7 April 2019
(Yesaya 40: 9-31)
Pdt. Jimmy Pardede


Di dalam Kitab Yesaya ini kita akan belajar untuk melihat bagaimana salib itu diberitakan. Jadi kita mesti melihat salib sebagai puncak dari karya atau pekerjaan Tuhan di Perjanjian Lama. Salib tidak boleh direduksi, tapi harus dieksposisi lewat Perjanjian Lama. Jadi kalau kita mau memahami salib, kita harus tahu bahwa salib itu merangkum seluruh Perjanjian Lama. Makna salib begitu dalam dan hari ini, bulan ini kita akan merenungkan pengorbanan Kristus dengan cara yang sangat berlimpah lewat Kitab Suci. John Calvin ketika menulis commentary dari Mazmur, dia mengatakan bahwa orang Kristen harus belajar untuk menghargai berita Perjanjian Lama, baru bisa menghargai salib.


Demikian juga kita akan membahas Yesaya bukan langsung kepada kesimpulan salib. Tapi kita mau mengerti pengertian dari Yesaya untuk kita nantinya semakin mengerti salib. Setelah kita mengerti apa yang dibahas Yesaya 40 & 53, baru kita nanti membaca salib dengan kerangka pengertian yang kaya sekali. Jadi hari ini kita akan memulai dari Yesaya 40: 9-31 dan di dalamnya ada tema yang sangat jelas terlihat, yaitu tema menantikan kabar baik. Tuhan menyuruh Israel untuk menantikan Dia yang akan datang. Ini bisa Saudara lihat di ayat 9 misalnya, “hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: “Lihat, itu Allahmu!”. Dia datang dengan kekuatan dan tanganNya. Jadi ada berita tentang masa depan yang akan terjadi “lihat, Tuhan akan datang). Berita ini adalah berita yang sangat urgent sehingga dikatakan “lihat, Tuhan sudah datang”. Tapi pada realitnya pembaca Yesaya akan mengatakan “ini adalah berita masa depan, kami masih mengharapkan kedatangan Tuhan”, meskipun diberitakan dengan kesegeraan yang besar. Kesegeraan ini, sifat terburu-buru di dalam memberitakan kedatangan Tuhan menjadi ciri khas di Alkitab mulai dari Yesaya sampai nanti Wahyu. Satu hari Tuhan sama dengan seribu tahun, maksdunya adalah kalau kamu pikir Tuhan masih lama datangnya, kamu salah. Tapi dari dulu Tuhan mau datang, sekarang sudah bertahun-tahun lewat dan Dia masih belum datang, apalagi sekarang. Dari dulu Petrus mengatakan Dia sudah akan datang, Paulus mengatakan sudah akan datang, sekarang sudah tahun 2019 Dia belum datang juga. Seorang bernama Albert Schweitzer mengatakan para pemikir Perjanjian Lama, para rasul salah mengerti Yesus. Yesus mengatakan bahwa Dia akan datang kembali, tapi ternyata Dia tidak datang-datang. Dia mati dan bangkit, setelah itu hilang, tidak tahu kapan datangnya. Mengapa orang bersiap? Karena dia tahu Tuhan bisa datang kapan pun. Sehingga berita yang segera ini “Tuhan akan datang” itu sudah menjadi ciri dari Yesaya 40 sampai nanti Wahyu mengenai kedatagan Tuhan. Waktu Saudara memberitakan tentang kedatangan Tuhan, Saudara akan memberitakannya dengan pernyataan bahwa ini adalah sesuatu yang segera. Kalau ada gedung terbakar, Saudara tidak akan mengatakan “ada api di gedung ini, maka dengarlah hai orang-orang puisi yang akan saya beritakan” dengan cara yang tenang, Saudara tidak akan melakukan itu. Saudara akan teriak “ada api, mari lari”, ada perasaan mendesak untuk hal ini. Demikian Yesaya 40 ada perasaan mendesak “coba lihat di tembok Tuhan sudah datang”. Tapi begitu orang melihat di Tembok Yerusalem, mereka tidak melihat apa-apa. Jadi berita ini adalah berita pengharapan Tuhan akan datang dan dinyatakan dengan cara yang sangat mendesak. Kedatangan Tuhan akan tiba. Dan nanti saya akan simpulkan di bagian akhir dari pembahasan Yesaya ini bahwa ketika kita melihat salib itu adalah penggenapan dari berita ini. Kesegeraan melihat Tuhan datang dan janji-janjiNya disimpulkan di salib, dan itu benar-benar kosong kalau kita tidak mengerti. Salib itu seperti meniadakan semua pengharapan dari Yesaya 40. Tapi kalau kita baca dengan cara yang tepat, salib menjadi kesimpulan yang luar biasa. Salib adalah puncak dari berita Yesaya 40-54 yang akan kita bahas beberapa bagiannya.


