(Wahyu 4: 1-11)
Orang Kristen tidak bisa menempatkan penyembahan kepada Tuhan maupun puji-pujian kepada Dia di dalam level yang rendah. Tidak ada satu orang pun boleh menghina ibadah kepada Tuhan, tidak ada satu orang pun boleh dengan sembarangan memberikan apa yang dikehendaki hatinya untuk dilempar kepada Tuhan dan berharap Tuhan akan terima itu. Hari ini saya membagikan Wahyu 4 ini sebagai prinsip penting ibadah. Manusia kalau tidak beribadah akan kosong dan kering. Dan kalau beribadah dengan cara yang kosong dan kering, dia tidak akan punya harapan untuk memperbaiki rasa kosong dan keringnya karena tidak ada apa pun yang bisa mengisi manusia dan membuatnya berlimpah selain ada kesempatan beribadah kepada Tuhan. Di dalam lagu yang kita nyanyikan, yang ditulis dalam periode pelayanan John Calvin yaitu As a Deer in Want of Water, ini diambil dari Mazmur 42, dan pemazmur menangis di hadapan Tuhan. Mereka mengatakan “Tuhan, kapan lagi kami boleh beribadah?”. Mengapa repot, ibadah kan bisa dilakukan dimana pun. Mengapa menangis? “Kami ada di Babel, kami tidak bisa beribadah kepadaMu”. Orang Israel mengatakan “kami biasa dapat kelimpahan dari Bait Suci, dimana lagi kami bisa dapatkan kalau tidak di Bait Suci?”. Kerinduan untuk hadir bersama Tuhan, itulah kerinduan umat Tuhan.
Kita rindu apa? Di zaman modern ini ilah kita sudah berganti, sudah geser bukan lagi Tuhan tapi uang. Kerinduan kita adalah ditemani uang yang banyak. Saya tidak mengatakan tidak perlu uang, kita perlu uang. Alkitab mengatakan bukan cuma perlu, tapi kita harus atur uang, karena salah satu aspek penghakiman yang Tuhan berikan kepada kita adalah bagaimana kita pakai uang kita, bagaimana kita cari uang. Apakah kita lakukan dengan cara yang baik? Apakah uang punya tempat prioritas di dalam hidupmu? Kalau iya, celakalah kita. Itu sebabnya orang modern yang sudah dikuasai cara berpikir hanya menyembah uang, hanya tahu uang, adalah orang yang kering tapi tidak mencari kelimpahan di dalam Tuhan. Sudah ditipu dengan kelimpahan palsu di dalam keuangan. Satu orang jemaat di Bintaro mengatakan “dulu hal yang menyenangkan saya adalah buka buku tabungan dan lihat ada berapa di situ. Kalau semakin banyak, hati saya tenang”, kalau jumlah berlimpah dari yang dia harapkan, di situ ada sukacita besar yang sulit digantikan sukacita apa pun. Dan dia mengatakan dia bergumul dengan hal ini meskipun orang lain tidak, dia bertanya kepada sesama jemaat atau orang Kristen “apakah kamu pernah bermasalah dengan perasaan senang kalau uang banyak? Hati saya terganggu karena saya cuma senang karena uang, kalau seperti ini saya merasa bukan Kristen”, lalu orang lain mengatakan “tenang saja, hal seperti itu tidak perlu dipermasalahkan, itu hal biasa, semua orang juga senang kalau uangnya banyak”, “saya tahu orang akan senang kalau ada uang, tapi mengapa kesenangan saya hanya itu? mengapa saya tidak bisa bersukacita untuk hal yang lain, mengapa mata saya hanya bisa lihat satu sumber terang palsu ini?”, dan itu sangat mengganggu dia. Kita lebih bersukacita kalau uang kita banyak, kita memang mengaku dengan mulut kita “aku senang jadi anak Tuhan”, tapi pada faktanya hati kita hanya digerakan oleh uang. Itu sebabnya zaman ini adalah zaman penyembahan berhala yang sangat parah, karena orang boleh mengucapkan dari mulutnya “aku percaya kepada Allah, aku setia kepada Tuhan. Aku setia kepada agama ini, aku setia kepada agama itu”, tapi pagi siang sore malam seluruh energi, seluruh fokus, seluruh perhatian hanya untuk dapat uang demi kesenangan pribadi. Dimanakah penyembahan kepada Tuhan kalau ini yang menjadi sikap kita?
