Saya sangat berharap Gereja punya peran besar di dalam kemajuan dan perkembangan bangsa ini. Karena kita sudah terlalu lama abaikan hal ini. Para misionaris kirim berita Injil dan mereka sangat baik menginjili, tetapi pemimpin-pemimpin dari ladang misi mengingatkan untuk tidak campuri politik. Sehingga tidak satupun missionaris, sebelum seorang bernama Kruyt yang mengatakan “orang Indonesia harus merdeka dari Belanda”, tidak ada kalimat ini. Ini membuat kita sedih karena zaman abad 19 tidak ada yang sangka, tidak ada yang mengerti bahwa bangsa tidak boleh menjajah bangsa yang lain. Kita sudah terlalu lalai, Injil sudah berkembang di Indonesia, tetapi keinginan untuk Kekristenanan mempengaruhi arah bangsa, ini sedikit sekali. Kebanyakan orang-orang Kristen pilih jalur aman, “kalau saya tidak singgung dengan kebiasaan orang, saya tidak bersinggungan dengan politik, tidak bersinggungan dengan kebijakan-kebijakan umum, saya aman”, maka orang Kristen pilih aman. Tapi ini tidak benar, orang Kristen harus tahu haknya, orang Kristen harus tahu kewajibannya, orang Kristen harus tahu apa itu yang adil dan memperjuangkannya. Di dalam Kitab Mikha dikatakan “hai manusia dengarlah apa yang dituntut Tuhan. Tuhan menuntut keadilan, kesetiaan dan hidup rendah hati di hadapan Allahmu”, ini Tuhan tuntut dari semua manusia. Mari belajar penuhi tuntutan Tuhan, mari jalankan keadilan. Keadilan akan membuat seluruh komunitas, bahkan bangsa yang besar dipengaruhi. Itu sebabnya kita rindu muncul pemikir-pemikir Kristen yang berpikir tentang hal ini. Ketika Pancasila sila pertama mau ditaruh, yaitu “menjalankan Ketuhanan yang Maha Esa dan menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”. Saudara tahu yang protes siapa? Orang-orang Kristen, mereka pemimpin-pemimpin angkatan laut memberikan surat resmi kepada Bung Hatta mengatakan “apakah sila pertama ini sudah pasti jadi dasar negara kita? Jika iya maka kami orang Kristen tidak ada bagian di dalamnya. Sebab meskipun sila itu berbicara tentang orang Islam dan tidak mengikat orang Kristen, tapi fakta bahwa negara ini hanya mengurus orang Islam membuat kami tidak ada tempat. Jadi kami dengan segala kerendahan hati mohon kalimat itu diubah menjadi lebih umum bagi seluruh agama yang diakui di Indonesia. Jika tidak, maka kami tidak bisa menyatakan diri sebagai bagian”. Ini ada ancaman “kamu mau pertahankan? Kami kuasai angkatan laut, kami mungkin akan tidak masuk”, kalau tidak masuk bisa jadi konflik. Sekarang orang Kristen mau bicara seperti itu? “Jangan, jangan sampai ada keributan. Sudahlah kita cari aman”. Saya tidak mengatakan kita mesti ribut di semua hal, orang yang suka ribut di semua hal itu membuat sulit semua orang, apapun ribut, kembalian kurang 100 pun ribut, “ini demi keadilan”, sudahlah, hal tidak penting jangan dibuat penting, hal yang bukan beban kita, jangan dijadikan beban kita. Jika kita mau pikirkan yang jadi target dari perjuangan kita, maka kita harus merelakan yang lain tidak terlalu diperhatikan, ini prinsip umum. Saudara mau sasar apa, Saudara akan konsentrasi ke situ, tidak terlalu urus hal-hal lain. Saudara punya fokus di mana dan jangan ribut di tempat lain. Ada orang dimanapun ribut, untuk apa? “Kita mesti ribut dengan RT/RW”, untuk apa ribut sama RT/ RW? Saudara kalau mau ribut, ributlah sama sistem yang tidak adil dan Saudara harus target siapa yang engkau ingin “perangi”, jangan perang makar. Saudara ingin berikan pengaruh dalam hal apa? Itu yang jadi konsentrasi. Jangan gampang bercabang, jangan pikirkan “saya jadi pahlawan atau jadi pengurus segala sesuatu, semua mesti saya tangani”, tidak bisa. Saudara tidak boleh tidak fokus. Maka saya tidak mengatakan Saudara mesti jadi pahlawan di segala