Bagian ini adalah tentang pengharapan Tuhan akan datang dan bagaimana kita mengharapkan Tuhan. Yesaya 40 mengatakan Tuhan itu Tuhan yang besar, kita mesti mengharapkan kedatangan Dia yang agung dan melampaui seluruh ciptaan. Lalu Kitab Yesaya langsung berbicara tentang wahyu umum sebagai pernyataan kemuliaan Tuhan. Alkitab adalah satu-satunya cara Tuhan menyatakan diriNya kepada kita dan itu benar. Alkitab memang adalah satu-satunya cara Tuhan menyatakan diri kepada kita. Tapi Alkitab mengatakan bahwa pernyataan Tuhan di dalam alam gagal kita terima oleh karena kita yang sudah berontak kepada Tuhan. Jadi sebenarnya Tuhan akan menghakimi manusia karena alam ini sudah berbicara tentang Tuhan dan alam ini sudah berbicara tentang Tuhan dengan cara yang jelas sekali. Tuhan akan tetap menghakimi karena alam ini sudah berbicara sangat jelas tentang Tuhan. Saudara melihat matahari, bulan, bintang, laut, gunung, seluruh alam, Saudara harus langsung dapat pesannya bahwa ada Allah yang sedang bekerja. Dan Alkitab tidak mengatakan bahwa alam semesta ini ada semacam allah. Alam semesta mengatakan bahwa ada Allah yang spesifik yaitu Allah Tritunggal. Allah Tritunggal dengan jelas menyatakan diri lewat ciptaan. Saya mau tanya, kalau Saudara tidak pernah membaca Alkitab, Saudara tidak pernah dengar berita Injil, Saudara tidak pernah diberi tahu tentang Tuhan, bisakah Saudara kenal Tuhan? Tidak bisa, salah siapa? Salah kita sendiri. Seharusnya waktu kita sudah melihat daun saja, Saudara tidak bisa tidak Saudara akan mendapatkan pesan Allah Tritunggal yang ciptakan ini. Mungkin bagi kita aneh, kita berpikir “masa sih pak? Saya ajak teman saya yang atheis melihat daun, katanya dia hanya melihat hijau. Saya ajak orang atheis melihat laut, dia hanya mengatakan bagus, selesai begitu saja. Dia tidak mengaitkan itu ke Tuhan”, kesalahannya ada pada dia, kesalahannya ada pada kita. Sama ketika Saudara dengar suara saya di speaker, lalu Saudara mengatakan “saya mau bukti”. Saudara sedang menikmati Tuhan sedang bekerja lewat alam ini. Ini yang dikatakan dalam Kitab Yesaya, misalnya Saudara bisa melihat dalam pasal 40: 11, itu ada kalimat yang indah sekali, “seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya;anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati”. Allah digambarkan bukan hanya sebagai Pencipta domba tapi juga sebagai Gembala domba. Jadi jangan ikut-ikutan Aquinas “tahu tidak Allah itu ada?”, “iya”, “tahu dari mana?”, “dari domba. Domba dari mama domba, mama domba dari mamanya mama domba”, terus begitu, tapi tidak bisa begitu. Akhirnya ada pencipta yang tidak diciptakan yang menciptakan domba, itulah Tuhan. Tapi Yesaya akan sedikit mengernyitkan mukanya “kok seperti itu argumennya?”, kalau dia