Alkitab banyak memberikan gambaran, terutama Injil Yohanes, tentang Yesus yang datang untuk menyatukan kita dengan Dia, bersatu dengan Dia. Dia adalah shelter kita, Dia adalah Pelindung kita, Dia adalah sumber kesembuhan kita, Dia adalah damai sejahtera kita, Dia adalah sukacita kita. Apapun yang kau cari di dunia dengan mempertahankan hidup, akan engkau peroleh berlipat-lipat ganda di dalam Kristus. Apa yang kau kejar dengan aman di dunia ini, justru akan kau dapat dengan sempurna di dalam Kristus. Apa yang kau kejar dengan mempertahankan hidup, justru akan engkau dapat lebih banyak dengan kehilangan hidup demi Kristus. Mari belajar hal ini, saya sangat sarankan Saudara belajar lihat hidup dari perspektif yang lain, jangan takut kehilangan nyawa demi Tuhan. Jangan hidup bodoh, tapi jangan takut kehilangan nyawa bagi Tuhan. Menikmati Tuhan itu jauh lebih penting daripada menikmati hidup di dunia. Itulah yang Paulus sedang katakan “bagi saya, saya sendiri lebih suka kalau hari ini saya dijatuhi hukuman mati. Supaya aku dimatikan oleh hukuman mati ini dan aku bertemu Kristus”. “Mengapa engkau begitu ingin bertemu Kristus?”, jawaban Paulus simple “karena segala yang aku cari aku temukan di dalam Dia ketika Dia menjumpai aku. Sekarang waktunya aku datang menjumpai Dia. Aku akan dapat kegenapan dari semuanya”. Mengapa Saudara diselamatkan? Karena Kristus menjumpai Saudara. Kapan keselamatan itu akan menjadi sempurna? Ketika Saudara menjumpai Kristus. Paulus mengatakan “saya sudah dapat separuh dari apa yang saya bisa dinikmati yaitu keselamatan. Sekarang saya kejar separuh yang lain yaitu kesempurnaan keselamatan”. Bagaimana kesempurnaan keselamatan diperoleh? Dengan aku bertemu dengan Dia muka dengan muka. Saya sangat terharu waktu Fanny Crosby ditanya “kamu pernah doa minta kesembuhan?”, dia mengatakan “pernah dulu, sekarang tidak. Karena saya mau lebih suka hidup dalam kebutaan sampai mati. Waktu saya sudah mati, saya bertemu Tuhan. Pertama kali saya mampu melihat, yang saya lihat adalah wajah Kristus. Kalau sekarang saya sembuh, saya lihat wajahmu. Tapi nanti kalau saya mati bertemu Kristus, yang pertama saya lihat adalah wajah Kristus”. Siapa yang bisa memberikan Saudara sukacita? Bukan apa yang Saudara temukan di dunia ini, tapi di dalam Kristus. Inilah orang yang sudah diubah, ini orang yang sudah diperbarui dari dalam. Maka Paulus mengatakan “saya inginnya pergi ke Kristus, berdiam bersama dengan Dia, itu lebih baik, itulah tempat saya”. Di mana tempatmu? At home with Christ. Tuhan sering memberikan cicipan tentang hal ini dalam diri kita. Saudara harus punya kesenangan berkeluarga. Keluargamu harus engkau cintai, suami harus menyukai istri, istri harus menyukai suami. Suami istri harus saling sayang, istri suami harus saling cinta, orang tua anak harus saling cinta, anak orangtua harus saling cinta. Sehingga Saudara merasakan indahnya punya rumah, indahnya memiliki rumah. Waktu saya akan mengajukan pemberkatan nikah, pendeta yang memberkati tanya mengapa ingin menikah. Biasanya pendeta tanya “mengapa mau nikah?”, lalu jawaban kita mesti seteologis mungkin “karena pernikahan adalah gambaran antara Israel dan Allah, antara Kristus dan jemaatNya”, tapi saya waktu itu jawabnya sangat personal, “saya ingin punya rumah”. Pendetanya kaget, “maksudnya istrimu banyak uang untuk bisa beli rumah?”, “bukan, maksudnya saya ingin punya home, bukan house”. Setelah pelayanan, pulang, ada home, ada istri yang mencintai, ada istri yang tentu saya cintai juga, ada anak atau anak-anak yang Tuhan percayakan yang juga sangat saya kasihi, yang saya rindukan. Waktu saya sampai rumah, saya menikmati bersama mereka. Pendetanya bertanya lagi, ini almarhum Pdt. Rudi Pranoto yang dulu memberkati, “begitu ya? Kok cuma itu? Rohani sedikit dong”. Lalu saya jawab “karena bagi saya mempunyai rumah untuk dinikmati, punya home untuk dinikmati, menambah kerinduan saya bersama Kristus, karena ini cuma cicipan. Keindahan mempunyai istri yang baik adalah cicipan dari keindahan memiliki Kristus”. Maka kalau Saudara punya rumah tangga buruk, sulit bagi Saudara untuk menginginkan Kristus. Karena Kristus itu bukan pelarian, “saya tidak suka di rumah, saya lebih suka bersama Kristus. Saya tidak suka dunia, saya lebih suka Kristus”, Kristus bukan pelarian. Saudara kalau menikah karena pelarian, sulit dapat pernikahan yang baik, “saya mau nikah dengan kamu, karena saya tidak suka di rumah. Saya mau kabur dari rumah dan di dalam pelukanmu saya aman. Meskipun engkau juga buruk, tapi lebih parah rumah, jadi saya dapat