(Galatia 4: 1-11)
Di dalam Kitab Kejadian Tuhan memberikan pengertian kepada kita bahwa Dia menciptakan manusia berdasarkan gambar dan rupa Allah. Manusia diciptakan dengan keunikan yaitu mencerminkan sifat Tuhan, manusia diciptakan dengan keagungan yaitu boleh menaklukan seluruh ciptaan. Manusia diciptakan dengan anugerah besar yaitu boleh berkomunikasi dan berelasi dengan Tuhan. Dan manusia diijinkan Tuhan untuk mendiami bumi yang Tuhan ciptakan. Mereka boleh bertambah banyak, penuhi bumi dan menjadi cermin Tuhan, menyatakan kemuliaan Tuhan di seluruh bumi. Tapi ketika manusia jatuh di dalam dosa, Tuhan tetap tidak membatalkan apa yang Dia sudah berikan. Tuhan memberikan apa, Tuhan tetap membiarkan itu menjadi milik manusia. Tetapi Tuhan tahu ketika manusia dibiarkan dengan segala potensi dan kemampuanNya lalu dibiarkan untuk hidup sembarangan, tidak tunduk kepada Tuhan, di situ kecelakaan bagi manusia sangat besar. Maka Alkitab mengajarkan sesuatu yang dengan teliti ditemukan oleh Yohanes Calvin. Di dalam buku Institutio dengan tajam Yohanes Calvin melihat bahwa Tuhan bukan saja menciptakan manusia dengan gambar dan rupa Allah, dengan memberikan kemampuan berkomunikasi dengan Tuhan, bukan saja manusia diberik keagungan dengan menjadi wakil Tuhan, bukan juga hanya dengan memberikan manusia sifat-sifat Tuhan yang terpancar, tetapi manusia juga diberikan oleh Tuhan di dalam hatinya satu sifat agama, membuat dia mau mencari Tuhan, mau sembah Tuhan dan mau takut Tuhan. Tetapi sifat ini tidak bisa membawa manusia kepada Tuhan yang sejati, karena kerusakan dosa terlalu dosa. Itu sebabnya kita percaya total depravity, kita percaya bahwa seluruh aspek manusia sudah jatuh ketika Adam sudah jatuh. Di dalam Alkitab diajarkan bahwa Adam yang menjadi wakil dari seluruh umat manusia, gagal di dalam ujian yang Tuhan berikan, karena sang kepala ini sudah gagal, seluruh manusia jatuh. Dan ketika manusia jatuh, manusia tidak dikurangi kemampuannya oleh Tuhan. Jangan pikir kita ini lebih bodoh dari seharusnya, kita tetap sepintar yang seharusnya. Tuhan memberikan kepada kita IQ begitu hebat, entah kita mau tunduk kepada Tuhan atau tidak. Tuhan memberikan kepada kita untuk menaklukan alam, entah kita mau taat kepada Dia atau tidak. Itu sebabnya ketika manusia membangun menara Babel, Tuhan sendiri berfirman kepada diriNya sendiri, Allah berbicara antar Pribadi Tritunggal, lalu mengatakan “manusia ini sudah menjadi sama dengan salah satu dari Kita, maka dari sekarang sampai selanjutnya apa pun yang mereka rencanakan tidak pernah gagal”, Tuhan tidak kurangi kemampuan manusia. Maka waktu manusia jatuh dalam dosa, dia pakai seluruh potensi dan kemampuannya untuk melawan Tuhan, ini yang celaka. Maka dengan segala potensi yang manusia miliki, manusia melawan Tuhan, tetapi Tuhan tidak pernah berhentipanggil. Salah satu prinsip teologia reformed yang sangat penting adalah Tuhan adalah Tuhan yang panggil. Maka orang yang beragama di dalam hati mencari Tuhan. Tapi karena kerusakan dia, dia tidak mau Tuhan yang asli, dia mau Tuhan yang palsu. Itu sebabnya seluruh kemampuan dia untuk beragama, untuk menyembah Tuhan, untuk setia, untuk komitmen semua diberikan kepada yang salah. Maka manusia tidak setia lagi sama Tuhan, tapi berani setia sama uang. Manusia tidak setia lagi sama Tuhan, tapi berani setia sama berhala.