bicara dengan Aquinas. Yesaya mengatakan waktu kamu lihat domba, kamu lihat Gembalanya waktu itu. Domba ini bisa terpelihara karena ada yang memelihara yaitu Sang Gembala Besar, Tuhan. Jadi Yesaya tidak ingin kita memahami Tuhan hanya sebagai Penyebab Utama saja, Yesaya mau kita memahami kuasa penopangan Tuhan yang terjadi saat ini. Yesaya 40: 11 mengatakan dia bukan hanya Pencipta domba, tapi Gembala domba. Lalu ayat 12 “Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca?”. Tuhan secara berkelanjutan memelihara seluruh alam ini baik laut, gunung maupun pulau, Dia aktif bekerja sampai sekarang, ini yang dikatakan di ayat 12. Allah digambarkan sebagai Pengatur alam yang bijaksana, Allah menjadikan semuanya teratur. Jadi Allah bukan hanya Pencipta laut, gunung dan pulau-pulau, tapi Allah senantiasa mengaturnya sampai sekarang. Dan konsep Yesaya ini melampaui konsep-konsep berhala pada zaman dia karena semua orang mengurung dewa-dewanya kepada aspek tertentu dari ciptaan. Dewa satu berkuasa atas laut, dewa satu atas gunung, dewa satu atas pulau-pulau, dewa satu atas binatang, dewa satu atas ikan, dewa satu atas ini dan ini. Jadi masing-masing dewa punya spesialisasi. Karena para penyembah berhala itu ternyata orang modern zaman revolusi industri, sudah mengetahui pembagian pekerjaan. Kalau semua orang menciptakan peniti, nanti tidak ada yang efektif. Harus ada yang menciptakan kepalanya, harus ada yang menciptakan badannya, pembagian kerja. Dewa-dewa ternyata juga ada pembagian kerjanya, ada yang khusus laut, ada yang khusus ikan, ada yang khusus langit, dan lain-lain. Dewa-dewa ini punya spesialisasi untuk berkuasa atas sesuatu. Tapi Yesaya mengatakan tidak, semua itu Tuhan yang takar dan atur. Tuhan yang mengatur laut, seolah-olah laut itu ada di tanganNya, Tuhan yang menopang air laut. Lalu Tuhan yang takar kapan laut berhenti lalu mulai ke darat. Dan Tuhan bukan hanya memberikan takaran saat itu saja, Tuhan senantiasa melakukan itu. Tuhan senantiasa menjaga supaya air laut tidak sampai ke daratan. Allah berbeda dengan segala macam berhala, itu yang dikatakan dalam Yesaya 40 ini. Mengapa Allah beda dengan segala berhala? Karena Allah terlibat. Ini bedanya, berhala tidak terlibat sedangkan Allah terlibat. Kalau ada orang bertanya apa bedanya Tuhan Kristen dengan tuhan agama lain? Ada banyak jawaban di Alkitab dan Saudara bisa pakai mana pun untuk memenangkan orang dalam penginjilan. Jawaban versi Yesaya 40, perbedaannya adalah karena Allah terlibat dan berhala-berhala tidak. Ini sindiran Tuhan, berhala itu punya mata tapi tidak bisa melihat, punya telinga tapi tidak bisa mendengar, punya mulut tapi tidak bisa bicara, punya tangan tapi tidak bisa bertindak, punya kaki tapi tidak bisa jalan.