hal, “saya mesti membawa kekudusan Tuhan, semua hal yang salah akan saya perangi”. Saudara jangan jadi orang yang tidak tahu kekuatan, jika saya hamburkan kekuatan di terlalu banyak tempat, akhirnya hal utama saya tidak perjuangkan. Itu sebabnya hikmat sangat diperlukan. Semoga nanti di dalam kesempatan berikut kita tetap bisa pelajari hikmat di dalam pendalaman Alkitab atau media lain. Waktu Tuhan mengatakan orang Kristen mesti perjuangkan keadilan, di dalam pendirian negara ini, orang-orang Kristen sudah pernah lakukan itu. Mereka mengatakan “jika dasar negara ini hanya menangani orang Islam, berarti kami tidak berbagian”. Bung Hatta melihat surat ini, dia langsung tulis surat “yang dikatakan saudara-saudara kita, pemimpin pemimpin angkatan laut yang Kristen, sangat benar. Itu sebabnya bagian yang menyatakan menjalankan syariat Islam, mesti tidak boleh masuk”. Sekarang kita punya Sila Pertama, Ketuhanan yang Maha Esa, selesai. Ini perjuangan yang penting. Jika orang Kristen mengabaikan kondisi politik, bagaimana jadinya negara kita? Tapi bagaimana bisa perhatikan politik? Apakah kita semua mesti masuk DPR, kita semua menjadi gubernur? Bukan, tapi kita semua mesti peduli, mesti berdoa, mesti perbagian di dalam bagian kitab, mungkin di dalam bagian yang minor. Itu sebabnya pengharapan sangat penting, sebab jika Saudara kerjakan part yang kecil tanpa pengharapan, Saudara akan melihat bagian Saudara tidak signifikan. Martin Luther pernah tanya sama seorang ibu, “menurutmu kamu merawat anak itu, penting tidak bagi kerajaan Allah?”, ibu itu mengatakan “kurang penting, tidak seperti Bapak Martin Luther”. Lalu Martin Luther mengatakan “kalau Tuhan berpikir seperti anda, tidak akan ada Yesus”, karena Yesus dirawat oleh Maria. Kalau Maria mengatakan “pekerjaanku kurang penting, hanya merawat bayi Yesus, hanya menyusui Dia, hanya membersihkan popokNya, hanya merawat sampai Dia besar, itu kurang penting”, maka tidak akan ada Yesus. Maka engkau harus tahu, kata Luther, engkau membesarkan tubuh Kristus yaitu bayi yang dipercayakan kepadamu, pekerjaan kita partnya kecil tapi pengharapan bisa kita miliki kalau kita tahu pekerjaan besarnya Tuhan apa. Tuhan kerjakan apa? Tuhan sedang goncang pemerintahan yang tidak adil, Tuhan sedang hancurkan keadaan kacau. Bagaimana caranya? Bukan dengan perang, bukan dengan head to head, membuat militer yang sama-sama kuat berperang, bukan. Tapi dengan ketaatan Kristus. Itu sebabnya Maria mengatakan, Dia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari tahtanya dengan cara apa? Kalau cara dunia dengan orang berkuasa lainnya, presiden disingkirkan orang lain yang sanggup jadi presiden. Firaun disingkirkan oleh orang lain yang sanggup jadi raja, raja ditaklukan oleh orang lain yang punya militer. Tapi Tuhan punya rencana lain, Dia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari tahtanya dan menggantinya dengan orang-orang rendah. Ini yang menjadi pengharapan kita, Dia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar dan menyuruh orang kaya pergi dengan tangan hampa, ini yang dimaksud. Ini bukan berart Tuhan benci orang kaya sekali lagi, tapi Tuhan mau merombak sistem yang mengatakan “hanya kalau engkau beruang, hanya kalau engkau bermiliter baru engkau bisa berpengaruh”, itu Tuhan nyatakan tidak sah. Siapa yang mengatakan harus ada uang baru berpengaruh? Siapa yang mengatakan harus ada militer baru berpengaruh? Tapi Saudara bisa lihat Tuhan mau angkat orang bukan pakai kekayaan, Tuhan mau angkat orang bukan pakai militer. Maka kita bisa berharap “Tuhan, jika saya orang Kristen dan saya berharap Engkau bekerja”, relakah engkau bekerja? Rela, dengan cara apa? Dengan kesetiaan Kristus yang Saudara dan saya mau jalani. 