Jadi manusia di dalam hati tahu ada prinsip yang mengatur. Tapi prinsip yang mengatur ini dari mana? Dari dunia atau dari Tuhan atau tidak ada? Kalau tidak ada, kita rusak, kalau ada maka kita ada harapan. Ini yang Paulus katakan tentang konsep agama. Paulus mengambarkan Taurat di dalam pengertian yang indah seperti ini. Mengapa Taurat diberikan? Mengapa engkau tidak boleh ini dan itu? Apakah supaya untuk selamat? Tidak, tetapi supaya ada umat yang terjaga hidupnya sampai nanti janji itu digenapi yaitu pada waktu kegenapan Tuhan, maka Sang Anak Allah menjadi manusia, dilahirkan oleh seorang anak dara, ini yang dikatakan di dalam Galatia 4. Paulus memakai kata perempuan muda untuk Bahasa Yunani perempuan, tetapi kata perempuan muda ini juga diasumsikan sebagai perawan. Itu sebabnya kita percaya dari seluruh tulisan Perjanjian Baru yang paling pertama menjelaskan Yesus dari anak dara itu Paulus. Kitab Galatia lebih dulu dari Matius, lebih dulu dari Markus, dari Lukas dan pasti lebih dulu dari Yohanes. Sehingga gereja mula-mula punya tulisan yang mengatakan “Yesus lahir dari anak perawan, dari anak dara”, orang pertama yang menulis adalah Paulus di dalam Galatia 4. Maka Paulus mengatakan pada waktu genap waktunya, Anak Allah lahir. Sebelum genap waktunya ada Taurat, ada peraturan. Karena tanpa peraturan, umat Tuhan tidak mungkin bisa bertahan. Maka Paulus sekarang sedang mengatakan “peraturan seperti apakah yang mengatur hidupku? Peraturan seperti apa yang membuat engkau berjalan di dalam hidup?”. Peraturan model pertama adalah peraturan dunia yang tidak jelas akarnya ada pada siapa. Dunia memberikan peraturan “jangan begini begitu”, tapi kalau kita tanya lagi peraturan final dari siapa? Karena peraturan bisa dibatalkan oleh orang yang dianggap tinggi. Seorang raja bisa batalkan peraturan, maka kita tanya “raja dapat peraturan dari mana?”, ini tidak ada jawaban. Lalu kalau dikatakan ”peraturan tidak perlu, tapi apa yang kita perlukan boleh terjadi”, maka negara itu pasti akan kacau. Paulus mengingatkan “engkau sedang hidup dalam dosa, sebenarnya engkau hidup dalam pengaruh-pengaruh”, pengaruhnya itu dari mana? Pengaruh dunia yang mendapatkan kamu, dan mengatur seluruh cara berpikirmu, itu dari mana? Kita harus jawab dengan tuntas. Pengaruh paling besar dalam hidupmu itu dari siapa? Siapa paling mempengaruhi engkau? Peraturan mana yang paling mengikat engkau? Undang-undang mana yang terhadapnya engkau tidak berani melanggar sama sekali? Ada orang taat pada satu peraturan, tapi dia akan abaikan peraturan lain, tapi tidak ada satu pun yang tidak tunduk pada peraturan mana pun. Orang yang paling memberontak pun pada akhirnya ketika ditelusuri punya dedikasi dan kebertundukan kepada sesuatu. Ketika Saudara tidak menghambakan diri kepada peraturan umum dari Tuhan, Saudara akan memperhambakan diri kepada sesuatu yang akan merusak kemanusiaan. Peraturan Tuhan ada di dalam hati manusia, dikatakan Paulus di dalam Roma 2.
Peraturan umum Tuhan ada di dalam hati Konfusius, ada di dalam hati Sokrates, ada di dalam hati para filsuf dan etikawan. Peraturan umum Tuhan belum tentu ada di dalam umat Tuhan. Banyak orang sudah ikut Tuhan, ikut Yesus, etika paling standar pun tidak tahu. Banyak orang sudah ikut Tuhan, merasa menjadi umat Tuhan, merasa paling mengerti cara hidup, tapi hal paling basic pun semua failed, sehingga orang luar melihat orang Kristen langsung geleng kepala “kalau begini hidup orang Kristen, mana mau saya jadi orang Kristen”. Itu sebabnya Saudara mesti pikir baik-baik, banyak norma-norma umum yang berlaku, itu sebenarnya keluar dari hati nurani manusia yang di dalamnya ada benih agama yang mencari Tuhan. Seorang bernama Thomas Aquinas, seorang yang sangat pintar, dia meninggal umur 40 akhir, sangat muda matinya, dia adalah seorang yang begitu besar badannya, sehingga ketika dia duduk menulis, mejanya harus digergaji dalam bentuk perutnya supaya perutnya bisa ditaruh dan dia bisa menulis. Dan dia adalah orang yang sangat ketat di dalam disiplin rohani. Dia juga begitu ketat di dalam teologi, dia mengatakan di dalam hidup banyak prinsip, prinsip paling rendah adalah prinsip yang mengatur benda tidak berpribadi. Prinsip gravitasi itu paling rendah, Saudara ambil sedotan lalu lempar, jatuhnya ke bawah. Saudara ambil diri lalu loncat, pasti jatuhnya ke bawah. Jadi ini prinsip yang mengatur benda mati, kalau Saudara hanya taat prinsip ini, Saudara bukan orang hebat, semua barang juga bisa taat. Saudara tidak bisa mengatakan “aku taat peraturan, buktinya aku tetap taati gravitasi”, itu karena kamu tidak ada pilihan.