Mengapa Allah berhak menjadi Tuan dan Raja atas hidup kita? Karena Dia memberikan diriNya bagi kita. Keterlibatan Tuhan adalah keterlibatan total. Keterlibatan Tuhan bukan dari sorga memerintahkan malaikatNya untuk mengurusi kita. Keterlibatan Tuhan adalah keterlibatan total. Tuhan mengutus malaikatnya untuk memipin Israel di padang gurun, tapi Dia hadir di Kemah Suci. Tuhan tidak mengutus malaikatNya, lalu Dia tinggal menunggu laporan dari malaikat. Tuhan tidak seperti itu. Tuhan adalah Tuan dan Raja yang berhak atas hidup kita karena Dia memberikan diriNya bagi kita. Kalau Dia sudah memberikan diriNya bagi kita berarti Dia rela menjadikan nasibNya sama dengan nasib kita. Mungkin ini kata-kata yang sangat mengagetkan, Tuhan itu rela membuat namaNya diikat dengan Israel sehingga apa yang Israel lakukan akan sama dengan apa yang nama Tuhan akan alami. Israel akan mencapai apa, nama Tuhan akan mencapai itu. Israel rusak, nama Tuhan akan rusak. Israel setia, nama Tuhan akan ditinggikan. Israel menyembah Tuhan, nama Tuhan akan dipuji. Israel memberontak, nama Tuhan akan hancur. Tuhan meresikokan namaNya dengan menjadi sama dengan umatNya. Ini keterlibatan yang total, ini bukan keterlibatan yang setengah-setengah. Kemuliaan Tuhan menjadi satu dengan kemuliaan kita. Tuhan membagi kemuliaanNya dengan Israel dan umatNya. Tuhan adalah Raja dan Dia berhak menjadi Raja karena Dia telah menjadikan kita satu denganNya. Dia rela hadir, bukan cuma terlibat dari jauh. Dia rela hadir maka Dia berhak menjadi Tuhan dan Raja kita. Tapi kita memperilah yang lain. Keterlibatan uang dan benda mati lainnya adalah hidup kita itu nol, tidak ada sama sekali. Di dalam sebuah buku tentang uang, Michael Welker mengatakan bahwa kita adalah tuan atas uang dengan demikian uang tidak punya arti waktu dia dijadikan tuan. Saudara adalah tuan atas uang Saudara, bukan berarti Saudara tidak perlu uang. Memperilah uang dan benda mati lainnya akan membuat hidup kita ke dalam keadaan yang kosong, karena kita dituntun dan dipimpin oleh benda-benda mati yang tidak punya keterlibatan di dalam hidup kita. Saya membentuk diri saya dengan segala berhala palsu ini. Tapi tidak demikian waktu Israel dibentuk oleh Tuhan. Waktu Israel dibentuk Tuhan, Tuhan pakai Israel untuk habiskan dirinya untuk dipenuhi oleh Tuhan. Seorang ahli PL namanya Kiuchi, orang Jepang melayani sebagai seorang pendeta dan teolog penting sekali di Tokyo mengatakan bahwa kalau Tuhan bentuk Israel, yang Tuhan mau adalah Israel berhenti jadi dirinya dan mulai jadi mirip Tuhan. Waktu Saudara dan saya menjadi mirip Tuhan, pada waktu itu Saudara dan saya akan punya diri. Karena kita ini gambar Allah. Jadi diri akan kita miliki kalau kita matikan diri kita yang lama dan diri Tuhan yang hidup. Ini tema Keluaran bagi Kiuchi yang sangat mirip dengan kitab Galatia. Namun aku hidup tetapi bukan aku lagi yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Jadi Saudara berhala itu akan membuat kita ya kita. Tetap kita. Tapi Tuhan akan menghancurkan kita demi menghidupkan kita bersama dengan Dia dan itulah yang membuat Dia menjadi Allah yang sejati. Sekarang kita masuk bagian kedua dari khotbah ini yaitu problemnya. Di dalam Yesaya 45 ayat 15 dikatakan sungguh Engkau Allah yang menyembunyikan diri Allah Israel Juruselamat. Ini pasal 45 kita belum bahas sekarang tapi saya mau ambil ayat 15 nya. Sungguh Engkau Allah yang menyembunyikan diri, Allah Israel Juruselamat. Saudara di bagian ini ada paradoks kalau Tuhan adalah Tuhan yang terlibat, Tuhan adalah Tuhan yang membentuk kita, Tuhan adalah Tuhan yang rela menyatakan keadaanNya sama dengan kita, seolah-olah Tuhan turun dari sorga dan tinggal bersama umatNya, Tuhan tinggal bersama umatNya di padang gurun, Dia tidak tunggu di Sorga, Tuhan berjalan bersama dengan Israel di padang gurun, Tuhan tidak langsung pergi ke Kanaan lalu tunggu Israel disitu. Tidak. Dia mengalami apa yang umatNya alami. Maka Yesaya membagikan sesuatu