Waktu Paulus pergi dia tahu siapa pun yang dengar Injil, Tuhan akan berkati dia sampai tuntas. Siapa yang menolak Injil, Paulus tidak punya kuasa apapun untuk tangkap dia, “engkau tolak, silakan. Tapi siapa yang terima, saya yakin Tuhan akan sempurnakan kamu.” Keyakinan bahwa Tuhan akan menyempurnakan ini sangat penting, karena kita terus-menerus berhadapan dengan dunia yang rusak. Tapi kita tahu harapan paling besar adalah di dalam Injil Tuhan.

Maka Paulus pergi memberitakan Injil, sudah pergi memberitakan Injil dapat pertobatan? Tidak tentu. Waktu dia ada di Listra, dia khotbah dengan sangat luar biasa, dia berikan orasi salah satu yang terbaik, yang mungkin sepanjang sejarah pernah didengar oleh orang Listra. Dia berikan dengan konten yang luar biasa baik. Saudara kalau baca khotbah di dalam Injil Lukas, Saudara akan tahu bahwa ringkasan khotbah terbaik sepanjang sejarah ada di Kisah Rasul yang ditulis oleh Lukas. Saudara baca ringkasan khotbah Paulus di situ, Saudara langsung menemukan inti Injil yang dibagikan dengan argumen yang kuat dan semua dirangkum di dalam satu pasal saja. Paulus bicara kepada orang Listra mengatakan “jangan sanjung kami”, waktu itu Paulus dianggap dewa “ini pasti Dewa Hermes, karena dia memberitakan pesan dewa.” Lalu Barnabas yang menemani dianggap Zeus, “ada Zeus dan Hermes, dewa-dewa di tengah kita.” Tapi Paulus mengatakan “jangan sembah dewa-dewa.” Lalu dia berikan argumen dari teologi penciptaan untuk melawan pengertian penyembahan berhala, “kamu tahu tidak, seluruh sejarah adalah karena Tuhan menggerakkannya. Kamu jadi bangsa karena Tuhan yang menetapkan batas. Kamu bisa panen karena Tuhan yang pelihara kamu. Jadi kalau apapun yang kamu nikmati di dalam tahun-tahun hidupmu tidak ada Tuhan yang sejati, kamu kosong hidupnya. Karena kosong cari yang lain, sembah yang lain, lalu kamu sembah saya, saya ini kosong. Mengapa sembah saya? Karena kamu pun kosong”, orang yang kosong hatinya menyembah dewa yang kosong adanya.

Maka Paulus mengatakan “kamu kosong hatinya, lalu kamu cari berhala yang juga kosong seperti saya. Saya bukan dewa, saya bukan Tuhan, mengapa sembah saya?” Maka Paulus beritakan tentang kisah pemeliharaan Tuhan, tentang penciptaan, tentang berkat Tuhan bagi bangsa-bangsa. “Kalau kamu sudah dengar berkat dari Tuhan bagi kamu, mari kembali kepada Dia”, dan ini yang Paulus bagikan, membuat orang-orang yang tadinya bingung mulai dikuatkan, “saya mesti dengar pesannya orang ini, jangan sembah orang ini. Mesti dengar apa yang dia katakan, mesti belajar.” Tapi orang Yahudi yang jahat mulai provokasi, “kamu tahu tidak orang-orang ini ciptakan agama baru yang akan membuat kuilmu kosong. Kamu tahu tidak orang-orang ini akan menyerang agamamu, suruh kamu pindah agama, tidak mau kamu menyembah berhala yang lama”, “begitu ya?”, “iya, coba dengar dia akan mengatakan berhala itu tidak ada.” Akhirnya benar, Paulus mengatakan “Tuhan satu-satunya Allah, kamu harus datang kepada Dia”, “kalau begitu agama kami salah? Kamu menista agama kami”, langsung Paulus diseret, dilempar batu dan dianggap sudah mati. Lalu dia bangkit karena anugerah Tuhan, dengan penuh luka balik lagi ke dalam kota, diobati sebentar lalu dia masuk lagi ke kota Listra, kota yang menganiaya dia. Di situ dia menguatkan jemaat, salah satu yang dikuatkan adalah anak muda bernama Timotius. Timotius itu dari Listra. Timotius lihat pengorbanan Paulus, dia langsung mengatakan dalam hati “saya mau jadi pekabar Injil”, bagaimana bisa?

