti siapa yang bersukacita supaya kita ikut Dia. Karena sukacita tidak ringan, bukan hal yang simple, bukan hal yang cuma dinikmati sehari dua hari. Sukacita itu kekal, sukacita ini luar biasa dalam. Sukacita yang Tuhan berikan lebih agung dari segala sukacita yang dunia tawarkan.
Maka sukacita tidak mungkin diberikan dalam sehari dan dinikmati dalam sehari. Lalu bagaimana kita bisa memiliki sukacita sejati? Perhatikan Kristus, lihat Dia, teladani Dia, di situlah sumber sukacitamu. Makin menyerupai Kristus, makin sukacita. Itu sebabnya gereja dipanggil Tuhan untuk melihat Kristus. Hanya melihat Dia dan bukan yang lain.
John Sung bertobat ketika ada seorang remaja berkhotbah mengatakan “lihat Kristus, apa susahnya lihat Kristus? Bukan cuma tidak susah, tapi penuh kesenangan. Mengapa kamu tidak mau ikut Dia? Karena kamu berpikir waktu ikut Dia cuma lihat salib-Nya. Tapi lihat Dia yang bangkit, coba lihat kemuliaanNya.” Salib dan kemuliaan tidak bisa lepas. Maka dia mengatakan “jangan cuma lihat salib, lihat kemuliaan”, ini membuat John Sung bertobat. Dia pikir yang membuat dia dihargai adalah penerimaan papanya, John Sung sangat bergumul sama papanya, dia sangat tidak cocok dengan papanya. Tapi makin tidak cocok dengan papanya, makin ingin mendapat konfirmasi dari papanya.
Baru saya sadar apa yang dikatakan oleh satu artikel yang saya baca, psikologi dari anak, terutama laki-laki, makin tidak cocok dengan papa bukan berarti niat anak laki-laki menyenangkan papanya hilang sama sekali. Tetap ada niat untuk membuat dia senang, tetap ada niat bahkan makin besar untuk membuktikan “saya anakmu dan saya bisa membuat engkau bangga”.
Maka papa-papa kalau tidak cocok sama anak laki-lakimu coba pertimbangkan ini meskipun dia seperti memberontak, meskipun dia tidak mau taat sama engkau, di dalam hati dia tetap ada niat “suatu saat saya harus membuat papa senang”, ini dialami John Sung. Dia kuliah, ambil gelar doktor supaya papanya senang, padahal dia dan papanya tidak cocok. Lalu dia berpikir “kalau papa sudah senang, alangkah bahagianya”. Tapi setelah dia bertemu Tuhan, dia mau melayani Tuhan dengan menjadi hamba Tuhan, dia mau buang semua gelar, dia buang satu per satu. Tapi ijazah doktornya dia simpan, karena mau diberikan ke papanya, “paling tidak papaku senang melihat aku sudah berhasil mendapatkan gelar ini”. Niat dia paling besar ternyata menyenangkan papanya, “saya ingin menyenangkan papa, itu membuat saya senang”, ini dialami John Sung. Dia mengatakan ke papanya “pa, ini gelar saya”, papanya memang senang. Lalu dia mengatakan “pa, saya ingin menjadi hamba Tuhan”, papanya marah bukan main. “Tidak, kamu jadi guru, jadi pengajar, jadi profesor, jadi dosen, kamu jangan menjadi hamba Tuhan”, John Sung jadi sedih lagi. “Ternyata saya sangat ingin menyenangkan papa, sekarang kehendak papa dan Tuhan bentur, saya mau ikut mana?”, dia tetap mau ikut Tuhan dengan kesedihan yang besar karena papanya.
Apa yang mau kita capai, apa yang membuat kita sukacita itu bukan sesuatu yang tanpa pergumulan naik turun. Saudara mengatakan “saya mau kejar sukacita”, ini pengejaran yang panjang. Di dalam Surat Filipi ditekankan sukacita sejati itu bukan sesuatu yang secara penuh kita dapatkan sekarang, tapi secara konsisten kita alami kalau kita ikut Kristus. Ikut Kristus, kita belajar sukacita. Ini hal pertama yang harus kita tahu, sukacita bukan didefinisikan oleh pandangan kita yang sempit, yang dangkal, yang kurang bijaksana. Sukacita didefinisikan oleh Tuhan yang menyatakan manusia akan mendapatkan kelimpahan kalau ikut Kristus. Kristuslah Pribadi yang paling penuh sukacita dan kita mau ikut Dia.