yang sangat unik. Kalau kita percaya Allah satu-satunya Allah karena keterlibatanNya, sekarang kenapa saya sulit lihat keterlibatan Dia seolah-olah Dia menyembunyikan diri. Waktu Israel melihat Tuhan bekerja pada zaman Daud, mereka bisa melihat kemenangan perangnya Daud kemudian kuasa kemenangan atas bangsa-bangsa lain. Kemudian kemenangan zaman Salomo misalnya. Damai sejahtera ada pada Israel, bait suci sudah berdiri, kerajaan ini tidak digoncangkan dan diserang oleh apapun. Maka orang akan mengatakan oh kalau begitu Tuhan benar-benar hadir. Tapi Yesaya sedang berbicara tentang pembuangan. Bagaimana Israel bisa menikmati kehadiran Tuhan di pembuangan. Jadi disini kita masuk dalam tema yang sulit sekali yaitu paradoks antara kehadiran dan kekosongan. Tuhan hadir sekaligus seperti tidak hadir. Tuhan Engkau adalah Allah yang menyembunyikan diri, Juruselamatku. Yesaya 45 aneh sekali kalau kita baca. Saya bacakan lagi Yesaya 45 ayat 15. Sungguh Engkau Allah yang menyembunyikan diri, Allah Israel Juruselamat. Kalau Allah menyembunyikan diri kenapa Dia bisa menjadi Juruselamat? Kalau Dia menyembunyikan diri kenapa kita harus bersyukur seperti Yesaya 45 ayat 15 ini?  Sungguh Engkau Allah yang menyembunyikan diri, Allah Israel Juruselamat. Kalimat yang aneh.


Saya ingin membagikan kepada Saudara pengertian ini. teologi yang sangat paradoks ini. Keterlibatan sekaligus ketersembunyiannya Tuhan. Maka Saudara ada beberapa hal yang bisa terjadi yang bisa kita lihat. Pertama keterlibatan Tuhan di dalam kasih dan penyertaan itu berbarengan dengan kekosongan kasih dan penyertaan. Ada saat dimana kita tidak merasa Tuhan menyertai , ada saat di mana kita sedang melihat kekosongan dan bukan kehadiran Tuhan. lalu yang kedua adalah kalau tadi dikatakan Tuhan itu terlibat dalam rancangan segala sesuatu, sekarang rancanganNya seperti dibiarkan hancur karena dosa. Kalau Tuhan terlibat di dalam mengatur segala sesuatu, kenapa ada kehancuran dan kekacauan? Dan Saudara pergumulan ini sangat sulit. Tuhan menyatakan kehadiran sekaligus menyatakan ketersembunyian. Alkitab penuh dengan tema yang sulit. Maka Saudara ada paradoks disini untuk memahami Tuhan yang terlibat sekaligus Tuhan yang seperti menyembunyikan diri. Sangat sulit untuk menolak fakta bahwa uang kelihatan lebih realistis. Yesaya 40 ayat 26 dan 27 mengatakan Tuhan berfirman maka bala tentara langit muncul. Bala tentara langit maksudnya bintang dan benda–benda langit. Itu adalah simbol dari malaikat. Malaikat kumpul dan semua akan berkumpul. Hal yang sama dikatakan tentang bintang. Waktu Tuhan mengatakan kumpul, bintang akan kumpul di tempat yang sama. Teratur dan begitu indah. Begitu teraturnya bintang sehingga orang bisa menggunakan bintang sebagai navigasi untuk jalan laut misalnya. Orang dulu akan lihat langit dan mengatakan langit jadi pegangan untuk mejalani hidup yang tidak jelas di bumi ini. Karena lihat langit kita tahu kita harus pergi kemana. Kenapa langit bisa begitu tepat? Karena mereka taati Tuhan. Ayat 28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kau dengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. Maka Tuhan sedang mengatakan tanda bahwa Dia hadir itu adalah Firman-Nya. Firman-Nya mengatur bala tentara sorga, Firman-Nya mengatur segala sesuatu. Waktu Dia panggil nama, yang dipanggil itu muncul. Tuhan panggil terang dan terang muncul. Tuhan panggil bintang-bintang dan bintang-bintang muncul. Tuhan memberikan Firman-Nya yang mengatur segala sesuatu. Tuhan berfirman maka laut ditakar dan dibatasi. Tuhan berfirman maka gunung-gunung ada pada tempatnya ataupun tercampakkan ke laut. Tuhan berfirman maka domba-dombaNya muncul. Tuhan berfirman maka segala sesuatu terjadi. Apa yang bisa terlihat terjadi dari apa yang tidak bisa terlihat, yaitu Firman Tuhan. Jadi Tuhan sedang mengatakan bahwa Firman Tuhan adalah tanda bahwa Dia hadir, jangan pernah menjadi lesu dan jangan pernah menjadi takut. Tuhan adalah Allah yang hadir.