Peraturan kedua namanya insting, binatang bertindak berdasarkan dorongan tubuh. Dia mau kawin, maka dia bikin bunyi-bunyian tarik pasangan. Binatang lapar cari makanan, binatang haus cari minuman, binatang mau kawin cari pasangan, setelah itu selesai. Tidak ada binatang setelah itu mau cari karier yang lebih tinggi, tidak ada binatang cari membuat masyarakat binatang lebih bagus, tidak ada seekor anjing yang mau membela hak asasi anjing-anjing di Bali. Jadi waktu binatang turut kepada hukum, hukumnya masih rendah. Tapi manusia punya hukum yang lebih tinggi, yaitu hukum etika, hukum moral, hukum yang benar-benar dari Tuhan dan diberikan kepada setiap individu yang secara personal bisa berinteraksi dan bisa bertanggung jawab kepada Tuhan. Maka hukum inilah yang ada dalam setiap hati manusia dan yang menuntut setiap manusia untuk hidup di dalam cara yang teratur. Hukum ini prinsipnya harus dari Tuhan. Maka Thomas Aquinas mengingatkan ada jalurnya yang benar dari Tuhan, tetapi di jalan sudah diselewengkan oleh kepalsuan iblis. Ada yang jalurnya memang bukan dari Tuhan, tapi seolah-olah dari Tuhan. Ini yang harus kita selidiki, ketika ada bentur konflik, ketika ada bentur dalam hukum, Saudara taat hukum yang mana? Petrus berani mengatakan kepada pemimpin agama “aku tahu engkau adalah pemimpinku, aku tahu engkau dipercaya Tuhan untuk mengatur, tetapi Kristus menyuruh saya untuk memberitakan Injil. Kamu menyuruh saya untuk diam, mohon maaf, saya harus lebih taat kepada Kristus”. Petrus mempunyai jiwa bukan pemberontak tapi mau taat, dia tidak mau lawan pemerintah, tapi dia mau lebih taat kepada Tuhan. Waktu orang lihat “prinsip umum ini secara umum baik, tapi melawan perintah Tuhan, maka aku harus mengabaikan yang ini lalu tunduk kepada prinsip yang Tuhan berikan”. Itu sebabnya Paulus mengatakan “tanpa Kristus pun sudah ada peraturan-peraturan, prinsip-prinsip dunia yang kepadanya engkau tunduk”. Tetapi heran Paulus mengatakan prinsip yang paling baik sekalipun tidak bisa membawa orang kepada keselamatan, ini berita yang paling mengejutkan bagi orang-orang cendekiawan dan orang-orang moralis yang begitu agung hidupnya. Tidak membawa kepada keselamatan, karena apa yang diberikan ini hanya untuk membuat hidupmu baik, supaya bisa menunggu kedatangan Kristus. Ini satu doktrin dari Paulus yang sangat membingungkan dan mengejutkan banyak orang.