Hal kedua, zaman ini bukan hanya menyembah berhala, zaman ini juga sangat mengidolakan kesenangan. Richard Pratt mengatakan kesenangan itu adalah dewa yang tidak boleh saya, diganggu. Dan abad 21 menunjukan betapa marahnya orang kalau kesenangannya diambil dari dia. Orang penyembah uang dapat uang, orang pemuja kesenangan dapat kesenangan melalui obat-obatan. Ini terus terjadi mana pun. Orang mencari kesenangan, orang ini merasa senang, merasa sukacita, merasa lega, merasa semua kesulitannya bisa lari, cari kesenangan, cari hiburan, cari cara untuk membuat hidup lebih hidup. Itu sebabnya hiburan malam tidak akan pernah layu, karena orang terus mencari hiburan. “Kamu kalau sudah suntuk kerja, apa yang kamu lakukan?”, “cari club malam, nyanyi di karaoke, teriak-teriak sampai lega, inilah kesenangan saya”. Semua kesenangan dicari manusia, dan siapa berani cabut manusia dari kesenangan itu, dia akan marah sekali. Mengapa orang marah kalau dia diputus dari uang, kalau dia diputus dari kesenangannya? Karena hal-hal ini adalah dedikasi hatinya, inilah agama yang dia sembah, inilah yang membuat dia merasa sudah penuh. Orang merasa dirinya mendapat kepenuhan lewat hal-hal lain di luar Tuhan, itu kecelakaan paling besar. Jadi kesenangan sudah memperbudak kita, uang sudah memperbudak kita. Lalu kita pikir kesenangan dan sukacita sejati terdapat di dalam hal-hal ini? Maka kita di dalam zaman modern tidak mencari ibadah yang memuaskan. Mengapa tidak banyak orang yang komplain kalau gereja memberikan ibadah yang tidak memuaskan? Karena sudah dapat kepuasan di tempat lain, kepuasannya mungkin bukan di gereja. Orang datang ke gereja ngantuk-ngantuk, tidur, bangun waktu kotbahnya selesai. Tidak ada orang yang mengatakan “hari ini saya ibadah, mengapa saya tidak merasakan sukacita kehadiran Tuhan? Ini rugi besar, satu minggu akan lewat tanpa saya merasakan kehadiran Tuhan. Satu minggu lewat tanpa saya merasa Tuhan sedang berbicara kepada saya. Satu minggu lewat tanpa saya rasa Tuhan sedang menyapa saya”, apa yang bisa menggantikan hal ini? tidak ada. Uang Saudara tidak bisa menggantikan momen itu. Pacarmu, suamimu, istrimu, tidak bisa menggantikan momen itu. Tapi ada orang datang ke gereja dengan berharap bertemu dengan orang yang ditaksir. Saudara rugi tidak bertemu Tuhan. Tapi tidak ada yang menyerukan Mazmur 42, tidak ada yang mengatakan “Tuhan, saya seperti rusa yang mau mati. Jadi tolong, kalau Engkau mengasihi jangan lari dari padaku. Jangan tinggalkan saya, jangan biarkan saya tidak merasakan kenikmatan bersekutu dengan Engkau. Saya bukan orang kafir kan? Saya umatMu kan? Saya anakMu, saya umat tebusanMu, jangan buang kami”, ini yang mazmur 42 sedang nyatakan. Tapi banyak orang ikut ibadah dan mengatakan “kapan selesai? Oh puji Tuhan, hari ini selesai lebih cepat”, atau “wah, hari ini pasti lama selesainya. Lain kali saya akan cari gereja yang lebih singkat, karena saya tidak tahan bertemu dengan Tuhan”, apakah ini ucapan dari umat Tuhan? Bukan. Itu sebabnya jangan cari kesenangan di tempat lain, tidak ada yang bisa gantikan ini. Ketika Saudara dan saya lupa bahwa kesenangan utama adalah menyembah Tuhan, maka ibadah itu jadi sesuatu yang rutin, sesuatu yang biasa, sesuatu yang akan dilakukan minggu demi minggu.