Bagaimana Dia hadir? Dia hadir melalui Firman-Nya. Tapi Saudara sekalian, Firman Tuhan tidak mengakhiri pergumulan kita sebagai orang beriman. Jadi memang benar realita yang terjadi ini membuat orang harus beriman kepada Firman Tuhan. Tapi setelah beriman kepada Firman, realita sekeliling seperti tidak berubah. Jadi kita musti beriman kepada Tuhan, iya. Beriman kalau yang Tuhan Firmankan pasti jadi, iya. Ini menurut orang beriman. Bagi orang tidak beriman, realita adalah adalah apa yang kelihatan aja. Bagi orang beriman, realita itu adalah Firman. Kenapa ada segala sesuatu? Karena Tuhan berfirman. Tapi Saudara, ini tidak berarti kita berhenti bergumul. Benarkah realita sekeliling itu sudah jelas? Tidak. Dengan dihilangkannya iman, realita sekeliling itu bisa menjadi fakta kejam karena Saudara cuma melihat apa yang ada dan Saudara tidak akan punya pengharapan. Tanpa iman, realita sekeliling juga bisa menawarkan janji palsu yang menjerumuskan. Tuhan berfirman segalanya ada. Aduh kamu terlalu agamis, kamu terlalu kuno, kamu terlalu percaya kepada hal-hal yang tidak terbuktikan secara science. Tetapi Saudara boleh tanya balik, tidak ada satu orangpun yang mempunyai fakta tafsiran yang individual. Semua orang akan punya fakta berdasarkan kelompok. Saya coba jelaskan. Kalau Saudara ateis misalnya. Saudara ditanya sama orang. “Pak, manusia darimana kalau bukan dicipta sama Tuhan?” Hasil evolusi. Kenapa dia jawab begitu? Karena ada kelompok namanya ateis yang sepakat bahwa ini adalah jawabannya. Jadi ada kelompok yang mendikte yang mengharuskan dia untuk percaya itu. manusia darimana? Dari hasil evolusi. Meskipun nanti orang kristen akan bilang kok evolusi bisa teratur? Siapa yang atur? Apapun, asal bukan Tuhan. Jadi Saudara, orang akan memiliki jawaban yang ada komunitasnya. Waktu dia bicara sesuatu yang tidak ada kelompok setuju, dia jadi orang gila. Orang yang tidak punya kelompok yang setuju dengan pendapat dia itu orang gila. Jadi kalau ada orang bilang gini sama Saudara “Saudara orang Kristen ya? Orang kristen itu bodoh masa percaya Tuhan ciptakan semua. Tidak mikir.” Saudara akan bilang ke dia “kamu juga Tidak mikir. Kamu juga menafsirkan segala sesuatu, realita ini berdasarkan apa yang kelompokmu setujui.” Kita dosanya sama, kalau itu mau dibilang dosa.” Saudara, ketika orang kristen dibilang bodoh karena mengikuti pendahulunya begitu saja, kita mengatakan semua tafsiran dunia inipun membeo dari sebelumnya. Apakah realita tafsiran beo ini benar atau tafsiran beo itu yang benar? Maka sekarang ada adu para beo. Yang penting kita ngaku dulu kalau kita sama-sama membeo baru kita akan bandingkan beo mana yang lebih akurat menafsirkan alam ini atau realita ini. Apakah ketika Saudara menerima fakta yang diturunkan oleh kelompokmu, fakta itu adalah fakta yang bisa membuat kita mengerti kebenaran atau tidak? Apakah kebenarannya utuh atau terpecah? Apakah kebenaran akan membuat kita menjadi manusia atau tidak? Kemanusiaan berdasarkan versi kristen adalah kemanusiaan yang membuat kita punya arti, punya makna, punya tujuan untuk berjuang ditengah dunia ini. Dari situ kita bisa melihat kenapa kehadiran Tuhan itu penting. Karena Saudara dan saya punya makna tentang realita, saudara dan saya punya makna tentang ciptaan, punya makna kenapa kita hidup. Tapi kita menjadi sulit karena makna yang kita pahami adalah makna yang berarti karena Tuhan hadir. Siapa kamu? Saya gambar Allah. Apa tujuanmu di bumi ini? Membangun bumi ini demi kerajaan-Nya. Kenapa kamu rela bekerja sebagai pendeta atau bussinessman atau sebagai guru atau sebagai dokter. Kenapa kamu melakukan pekerjaanmu? Karena aku ingin membangun kerajaan Allah. Ingin berbagian di dalam keajaan-Nya. Kamu mau berbagian dalam kerajaan Allah? Iya. Semua bidang yang kita kerjakan untuk jadi berkat bagi orang lain pasti akan membangun kerajaan Allah.