lesser evil. Rumah itu fully evil, tapi suamiku lesser evil”, itu bukan pernikahan yang baik. Pernikahan yang baik itu bukan pelarian. Pernikahan yang baik adalah pilihan karena ada damai di situ. Maka milikilah istri yang baik supaya engkau makin kangen Kristus, bukan lebih ingin lari ke Kristus. Nanti sampai surga ditanya “mengapa kamu suka ke surga?”, “daripada di rumah, istriku cerewetnya, saya sudah capek mendengarkan dia. Untung saya sudah di surga, di surga tenang, adanya pujian malaikat”, itu buruk. Saudara menikmati rumah, menikmati orang tua yang baik, menikmati anak yang baik, menikmati istri yang baik, menikmati suami yang baik, makin membuat Saudara sadar “saya semakin rindu Kristus. Kalau di dunia ini saya mendapatkan keindahan sebesar ini, apalagi nanti bersama dengan Kristus”. Ini yang Paulus katakan “saya bingung pilih yang mana, karena saya suka melayani, saya senang bersama dengan kamu, aku menikmati bergereja. Tapi saya lebih suka bersama Kristus”, karena kenikmatan bergereja itu adalah foretaste, cicipan. Saya mau dapat yang sepenuhnya bertemu dengan Kristus. Ini bukan keinginan orang depresi, ini bukan keinginan orang melarikan diri, “aku lebih suka mati bersama Kristus, karena saya sudah menikmati banyak kesenangan di dunia dan itu mempertambah kerinduanku datang kepada Kristus”. Kalau Saudara memperlakukan kesenangan dunia dan Kristus sebagai pelarian, “saya tidak dapat kesenangan di dunia, saya lari ke Kristus”, maka Saudara akan lari tinggalkan Kristus kalau Saudara dapat kesenangan di dunia ini. Orang yang dapat pernikahan baik, lalu lupa Tuhan, bahaya. Orang yang sudah berkeluarga, lupa melayani Tuhan, bahaya. Mengapa bahaya? Karena engkau tidak meletakkan Kristus sebagai puncak dari kesenangan. Engkau meletakkan Kristus sebagai antitesis dari dunia ini. “Kalau dunia saya senang, saya tidak lari ke Kristus. Kalau di dunia saya menderita, baru saya lari ke Kristus”, bukan begitu. Maka Paulus mengatakan “saya senang dilepas”, karena opsinya Paulus bukan penjara, tapi dilepas atau dimatikan. Penjara sudah status quo. Paulus mengatakan “saya lebih suka dihukum mati atau dilepas? Saya bingung karena dilepas berarti saya bertemu Engkau dan saya senang. Tapi mati berarti saya dapat puncak kesenangan yaitu bertemu Kristus. Bagi Paulus kesenangan dunia dan kesenangan Kristus itu ada eskalasinya, bukan bentur, bukan antitesis. Kristus adalah eskalasi dari kesenangan dunia, bukan antitesis dari kesenangan dunia. Yang dimaksudkan, harap kita tidak salah. “Aku ingin diam bersama dengan Kristus”, itu memang lebih baik. “Lebih baik bersama Kristus, tapi lebih perlu tinggal dengan kamu. Mengapa lebih perlu? Sebab saya sendiri perlu menghasilkan buah”. Paulus tidak hanya mengatakan saya perlu tinggal bersama kamu untuk memberkati kamu, tapi Paulus mengatakan “saya juga perlu bersama kamu, supaya aku pun menikmati buah-buah hidup baik di tengah jemaat”, itu yang Paulus katakan. “Lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. Dalam keyakinan ini tahulah aku, aku akan tinggal dan bersama-sama dengan kamu sekalian, supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman. Sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku apabila aku kembali kepada kamu”. Jadi Paulus mengatakan aku ingin menikmati hidup memberi buah, mengekspresikan hidup baru saya. Nanti kalau saya bertemu Kristus, saya menemukan kesempurnaan dari keindahan itu. Tapi kalau pun belum, saya bisa menikmati cicipannya dengan hadir di tengah-tengah kamu. Bayangkan betapa menyenangkannya hidup Kristen seperti ini, menikmati hidup Kristen di dalam segala kelimpahan. Jangan salah mengerti Kekristenan. Karena kalau salah, Saudara jadikan Kekristenan pelarian, sudah tidak nyambung dengan dunia baru lari ke Kristus, banyak orang Kristen seperti itu. Di dunia kerja tidak bisa, pacaran gagal, bekerja gagal, ini gagal, itu gagal, lalu lari ke Tuhan, lalu mendapatkan penghiburan. Lalu sok rohani “Aku mencintai Tuhan, aku dekat dengan Tuhan karena dunia tidak memberi apa-apa bagi aku. Tidak bisa, tidak boleh, Saudara mesti jadi orang Kristen yang cocok di dunia, yang berhasil kerja keras dan berhasil. Tetapi tetap mencintai Tuhan lebih. Saudara berhasil dalam relasi, berhasil di dalam keluarga, berhasil dalam menjadi orang tua, berhasil dalam menjadi anak karena Tuhan, karena kehidupan suci yang Saudara miliki. Tapi tetap Saudara atau sumber dari sukacita itu adalah Kristus. Inilah kepenuhan hidup Kristen yang Paulus mau bagikan kepada kita.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)