Maka ketika orang makin terseret dengan kesenangan duniawi, oleh kesenangan uang, lalu kegentaran dan kesulitan hidup, ini hal ketiga yang membuat kita sulit menikmati Tuhan. Orang dianiaya kalau jadi Kristen, orang terus masuk dalam keadaan sakit, akhirnya terus konsentrasi pada keadaan itu dan ini sulit kita permasalahkan. Siapa pun dalam keadaan sulit akan terkonsentrasi pada kesulitan itu. Bayangkan kalau kita hidup di abad pertama ketika gereja Tuhan hidup, mereka sangat khawatir ditangkap. Dan kalau ditangkap bukan hanya diusir dari ibadah, mereka mungkin akan ditangkap untuk dibunuh. Di dalam ketakutan yang tiap minggu mereka rasakan, mereka bisa masuk kepahitan, bisa masuk dalam perasaan “apa gunanya saya ikut Tuhan kalau seperti ini? Tiap hari adalah hari sulit, tidak ada bahagia di dalamnya, hari-hariku semakin panjang, semakin membuatku muak. Lebih baik Tuhan persingkat waktunya supaya aku berhenti di bumi Tuhan yang menyusahkan ini”, ini beban sulit. Orang menghadapi kesulitan akan mungkin masuk dalam kepahitan. Saya sering mendoakan orang-orang yang penyakitnya terus kambuh, karena saya tahu satu hal ada bahaya kepahitan bisa masuk ke dalam hati dia. Mungkin dia lebih kuat dari saya, mungkin kalau saya dapat penyakit seperti itu akan lebih cepat merasa pahit kepada Tuhan. Ayub pun yang paling Tuhan banggakan pernah mengalami kepahitan seperti itu. Ketika iblis habis keliling dunia lalu datang kepada Tuhan, Tuhan langsung mengatakan “dari manakah engkau?”, “saya dari perjalanan keliling dunia”, untuk apa iblis keliling dunia? Iblis keliling dunia itu kerja bukan liburan, kerja menyesatkan orang. Maka Tuhan senyum kepada iblis dan mengatakan “kamu gagal ke Ayub ya?”, itu maksudnya. “Sudahkah kamu ketemu hambaKu Ayub?”, itu sindiran untuk iblis. Setelah itu tidak ada lagi diskusi Tuhan dengan iblis, meskipun kita tahu di akhirnya Ayub dipulihkan.
Tuhan menang, tapi Tuhan tidak perlu pamer sama iblis. Urusan kemenangan Tuhan bukan urusan untuk pamer ke iblis. Kemenangan Tuhan dan umatNya adalah urusan umatNya dan Tuhan. Maka waktu Tuhan sudah menang, tidak ada lagi diskusi. Tuhan tidak perlu pengakuan dari setan. Dia menang demi dinikmati umatNya, Dia menang demi Dia dan umatNya bersatu, iblis tidak ada urusan. Maka dia boleh muncul di awal, tidak boleh muncul di akhir. Tuhan tidak perlu banggakan kemenanganNya kepada setan. Maka ketika Tuhan tanya ke iblis “sudah keliling dunia?”, “sudah”, “kamu gagal sama Ayub”. Tapi meskipun Ayub begitu kuat, di tengah-tengah dia sempat mengalami kepahitan, “lebih baik saya tidak dilahirkan, saya mau kutuk hari lahirku, supaya saya tidak perlu ada, mengapa saya harus dilahirkan kalau hanya untuk menikmati kepahitan demi kepahitan. Kalau saya salah maka Tuhan adalah lawan saya, saya mengaku salah. Kalau saya tidak salah, maka saya mulai bingung mengenal Tuhan. Kalau saya tidak berdosa bagaimana saya mendefinisikan tentang Tuhan. Teologi tentang Tuhan itu bagaimana, doktrin Allah saya sangat rumit. Saya bingung merumuskan siapa Engkau ya Tuhan, karena saya tidak bersalah tapi Engkau timpakan tanganMu dengan demikian keras”. Teman Ayub mengatakan “kamu pasti salah, selidikilah