Tapi ada problem yang tadi itu yaitu kehadiran Allah. Kalau benar Allah begitu kelihatan, kenapa Dia begitu tersembunyi? Tapi Yesaya 40 menyatakan bahwa ketersembunyiannya Allah memberikan kepada kita perspektif menunggu. Saudara kita perlu belajar teologi menantikan Tuhan. Ini ada di Systematic Theology versi Yesaya. Yesaya 40 mengajarkan kepada kita perspektif menunggu. Tuhan itu hadir tapi belum penuh. Kapan kesempurnaan kehadiran Tuhan? Nanti. Realita yang sekarang bukan realita final. Tapi realita kita sekarang adalah realita menunggu. Seni yang tidak bertuhan akan selalu kehilangan makna pengharapan. Seni di dalam Tuhan akan selalu membagikan pengharapan di dalam Tuhan. Saudara, saya sangat percaya bahwa seni adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mengerti Christian Worldview. Yesaya 40 mengajarkan kepada kita realita menunggu. Saudara sudah kristen? Saudara tau kerajaan Allah akan datang? Tau. Tapi kenapa masih seperti ini? Karena sedang dalam realita menunggu. Tuhan mau kita menantikan Dia. Realita menantikan itu bisa gelap atau terang. Kenapa bisa gelap? Karena kalau yang dinantikan itu tidak jelas, kita akan hidup di dalam kegelapan. Saudara menunggu Tuhan hadir. Tuhan sudah hadir tapi sekaligus belum. Kenapa kehadiran Dia tidak terasa? Karena Dia ingin kita menunggu Dia. Tuhan ingin kita menantikan Dia di dalam level yang sempurnanya. Sehingga kehadiran Tuhan yang sekarang adalah kehadiran yang sangat-sangat tersembunyi namun mengarahkan kita untuk melihat kesempurnaan dari kerajaan Tuhan dinyatakan. Saya tahu ini tema yang sulit tapi Saudara harus masuk ke tema ini untuk mengerti hidup. Kita ga bisa jadi orang yang tidak bergumul tentang hidup dan ga berpikir dengan dalam. Dan cara berpikir untuk dalam adalah dengan baca Alkitab. Baca Alkitab lebih dalam dari siapapun. Maka Saudara tema sudah dan belum, already and not yet itu jadi tema menantikan Tuhan. Tuhan sudah hadir belum? Sudah. Tapi kalau Saudara memahami Tuhan hadir tanpa memberikan tempat yang tepat untuk penantian, Saudara akan sangat putus asa dalam hidup. Karena Saudara mengatakan kalau Tuhan sudah hadir, kenapa saya masih mengalami ini? Tuhan ingin kita belajar teologi menantikan. Dan seorang bernama Jurgen Moltmann mengingatkan Tuhan ingin kita menanti bersama dengan Dia. Tuhan juga punya beban berati sama dengan kita untuk lihat kerajaan-Nya jadi. Saudara tidak menanti sendiri. Saudara menanti bersama dengan Tuhan. Menanti bersama dengan Tuhan, menanti apa? Menanti kehadiran Tuhan. Jadi yang dinanti siapa? Tuhan hadir. Kita menanti dengan siapa? Dengan Tuhan. ini berapa besar penghiburan yang diberikan dengan kalimat ini. Maka Jurgen Moltmann mengatakan hope is not an opium for tomorrow. Hope is the power to make us alive today. Pengharapan itu bukan opium masa depan. Pengharapan adalah sesuatu yang menghidupkan kita sekarang. Sekarang kita sudah hidup karena kita tahu kita menanti bersama Tuhan.


