Maka Kekaisaran Roma sangat dipersulit dengan orang-orang ini. Mereka masuk ke kota-kota yang sudah stabil, mereka merampok, mereka membakar desa-desa, mereka menjarah. Lalu dengan keadaan seperti ini orang langsung membedakan Kekaisaran Roma terdiri dari orang-orang bagus, orang-orang yang beradab, tapi orang-orang Frankis adalah orang-orang yang kejam, yang cuma tahu menjarah. Tapi pelan-pelan Kekaisaran Frank justru menjadi dominan di Eropa, lalu Injil mempengaruhi mereka. Kemudian budaya dari Romawi makin turun, lalu budaya dari Kekaisaran Frank makin berpengaruh di Eropa.

Maka kita tidak bisa mengatakan Eropa maju karena budaya Yunani dan budaya Romawi memang sudah bagus, Kekristenan cuma nebeng, “budaya Romawi sudah bagus, mari kita Injili ke sana.” Tapi entah mengapa gerakan Injil yang sangat diberkati justru adalah yang pergi ke tempat-tempat yang sangat rawan, yang tidak bisa dipegang sebagai tempat maju. Maka Kekaisaran Frank yang Kristen menjadikan Eropa menjadi Kristen. Mereka menyebar dan membuat kubu-kubu Kristen yang baru, bukan melanjutkan yang sudah bagus dari Roma, tetapi membuat yang baru dari kekaisaran-kekaisaran ini.

Maka ketika orang Kristen melihat sejarah, yang mereka lihat bukan kisah sukses yang berlanjut. Yang mereka lihat selalu ada pola baru, yang tidak layak dimunculkan, yang tidak ada kemungkinan dibuat menjadi sangat penting, yang tidak ada bagian di dalam kebudayaan bagus, justru dimunculkan oleh Tuhan. Tuhan menjangkau orang-orang yang dianggap pinggir, yang dianggap buas, yang dianggap jahat, yang dianggap penghancur, lalu Tuan ubah mereka menjadi pembangun kebudayaan yang paling baik. Eropa menjadi kebudayaan sangat maju. Ketika ada kekacauan agama antara Katolik dan Protestan, perang, maka kelompok-kelompok Protestan yang ditindas di Inggris pergi ke Belanda. Di Belanda mereka juga makin tidak ada tempat, mereka membuat kapal untuk pergi ke dunia baru yaitu di Amerika. Dari situ kebudayaan Kristen menyebar ke Amerika.

Jadi kebudayaan Kristen adalah kebudayaan yang dimulai dari pekabaran Injil. Dan Injil selalu diberikan ke kelompok yang tidak diperhitungkan. Kalau kita cuma tahu “ada yang sudah bagus, mari kita nebeng Injili, ada yang sudah maju mari kita tebengkan Injil di situ”, itu bukan gaya Kekristenan. Kekristenan berkembang dari tempat yang tidak layak menjadi maju, dari orang yang tidak layak dimunculkan.

Inilah yang kita bisa lihat di dalam doktrin predestinasi, Tuhan memilih yang tidak layak. Tuhan memilih yang tidak ada harapan, tapi Tuhan berikan Injil lalu mereka menjadi orang-orang yang diubahkan. Paulus termasuk salah satunya, dia adalah orang yang sangat kejam karena gaya budaya agama yang dia tahu salah. Orang jadi kejam bisa karena banyak hal, tetapi tidak banyak yang sadar bahwa orang bisa menjadi sangat jahat karena agama. Agama bukan satu kekuatan remeh, tapi agama dan kekuatan yang sangat besar. Orang bisa benci orang lain karena pengaruh agama.

Kristen muncul dan berkembang bukan dari kelompok yang sudah bagus, tetapi dari keadaan yang kacau. Lalu setelah itu berkembang dan mempengaruhi begitu banyak tempat. Paulus tadinya dikacaukan oleh pengertian agama yang salah, pengertian agama dan pengenalan akan Tuhan yang salah, akan membuat orang mempunyai kehidupan yang buruk bukan main. Agama bisa jadi perubah hidup menjadi baik, tapi juga bisa jadi penghancur masyarakat. Kalau orang mempunyai kondisi buruk karena agama, maka dia tidak sadar kalau kondisi dia buruk. Yang dia tahu dia sedang mengabdi kepada Tuhan, tapi Tuhan yang memerintahkan dia menjadi jahat, menjadi kejam, itu bukan Tuhan yang sejati.

« 2 of 9 »