Apa yang Kristen tawarkan? Di Filipi 2, Kekristenan menawarkan Allah yang rela menjadi manusia, bahkan menjadi budak. Yesus Kristus yang walaupun dalam rupa Allah, dalam morphe Allah, dalam pancaran kemuliaan Allah, karena Dia memang Allah, rela menundukan diriNya, mengosongkan diriNya lalu memancarkan kehinaan seorang budak. Itu ada di dalam dia, satu pribadi. Yesus adalah yang paling mulia, Yesus juga yang paling rendah. Dia adalah Tuan di atas segala tuan, Dia juga hamba yang rela merendahkan diri di dalam kehidupanNya. Di dalam Kekristenan, dua ini menjadi satu, Kristus adalah budak sekaligus Dia tuan. Saudara tidak bisa berpikir, mana bisa tuan menjadi budak, tuan yang tuan, budak ya budak, tuan tidak menjadi budak. Tuan dan budak terpisah selamanya. Tapi Luther mengatakan “pikir lagi, Kekristenan akan menantang semua cara berpikir umum yang kita pikir sudah nyaman diterima. Berapa banyak orang yang hancur hidupnya karena merasa dirinya rendah. Kalau Yesus hancur hidupNya karena Dia merasa hidupNya rendah, dari awal Dia sudah frustasi dan kita tidak punya Juruselamat. Kalau kita tidak belajar dari Kristus kita akan terus punya pengertian kemanusiaan yang salah. Mengapa manusia bisa hancur hatinya? Karena dia merasa gagal menjadi manusia. Tapi tunggu dulu, apa itu manusia? Jika kita berpikir manusia diberikan mahkota emas, penghormatan, kemuliaan, berarti kita salah. Di dalam kehidupan Kristus menjadi manusia adalah menaati Tuhan dengan rela, bahkan rela mati di kayu salib. Kehidupan seperti inilah yang dicontohkan oleh Kristus. Apakah orang Kristen mau dengar? Tidak, 2.000 tahun setelah ini dicontohkan, berapa banyak orang yang dengar? Orang Kristen menjadi orang yang terus-menerus menjalani hidupnya tanpa peduli Tuhan dan hanya sekali-sekali minta tolong kepada Tuhan dalam hidupnya. Kita pikir kita bisa atur Tuhan dengan aman, tapi itu tidak bisa. Tuhan akan koreksi kita, minta kita, dorong kita, bahkan paksa kita untuk mengubah cara berpikir. Dan kadang-kadang cara berpikir itulah yang menyelamatkan kita dari keadaan yang kacau karena kita sadar bahwa cara kita memandang hidup bukan cara Tuhan. Bayangkan ketika skema Aristotle dipakai, akan merusak terus. Orang akan terus berpikir bahwa ada hierarki, tuan selamanya menindas budak dan budak selamanya harus menyerah dengan keadaannya. Pada zaman itu ketika seorang budak berani menganggap dirinya setara dengan tuan, dia akan diingatkan kembali mengapa dia disebut budak dengan hukuman yang keras sekali. Apakah dunia akan baik dengan skema seperti ini? Saudara akan lihat hierarki yang membuat ada orang yang menindas dan orang yang tertindas harus melawan kalau dia punya kekuatan itu memperburuk keadaan dari dulu sampai sekarang. Maka Kekristenan menjawab ini dengan mengatakan siapa yang menjadi tuan dia juga menjadi budak. Yesus mengatakan dengan jelas “kamu mau jadi yang terkemuka, kalau begitu layanilah yang lain”, nasihat yang sering kita dengar tapi mungkin kita cuma cibir mendengarnya dengan mengatakan “itu kan kehidupan Kristen yang standar, seadanya”. Tidak ada kehidupan Kristen yang seadanya karena itu adalah kebodohan. Kebodohan karena Saudara tidak bisa menjalani sesuatu yang begitu menyenangkan lalu memutuskan untuk menjalani sebagian kecil. Saya yakin kalau ada cara untuk Saudara menyenangi hidup, Saudara akan ambil semuanya, Saudara tidak akan mau itu disensor. Tapi ketika Kekristenan ditawarkan kepada kita, kita memilih yang sebagian kecil, itu bodoh, jangan lakukan itu. Saudara harus mengatakan “saya mau jadi Kristen all the way through, memang saya tidak sanggup tapi saya mau berjuang ke situ, itu yang saya inginkan”. Saya lebih senang Saudara merasa mau kejar itu tapi seperti tidak sanggup, jauh lebih