Saudara jangan salah dalam mengerti doktrin keselamatan Kristen. Saudara kalau melihat tetangga Saudara begitu baik, begitu saleh hidupnya, begitu cinta orang tapi tidak percaya Yesus, jangan tanya lagi dia akan ke mana. Tuhan begitu cinta Kristus, sehingga Dia mau ketika Kristus datang ada masyarakat yang baik, yang moralnya baik. Itu sebabnya segala kebaikan moral itu sebenarnya tuntutan dari Tuhan, supaya kita menghormati Kristus. Sehingga ketika perbuatan moral kita tidak dibuat untuk menantikan Kristus, itu semua menjadi omong kosong. Tuhan tidak menghargai siapa pun yang tidak menghargai AnakNya. Karena Alkitab menyatakan Bapa meninggikan Anak lebih dari siapa pun dan kalau Anak tidak ditinggikan, Bapa tidak mungkin berkenan kepada orang itu. Seorang ayah mencintai anaknya, lalu anak Saudara dipukul oleh orang yang mengaku sayang kepada Saudara, Saudara akan mengatakan “saya tidak peduli kamu sayang saya, kamu telah memukul anak saya”, ini yang dilakukan Allah Bapa, memberikan satu sifat penantian kepada kita, mau hidup baik, mau hidup suci karena Sang Raja nanti akan datang, kita harus siap-siap. Maka Tuhan memberikan hukum moral dalam manusia. Tapi ternyata hukum moral tidak bisa menolong karena kejahatan dan kebobrokan manusia tetap lebih besar dari hukum moral itu. Maka Tuhan menginterfensi dengan memberikan Taurat yang baru diberikan 430 tahun setelah Tuhan memberikan janji. Ini harus membuat kita bertanya “mengapa Tuhan berikan janji dulu, lalu 400 tahun kemudian baru berikan Taurat?”, berarti Taurat diberikan supaya janji itu mendapatkan akomodasi waktu Dia datang, ini pengertian yang luar biasa dari Paulus. Mengapa engkau berbuat baik? Supaya waktu Kristus datang, ada sekelompok orang yang hidupnya baik terima Dia. Mengapa engkau punya Taurat? Supaya Israel punya hidup yang baik, sehingga ketika Kristus datang, siap untuk menampung, siap untuk meninggikan, siap untuk merajakan Dia. Tetapi ketika orang tidak mau dengar prinsip moral, tidak mau dengar prinsip Taurat, pasti Kristus akan ditolak. Ini prinsip yang luar biasa indah. Tuhan memberikan Taurat, siapa yang taat Taurat akan terima Kristus. Yesus Kristus mengatakan “Musa bicara tentang Aku, engkau mengaku pengikut Musa, engkau pasti terima Aku. Engkau menolak Aku, itu buktinya engkau bukanpengikut Musa. Karena Musa berbicara tentang Aku”, jadi Taurat diberikan supaya orang siap menerima Kristus. Jadi siapa pun yang menaati Taurat ketika Kristus datang, langsung mengatakan “ini adalah yang saya nantikan itu. Inilah yang sedang aku nantikan, maka aku selalu senantiasa menaati prinsip-prinsip dari Taurat”.
Pencerahan yang indah mengenai posisi Taurat dan hati nurani dari Paulus membuat kita makin kagum kepada Kristus. Bukan perbuatan baik yang membawa kita ke sorga, tetapi Kristus. Perbuatan baik kita adalah supaya Kristus datang dan disambut oleh orang-orang yang mau taat. Itu sebabnya kembali saya mengutip Cornelius Van Til, Van Til mengatakan ketika orang berbuat baik secara abstrak, dia sebenarnya sedang melakukan tindakan kosong. Saudara kalau suka memberi, itu perbuatan baik atau tidak? Harus tanya dulu, memberi kepada siapa. Saudara tidak bisa menjadi orang baik, tanpa mengaitkannya kepada person. Demikian juga dengan semua kesalehan moral. Kesalehan moral ditujukan kepada person dan di back up oleh sifat-sifat personal. Sehingga peraturan-peraturan yang tidak punya ciri personal itu semua peraturan abstrak, peraturan yang paling rendah itu biasanya peraturan abstrak. Dan biasanya orang paling senang peraturan abstrak. Contohnya, saya dapat contoh ini dari Pdt. Ivan, Saudara kalau lihat simbol dilarang merokok, pernah tidak marah kepada simbol itu? “Sembarangan kamu ya, ini merokok hak saya” itu orang gila. Tapi orang melarang itu bisa dimarahi, misalnya orang sedang merokok, lalu ada yang bilang “pak, tolong matikan rokoknya”, “jangan larang-larang, ini hal saya, kalau saya mau kanker paru-paru, memang kenapa?”, jadi marah karena diserang orang. Tapi tidak pernah ada orang marah sama lambang. Maka kita begitu sensitif kepada person, karena kita tahu ada person yang agung yang ada di semua peraturan yang baik, yaitu Tuhan. Jadi tanpa sadar kta melawan person sebagai bentuk perlawanan kita kepada Pribadi Allah yang membuat semua peraturan yang paling penting. Maka kita melawan Dia, kita tidak mau Dia, dan akhirnya kita tidak bisa terima Dia yang datang, yang diutus oleh Tuhan. Tapi Alkitab mengatakan di dalam Surat Paulus, tidak masalah, Tuhan tetap tidak gagal dalam rencananya. Taurat diberikan, manusia tetap melanggar. Peraturan-peraturan moral dan hati nurani manusia tetap langgar, tapi Tuhan tetap kirim Kristus. Tetapi kalau Kristus dikirim, manusia tidak taat Taurat, efeknya adalah manusia akan bunuh Orang ini. Karena Kristus adalah penggenap Taurat, dan manusia yang benci dengan Tuhan, menemukan di dalam diri Yesus pernyataan Tuhan yang sempurna, dia akan bunuh Orang ini.