Saudara dan saya mengikuti Kristus, Saudara dan saya menjalankan hidup seperti Dia. Dan Dia menang, Dia sekarang bertahta, seperti yang dikatakan oleh Maria. Bukan karena Dia kaya, sebaliknya justru karena Dia miskin. Tuhan tinggikan seorang anak tukang kayu dari Nazaret ini. Tuhan membuat Dia jadi penguasa lebih tinggi dari siapapun, padahal di dalam hidupNya Dia tidak pernah punya tentara. Dia tidak pernah merekrut tentara jadi murid, Dia tidak pernah menjalinan relasi dengan pemimpin militer, jenderal atau pemimpin pasukan mana pun. Dia pernah melayani menyembuhkan orang, tidak peduli orang itu miskin atau pemimpin militer. Tapi Dia tidak berharap pemimpin militer harus dukung Dia. Dia tidak punya senjata, Dia tidak punya kekuatan dari keuangan, tapi Tuhan katakan “inilah yang Aku angkat lebih tinggi dari semua raja yang lain”. Maka kita berharap Kekristenanan memberikan pengaruh bukan dengan dobrak pemerintahan, bukan dengan perang, bukan dengan perlombaan, bukan dengan revolusi, tapi dengan jalankan kehidupan Kristen. Saudara harus tahu besarnya Tuhan bekerja lewat kesalahan hidupmu. Jika engkau mau hidup saleh, jika engkau mau hidup penuh cinta kasih, jika engkau mau kalahkan dosamu, Saudara akan kaget berapa besar Tuhan akan merombak sistem yang kacau melalui kehidupan kita, kita yang bukan siapa-siapa. Kalau Saudara mengatakan “pak, saya mesti jadi anggota DPR dulu, saya mesti jadi gubernur dulu, baru bisa berpengaruh”, maka kita masuk lagi ke dalam konsep yang salah. “Hanya kalau saya didukung pemerintah, hanya kalau saya punya uang baru saya berpengaruh”, tapi itu salah. Saudara akan berpengaruh sebagai orang Kristen, sebagai komunitas orang saleh. Maka mari belajar tinggalkan dosamu. Selama ini sulit gereja memberikan pengaruh, bukan karena kita kurang politisi, bukan karena kita kurang orang kaya, bukan. Tapi karena kita kurang mau sungguh-sungguh meninggalkan dosa, kurang mau sungguh-sungguh tinggalkan kebiasaan kita yang buruk. Sering ditegur tapi tidak ada perubahan, sering ditegur tapi tidak ada hal yang baru, tidak ada kekudusan, tidak ada perjuangan untuk ikut Tuhan.

Andai kita mau berubah, andai kita mau hidup suci, andai kita mau mengasih, andai kita mau penuh belas kasihan, Tuhan akan tunjukkan kepada kita berapa besar Dia akan bekerja lewat gerejaNya yang rendah. Maka seperti kata Maria “Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar dan Ia menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa”. Kiranya berita ini menguatkan Saudara dan saya untuk lebih serius menjalankan kehidupan Kristenmu. Harap ini kita ingat, Gereja sulit berpengaruh jika kita tidak jalankan kehidupan Kristen kita. Saudara mau mengubah pemerintah? Bukan dengan masuk politik, kecuali itu panggilan Saudara. Tapi Saudara akan beri pengaruh di tengah bangsa ini dengan kehidupan yang meneladani Kristus. Kiranya Tuhan memimpin kita. 

(Ringkasan ini belum diperiksa pengkhotbah)

« 3 of 3