dirimu”, “saya sudah menyelidiki diri setiap hari”. Dulu ketika sebelum anaknya mati, anaknya mengadakan pesta yang umumnya dilakukan anak muda, Ayub bakar korban lalu mengatakan “Tuhan, seumpama mereka mengutuk Engkau di dalam hatinya, ini korban penebusan”. Ayub mengatakan seperti itu, karena Ayub tidak pernah mengutuk Tuhan dengan mulut. Anak Ayub tidak pernah kelihatan jahatnya apa. Jadi Ayub mengatakan “kalau secara mata mereka oke, tapi saya tidak tahu hati mereka, saya persembahkan ini untuk Tuhan”. Ayub mengatakan “saya sekarang sedang bergumul tentang doktrin Allah, karena saya sulit menjelaskan Allah. Saya tidak salah, tapi Dia hantam saya dengan keras, kenapa?”. Maka pada bagian akhir, Tuhan tarik Ayub dari kepahitan dengan mendekatkan dia dengan kemuliaanNya. Segala bentuk kemuliaan Allah Sang Pencipta itu dan Allah yang untuk Dia kita dicipta, dinyatakan di depan. Siapakah Tuhan? Tuhan adalah Pencipta, inilah kredonya orang Israel. Siapakah Tuhan? Dia adalah yang untukNya kita hidup, Dia yang menciptakan kita. Dari situ Ayub mendapatkan kelegaan, “iya Tuhan, sekarang doktrin Allah saya beres. Tuhan adalah yang menciptakan saya dan yang untuk Dia saya hidup. Saya tidak hidup untuk diri, saya hidup untuk Engkau”, dan itu yang menjadi kekuatan untuk Ayub keluar dari kepahitan. Maka kepahitan dari penderitaan itu menjadi satu kesulitan yang mesti kita doakan untuk mampu kita atasi atau untuk orang-orang sekeliling kita mampu atasi. Mari punya hati yang peka, banyak jemaat di sekeliling kita yang punya kesulitan jauh lebih besar dari yang kita mungkin bisa bayangkan. Ada orang yang tiap hari menghadapi beban berat sekali, yang sulit dia pikul, setiap hari bergumul dengan kesehatan yang sangat hancur, setiap hari bergumul dengan segala kesulitan relasi dengan orang, kekejaman dari orang yang punya kuasa dan lain-lain. Dan ini mungkin membuat orang mengalami kepahitan.
Di Kitab Suci dikatakan Tuhan itu bertahta di tengah dengan segala keindahan dan kekayaan. Saudara bisa lihat di dalam pasal 4:3-4, “Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya. Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka”. Pelangi lambang kesetiaan perjanjian Tuhan, kesetiaan Tuhan di dalam perjanjianNya. Dan segala bentuk perhiasaan yang dinyatakan di dalam Kitab Suci menunjukan Tuhan itu mulia, indah dan kaya. Dialah pemilik semua harta. Engkau mencari uang, Tuhan itu sumbernya dan Dia akan kasi untuk membuat engkau bergantung kepada Dia. Maka Tuhan adalah sumber segala keuangan, tidak masuk akan kalau engkau mendewakan uang. Kedua, keindahan itu dari Tuhan, kenikmatan menikmati Tuhan, menikmati kemuliaanNya, semua hanya bisa dengan berfokus kepada Tuhan. Maka di sini ada tahta yang sangat mulia, lalu ada 4 malaikat utama berdiri di sekeliling Tuhan, melayang dengan 6 sayapnya. Ini gambaran yang dilihat oleh Yesaya. Malaikat disebutkan ada 4, dalam tradisi Yahudi, ada 4 penghulu malaikat, ini tidak ditulis dalam Perjanjian Lama, maka Saudara boleh terima boleh tidak. Mereka percaya ada Mikael, Gabriel, Rafael, Urkiel menurut tafsiran orang Yahudi dan gereja di abad pertengahan. Empat malaikat utama ada dekat