Akhirnya Paulus ditemani Timotius. Mengapa Timotius mau pergi? Karena digerakkan oleh cinta kasih yang dia lihat ada pada Paulus. Paulus memberitakan Injil, Timotius pun memberitakan Injil. Maka dua orang ini menulis kepada Jemaat Filipi dengan mengatakan “kami sudah tahu bagaimana Tuhan menyempurnakan pekerjaanNya. Maka kami tidak akan kehilangan pengharapan, kamu akan Tuhan bimbing menuju kesempurnaan”, ini kalimat yang kuat, bukan karena diteorikan oleh Paulus tapi karena dialami oleh Paulus.

Paulus mengatakan kepada orang Filipi, “saya mengucap syukur karena kasih karunia Allah”, mengapa bisa mengucap syukur? “Karena kamu dapat apa yang saya dapat. Sama seperti Tuhan mencintai saya waktu saya benci Dia. Sama seperti Tuhan mempertobatkan saya dan mengutus saya, menjadikan saya rasul-Nya, demikian Tuhan yang sama akan membentuk engkau.” Saya sangat kagum dengan kesadaran bahwa Tuhan mencintai rasul di dalam Alkitab sama besar dengan Tuhan mencintai kita sekarang. Jangan pikir ada gap antara cinta Tuhan kepada Paulus dengan cinta Tuhan kepada kita. Kalau Tuhan mencintai Paulus dengan sepenuhnya, kalau dengan kita, Tuhan hanya berikan cinta sedikit? Tidak. Tuhan tidak kenal ranking cinta. “Aku mencintai Paulus lebih dari orang pilihan lain”, tidak. Semua orang pilihan dicintai Tuhan dengan cinta yang sama, yang Dia berikan kepada Kristus. Seperti apa Bapa mencintai Yesus Kristus, sebesar itulah Bapa mencintai engkau dan saya. Ini cinta kasih yang tidak dikorting, tidak di-cut, tidak dikurangi, tidak berdasarkan pangkat. Paulus pangkat tinggi, cinta Tuhan lebih besar. Kita lebih rendah, cinta Tuhan lebih kecil? Tuhan tidak mencintai dengan cara itu.

Di dalam Efesus, Paulus mengatakan cinta Tuhan dicurahkan sepenuhnya dalam hatimu oleh karena Roh Kudus yang ada di dalam hatimu. Demikian juga di dalam Surat Filipi, Paulus sudah tahu apa itu Injil. Maka Paulus mengatakan “saya terhibur melihat kamu, karena saya tahu sama seperti saya mengalami Tuhan, demikian engkau akan mengalami Tuhan. Sama seperti saya disukakan oleh Injil, demikian engkau akan disukakan oleh Injil. Sama seperti saya akan disempurnakan, demikian engkau juga akan disempurnakan”, inilah sukacita Paulus.

Mari belajar menikmati sukacita versi Kristen, bukan sukacita versi dunia. Kekristenan menawarkan sukacita yang masuk ke semua bidang hidup, membuat kita melihat cinta Tuhan di dalam bidang itu. Mari kita belajar seperti Paulus di dalam Surat Filipi yang tadi kita sudah lihat sama-sama. Mari kita membaca sekali lagi ayat ke 3-6 “aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu. Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua aku selalu berdoa dengan sukacita. Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini, akan hal ini aku yakin sepenuhnya yaitu Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.”

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

« 9 of 9