baik dari pada mengatakan “sudahlah yang penting begini saja sudah puas”. Martin Luther mengatakan “tidak tahukah kamu skema pikir dunia harus dilawan dengan skema pikir Kristen”. Membedakan tuan dan budak itu membuat manusia seperti dua identitas lain, ada kelompok yang lebih layak disebut unggul dan ada kelompok lain yang disebut rendah, tapi ini merusak dunia. Kristus datang ke dunia untuk merombak ini dengan menekankan bahwa Dia adalah Tuan yang paling tinggi sekaligus Hamba yang paling rendah. Dia adalah yang mulia sekaligus rela berada dalam keadaan paling hina. Tanpa mengerti ini, kita tidak mengerti kebebasan Kristen. Tanpa mengerti kebebasan Kristen, kita akan terus hidup dibelenggu meskipun kita pikir kita bebas. Maka, Kekristenan menawarkan orang Kristen adalah tuan yang bebas dari siapa pun, dia bukan hamba dari siapa pun, dia berhak menentukan hidupnya. Tapi orang Kristen juga adalah hamba yang rela tunduk kepada siapa pun, rela melayani siapa pun, bukan karena dipaksa. Tidak ada yang memaksa orang untuk melayani tapi dia rela melakukan itu. Ini merupakan gambaran yang indah. Kekristenan menawarkan kritikan yang valid kepada dunia ini. Kita terima apa yang dunia ini tawarkan, tapi ketika kita menjadi orang Kristen, baru kita sadar ternyata ada hal penting yang Kekristenan bongkar dari cara berpikir dari dunia ini. Dan inilah yang Tuhan mau kerjakan lewat Martin Luther di dalam karya On Christian Doctrin.
Sekarang kalau Saudara pikir “itu kan zaman dulu, hierarki tuan dan budak kan juga sudah tidak ada”, Zaman sekarang kita dalam level yang equal, sama, sekarang kita tidak lagi bergumul seperti di zaman Martin Luther. Tapi dia juga membahas bahwa meskipun kita berpikir skema tuan dan budak itu sudah tidak ada faktanya kita masih menjalani kehidupan yang enggan menjadi budak dan ingin menjadi tuan. Karena kita ingin menikmati kesenangan yang dialami oleh para tuan. Sekarang Saudara tidak perlu menjadi tuan untuk menikmati kesenang seorang tuan karena modernnya teknologi dan kemungkinan untuk kita menikmati level kehidupan yang ada di dalam level puncak. Zaman dulu orang mesti menjadi raja dulu untuk bisa menikmati karya dari Handel misalnya. Tapi di zaman sekarang Saudara bisa menikmati Handel, Saudara tinggal dengar di internet dan Saudara bisa menikmati karya ini sebagai orang biasa. Jadi apa yang ditawarkan oleh Luther adalah Kekristenan melarang kamu untuk berpikir seperti dunia karena itu tidak baik, itu buruk. Dan apa yang dunia ini tawarkan jika engkau mau bebas, jika engkau mau menikmati kesenangan dengan sesempurna mungkin, kamu harus berada dalam level atas. Sekarang zaman modern meniadakan hierarki, tidak ada lagi atas bawah. Tapi kita sama-sama mau mengejar kehidupan puncak dari para tuan di masa lalu dengan kehidupan yang bisa punya akses untuk kesenangan. Saudara tidak lagi menjadi orang yang peka terhadap apa yang Alkitab ajarkan karena kita menjadi orang yang hanya mencari kesenangan. Sehingga orang jalani hidup dengan apa pun yang alam ini ceritakan, apa yang budaya katakan, cari orang baik, lalu nikahi, punya keluarga dan selesai, jangan mau hal yang lebih dari itu. Akhirnya kita menjadi orang yang tidak mengerti Kekristenan sedang mengkritik dunia ini yang menawarkan tema-tema yang sepertinya menghidupkan tapi padahal membawa kepada kematian. Amsal sudah mengingatkan ada jalan yang disangka orang lurus tapi ujungnya maut. Ini pun nasihat banyak diabaikan oleh orang Kristen, kita sangka semua jalan sama, all ways lead to Rome, semua jalan menuju ke Roma. Masalahnya kita tidak ke Roma. Ketika kita mengatakan semua jalan sama, itu salah. Alkitab mengatakan cara berpikirmu yang ngawur itu akan menuntun engkau ke dalam ketidak-pastian hidup.