Bagaimana bisa belajar mengasihi jika Saudara tidak tahu Saudara dikasihi? Ini yang mau didistorsi oleh setan. Dari awal dia kerjakan hal ini yang paling besar. Setan membuat kita paling kontra dengan Tuhan. Ketika Tuhan menyatakan sesuatu yang baru, reaksi kita adalah konflik, kita mau lawan apa yang Tuhan nyatakan. Ketika Tuhan membangun Taman Eden, reaksi Adam dan Hawa karena dipengaruhi oleh setan adalah konflik. Setan mengatakan “bukankah Tuhan berfirman semua pohon di taman ini tidak boleh kamu makan?”, “boleh, tapi pohon pengetahuan yang baik dan jahat tidak boleh kami makan karena nanti kami akan mati”, setan mengatakan “kamu tidak akan mati, pada hari kamu memakannya, kamu akan menjadi seperti Allah”, ini Sabat versi sesat. Hari kamu memakannya kamu akan menjadi seperti Allah, bersatu dengan Tuhan atau menjadi Allah yang baru, itu ngawur. Akhirnya Adam dan Hawa menjadi kontra dengan Tuhan. Bagaimana kita menikmati kebebasan Kristen? Hanya ketika engkau sadar engkau dikasihi. Tuhan mengasihi Saudara dan kasih itu tidak akan memisahkan Saudara dengan Dia selama-lamanya. Begitu Saudara sadar Tuhan mengasihi Saudara, kita baru bisa mengasihi. Kita tidak bisa mengasihi kecuali kita terlebih dahulu dikasihi. Suruh orang yang dibenci dari kecil untuk mengasihi, itu tidak mudah. Orang tuanya membenci dia, teman-temannya membenci dia, di dibully seumur hidup. Dia menjadi orang kejam. Itu sebabnya Martin Luther mengatakan manusia tidak pernah bebas, akan terus dibelenggu dosa. Kebebasan akan membuat dia rusak secara moral karena dia daging. Dengan cemar dia menjalankan kecemarannya, disuruh bebas dia akan berdosa. Jika tidak ada yang mengawasi, tidak ada yang mengatur, tidak ada yang mengawasi, Saudara akan hidup dalam kedagingan yang makin menjadi, itu fakta. Luther mengatakan ketika kita sadar bahwa Kristus mati bagi kita, kita dibenarkan karena iman. Maksud dari dibenarkan karena iman adalah Saudara dikasihi bukan karena Saudara melakukan sesuatu. Tuhan dengan anugerahNya yang besar mengasihi kita. Dan ini adalah level yang membuat Saudara berada dalam pengertian kasih yang baru. Selama ini dunia tidak pernah mengajarkan kepada Saudara tentang cinta kasih, karena yang ditawarkan oleh dunia ini adalah timbal balik, “aku mencintai engkau karena engkau memunyai sesuatu untuk ditawarkan kepada saya”. Tapi ketika Tuhan mengasihi, Tuhan mengasihi dan kasihNya mengubah kita. Jadi Martin Luther mengingatkan jika engkau masih berada dalam tradisi yang salah, sulit bagimu untuk mengasihi. Tapi jika engkau berada dalam tradisi Kristen yang benar, engkau akan belajar mengasihi karena tema dari Kekristenan adalah engkau adalah kekasihNya Tuhan, engkau dikasihi oleh Dia.