Tuhan. Tapi kalau Saudara baca pasal 7 dan 8, dikatakan bahwa Anak Domba memeteraikan umatNya lalu keempat malaikat ini bertugas menjaga. Bayangkan 4 malaikat utama di sorga bertugas untuk menjaga ketika Yesus memeteraikan siapa milikNya. Lalu bagian selanjutnya di pasal 5 mengatakan Yesus datang lebih dekat tahta Tuhan dibandingkan 4 malaikat ini. Yesus datang lebih dekat lalu dilantik oleh Tuhan, Tuhan tanya “siapa dapat buka meterai dari kitab ini?”, tidak ada orang yang bisa, Yohanes pun menangis. Lalu Anak Domab, Singa dari Yehuda itu maju, mendekat ke tahta itu, lalu menerimanya dari tangan Tuhan. Ini adalah kebaktian sekaligus pelantikan Yesus menjadi Raja. Dan Yesus berdiri lebih dekat dengan tahta Tuhan dibandingkan dengan 4 malaikat utama. Dan di dalam Wahyu 7 & 8 dikatakan Yesus berdiri bersama dengan umat tebusanNya. Saudara punya tempat di mana di sorga? Lebih dekat tahta Tuhan, lebih dekat Tuhan dari pada malaikat utama, ini yang Tuhan janjikan. Engkau masih mau kenikmatan di dunia ini, padahal Tuhan sudah berikan tempat utama di sorga, engkau keterlaluan sekali. Jika kita mengganti kemuliaan yang Tuhan tawarkan dengan kemuliaan yang dunia tawarkan, kita benar-benar berdosa kepada Tuhan. Karena seolah Tuhan mengatakan “hai 4 malaikat minggir, beri jalan untuk Yesus dan untuk tebusanNya. Umat tebusanNya tidak ada di lingkaran luar, tapi dibagian yang lebih dekat”, bahkan 24 tua-tua pun dengan rela ada di pinggir supaya kita punya tempat lebih indah, lebih dekat dengan Tuhan. Ini keindahan sorgawi yang luar biasa. Siapa yang boleh dekat kepada Tuhan? Yang tidak rasa layak. Siapa yang mengijinkan kita dekat dengan Tuhan? Orang yang justru lebih layak dekat, mereka minggir dan mengatakan “kamu silahkan dekat dengan Tuhan”, ini kemuliaan sorgawi. Lalu dikatakan para malaikat sujud menyembah. Empat malaikat itu terbang lalu menyanyikan “kudus, kuduslah Tuhan, Allah yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang”, kalimat ini dikenakan kepada Tuhan maupun kepada Yesus. Engkaulah yang sudah ada dan yang akan datang. Sedangkan untuk pekerjaan iblis, Wahyu mengatakan “ini adalah yang ada tapi tidak ada lagi”, itu kalimat untuk menyebutkan pekerjaan iblis. Siapakah iblis? Dia adalah yang ada dan tidak ada lagi. Siapakah Tuhan? Dia adalah yang sudah ada dan yang akan datang, yang kekal selama-lamanya. Maka Tuhan dipuja oleh para malaikat ini dengan siang malam tidak henti-hentinya, dengan mata yang penuh di seluruh badan mereka memuji Tuhan. Mengapa mereka penuh dengan mata? Seluruh makhluk yang ada sujud menyembah kemudian tersungkurlah 24 tua-tua sambil melemparkan mahkota, “segala kemuliaan yang saya miliki, sebenarnya milikMu”. Ini ibadah yang terjadi di sorga. Ibadah di sini ingin memberikan kita mencicipi sedikit. Yohanes mencicipi dengan menjadi saksi, tapi Saudara dan saya mencicipi di dalam kebaktian untuk kita boleh merasakan Tuhan sungguh hadir. Biarlah kita melihat dengan mata iman, kita tidak berdiri di hadapan manusia, kita berdiri di hadapan tahta yang mulia, yang menyatakan kemuliaanNya dengan sangat indah, yang kita boleh nikmati.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)