Lalu bagaimana cara menanti dengan Dia? Cara menanti dengan Dia adalah Saudara belajar untuk peka melihat kehadiran Tuhan di dalam cara yang sangat tersembunyi. Peka melihat kehadiran Tuhan di dalam cara yang sangat tersembunyi itu sangat sulit tapi Alkitab menyatakan dengan cara yang sangat limpah. Misalnya Yesus mengatakan kamu lihat orang miskin ditengah-tengah kamu? Kamu menolong yang paling kecil dari mereka, kamu sudah menolong Aku. Itu realita kehadiran Tuhan. Tuhan hadir di dalam diri orang-orang yang miskin misalnya. Dan Saudara diajak oleh Tuhan untuk mengerti menanti Tuhan yang sempurna sambil menikmati kehadiranNya di tengah keadaan seperti ini. Bagaimana Tuhan menyatakan kehadiranNya? Di dalam kekudusan Ibadah. Ibadah adalah hal yang simple. Saudara datang kemudian duduk, disuruh berdiri ya berdiri, doa, dengar Firman, lalu setelah itu pulang. Tapi ternyata Tuhan mau kalau diriNya dirasakan kehadiranNya dengan cara ini, lewat doa Saudara, lewat pembacaan kitab suci, lewat pergumulan untuk mentaati Firman, lewat kesenangan memberitakan Injil, lewat sukacita melihat ada orang yang percaya Tuhan, lewat pergumulan lihat orang ga bertobat lalu bertobat. Bahkan dalam pergumulanpun ada pernyataan kehadiran Tuhan. Tuhan Yesus pernah mengatakan bahwa kalo kamu menangis karena hal-hal yang benar-benar penting, Tuhan hadir disitu. Siapa yang menangis karena hal yang berkait dengan kerajaan Allah, dia menangis bersama dengan Tuhan. Siapa yang tertawa berdasarkan hal yang berkait dengan kerajaan Allah, dia tertawa dengan Tuhan. Maka Tuhan Yesus menyindir orang Farisi karena orang Farisi menangis waktu Tuhan sedang senang dan mereka senang waktu Tuhan sedang sedih. Tanda kehadiran karena Saudara berduka bersama dengan Tuhan. jadi Tuhan mneyatakan diriNya dengan cara yang sangat tersembunyi dan nanti di dalam bagian final, di dalam kitab Perjanjian Baru Tuhan menyatakan kehadiranNya di dalam salib. Saudara kalau tidak disiapkan dari Yesaya bahwa Tuhan hadir dengan cara yang sangat-sangat tidak disangka, Saudara akan tersinggung dan tersandung oleh salib. Kalau orang Israel tidak baca Yesaya 40 baik-baik, mereka akan jadikan salib batu sandungan. Tapi kalau mereka baca Yesaya 40 baik-baik, mereka akan tahu Tuhan memang menyatakan diri dengan cara seperti ini.

Jadi Saudara ini bagian awal dari pembahasan kita tentang Paskah versi Yesaya, mari kita belajar menanti bersama dengan Tuhan, menanti kehadiran Tuhan dan nanti dalam Perjanjian Baru Yesus hadir menyatakan penantian itu sudah berakhir tapi sekaligus diperpanjang. Yesus sudah datang tapi Dia pergi lagi dan nanti akan datang lagi. Mari kita belajar untuk menikmati penantian menantikan kehadiran Tuhan melalui keseharian kita mengikuti Tuhan. Keseharian kita di dalam doa, keseharian kita dalam ibadah, keseharian kita di dalam relasi kasih, keseharian kita di dalam bergumul di tengah-tengah dunia yang berdosa ini. Dan kiranya Tuhan menguatkan Saudara untuk menikmati kehadiran-Nya.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)