Lalu apa tanda kasih? Tanda Tuhan mencintai saya adalah tanda yang Dia ikat dalam kematian AnakNya. Perjanjian apa? Perjanjian yang akan membenarkan kita. Saudara dan saya dibenarkan oleh iman. Apa artinya dibenarkan oleh iman? Artinya adalah pembenaran yang Tuhan berikan kepada Saudara. Tuhan berikan atas dasar perjanjian, kali ini saya tidak ambil dari Luther, saya ambil dari pemikir yang hidup setelah Luther yaitu John Owen. John Owen mengatakan kalau engkau mau tahu cinta kasih Tuhan, lihat perjanjiannya, jangan andalkan perasaanmu, karena perasaanmu begitu mudah berubah. Kita bisa merasa kalau orang mencintai kita berdasarkan perasaan subjektif kita, anak muda sering merasakan ini. Ketika dia jatuh cinta kepada seseorang, dia penasaran orang itu suka dengan dirinya juga atau tidak dengan membuat tanda-tanda yang subjektif. Dengan tanda seperti itu kita juga mau berelasi dengan Tuhan dengan cara yang sama, “kalau Tuhan mencintai saya, tidak boleh ada gangguan dalam hidup saya”, tunggu dulu, ini cinta antara Tuhan dan umatNya atau cinta antara tuan dan budak? Apakah engkau memperlakukan Tuhan dengan cara subjektif? Tentunya tidak. Maka John Owen mengatakan tahu dari mana Tuhan mencintai? Tuhan yang membuat janji dalam cintaNya. Perjanjian yang Dia ikat kepada kita itu tanda Dia cinta kepada kita. PerjanjianNya adalah kematian Sang Anak Allah menjadi manusia. Kalimat ini sangat mengharukan, John Owen mengatakan kalimat yang benar-benar menggugah pikiran dan perasaan orang. Dalam pengertian Kristus sebagai Imam Besar, John Owen mengatakan tidak tahukah kamu Tuhan merancang semua skema tentang Imamat, tentang Kristus yang akan mati, membawa darahNya, lalu menjadi Imam selama-lamanya, itu tanda Dia mencintai engkau. Tuhan mengatur semua yang membuat engkau dibenarkan, tanda apa lagi yang bisa engkau minta? Tandanya tidak subjektif, tandanya tidak berupa kehangatan dalam hati kita, tandanya bukan apa pun yang dalam subjektif. Tandanya adalah pandang kepada Kristus. Dan ketahui satu hal, Allah menyusun skema Imamat yang begitu besar, begitu penting, dinubuatkan di Perjanjian Lama, dinyatakan dalam Kitab Imamat, dijalankan terus dan digenapi di dalam Kristus setelah menjadi tradisi 1.500 tahun. Tuhan menjaga tradisi itu lalu puncakan di dalam Kristus. Dia datang menjadi manusia, Dia mati di atas kayu salib, lalu Dia dibangkitkan. Dia berada di surga, Dia sedang mengerjakan pekerjaan imamat ini. Jika bukan itu bukti Tuhan mencintai engkau, apalagi yang kita minta? Kalau kita tidak tahu pembenaran kita, kita tidak akan sadar kalau kita dicintai. Itu sebabnya doktrin penting. Doktrin memperkenalkan kepada kita cara Tuhan bekerja. Kalau gereja mengatakan doktrin itu tidak penting, yang penting adalah perasaan hatimu. Selamat, nikmati perasaan hatimu yang berubah terus. Apakah Tuhan harus tergantung mood kita? Luther mengatakan jika engkau sadar apa itu pembenaran, engkau dibenarkan oleh iman, maka engkau tahu yang mengasihi engkau bukan manusia, yang mengasihi engkau adalah Allah. Dan ini pada akhirnya akan mendewasakan kamu. Saudara pada akhirnya akan mengerti kebebasan untuk mengasihi, “Tuhan tidak perintahkan tapi akan saya kerjakan”, mengapa engkau kerjakan? Karena saya sudah mencicipi kasih itu, saya sudah dibenarkan. Maka, identitas kita akan menentukan kebebasan kita, siapa saya. Dan identitas itu pada akhirnya akan membuat saya mengerti tujuan saya. Identitas saya Kristus, tujuan saya menjadi seperti Kristus. Bagaimana menjadi seperti Kristus? Dia rela mencintai, Dia rela kehilangan kebebasanNya demi cintaNya kepada kita, justru itu secara paradoks menunjukan kebebasan Dia.

« 5 of 6 »