Itu sebabnya jika Israel tidak tunduk kepada Taurat, Anak Manusia pasti dibunuh. Itu sebabnya ketika Israel tidak tunduk kepada peraturan Musa, Yesus pasti disalib. Tapi Allah Bapa tidak tunggu mereka taat dulu, “AnakKu kalau dikirim dalam situasi seperti ini, pasti di salib, lebih baik Aku tunggu sampai mereka baik, bisa taat Taurat. Sehingga waktu Anak Allah datang, bisa mereka sambut”, tapi Tuhan tidak lakukan itu. Justru ketika waktunya tiba, ketika Israel melawan, memberontak, pada waktu itu Kristus datang. Dan inilah pesan Natal yang sejati, Tuhan Yesus datang di tengah-tengah serigala yang siap merobek-robek Dia. Meskipun ada gembala yang memberikan persembahan, ada orang Majus, tapi mayoritas orang Israel sudah siap untuk menyalibkan Dia. Pengikut Dia hanya minoritas, mayoritas membenci Dia. Satu orang pendeta mengatakan “saya mau khotbah di tempat yang sudah siap terima saya. Kalau namaku dibenci di situ, saya tidak mau datang”. Kalau Yesus seperti ini, Dia tidak akan datang-datang “Aku tidak mau datang waktu Israel masih benci Taurat”, sampai kiamat mereka benci Taurat terus. Berarti kapan kita bisa selamat? Itu sebabnya ketika genap waktunya, ketika Natal tiba, ini adalah waktu ketika Anak Allah meresikokan diriNya, datang di tengah-tengah pemebrontak dari Taurat dan siap dibunuh oleh para pemberontak itu. Maka hari Natal sebenarnya identik dengan lagu-lagu yang begitu menunjukkan kekaguman kita akan salib Kristus. Itu sebabnya jangan pisahkan Natal dengan salib. Bolehkah menyanyikan lagu “SalibNya, SalibNya, di Natal?”, “tidak boleh, Natal itu harus ceria”. Tapi Natal harus identik dengan kesederhanaan salib, karena Yesus datang di tengah-tengah orang yang memberontak kepada Taurat. Dan orang memberontak Taurat, meskipun kelihatannya taat kepada Taurat, tapi hatinya membenci Taurat, dia pasti benci Yesus. Maka waktu Sang Bayi ini lahir, Dia sudah siap dibenci, Dia sudah siap ditangkap, Dia sudah siap difitnah, Dia sudah siap dipaku dan di bunuh di kayu salibg. Maka ketika Saudara merayakan Natal, Saudara sambil mengingat ini adalah momen genap waktunya Allah menunjukkan kasihnya, sehingga Dia datang dalam keadaan resiko besar untuk Dia, tapi Dia tetap datang. Sang Bayi itu lahir di tengah-tengah bangsa yang akan membenci Dia, di tengah-tengah umat yang akan menolak Dia. Maka Tuhan Yesus siap untuk dibunuh, maka itu waktunya genap dia datang ke dalam dunia. Biarlah kita mengenang Natal dengan cara seperti ini. Ini adalah momen ketika kita merenung, ketika genap waktunya Tuhan Yesus datang, ternyata keadaannya sangat menunjang untuk membunuh Dia. Supaya kematian Kristus di kayu salib justru bisa menebus kita dari kutuk Hukum Taurat. Ini semua rencana Tuhan yang agungnya luar biasa, sehingga kita makin mendalami, kita semakin kagum kepada Tuhan, “Tuhan bagaimana mungkin aku mengerti, kecuali Engkau memberikan pencerahan, Engkau membuat Israel siap menolak Kristus dengan menolak Taurat”, Kristus datang, Dia ditolak dan di paku. Tapi justru matiNya Dia menebus orang yang benci Taurat, benci Kristus supaya bisa menjadi anak-anak Tuhan. Inilah Natal. Biarlah kita terus merenung kisah Natal.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)