Salah satu yang ditekankan oleh Luther adalah pembagian antara tuan dan budak, yang dipahami oleh pemikir dari zaman Yunani klasik bernama Aristotle. Aristotle mengatakan bahwa manusia terbagi 2, ada tuan dan budak. Ini merupakan pikiran umum, orang dulu pada zaman Yunani akan berpikir begitu. Ada kelompok budak yang tugasnya hanya bekerja-bekerja, ada tuan yang menikmati kerjanya budak dan bisa hidup untuk menikmati banyak hal lain. “Saya bisa menikmati hidup karena saya tuan, semua bebas saya lakukan karena saya tuan”. Tapi kalau budak “saya tidak mungkin punya kebebasan itu, saya tidak bisa menjalankan hidup sesuai dengan yang saya mau.” Ini merupakan pembedaan yang ketika orang sadar akan langsung mengatakan “saya ingin menjadi tuan, saya tidak mau menjadi budak.” Banyak orang menjalani hidup dengan kurang reflektif, tidak memikirkan apa itu hidup, dan justru itu yang memiskinkan manusia. Manusia menjadi miskin karena tidak pernah memberi waktu yang cukup untuk berpikir tentang apa yang terjadi dalam hidup dan bagaimana kita seharusnya memikirkan tentang tema-tema ini. Kekristenan mencegah orang menjadi manusia mati seperti ini, dimana kita tidak mengerti apa pun. Ketika Saudara orang Kristen, seharusnya Saudara punya konsep berpikir pengertian yang bijak tentang hidup. Kekristenan bukan agama pintar melainkan agama reflektif, merenung, membuat Saudara berpikir panjang tentang apa itu hidup. Karena kalau kita tidak tuntas menjawab pertanyaan ini, kita hanya menjadi mesin yang bertindak berdasarkan segala kebiasaan yang kurang dalam memikirkan makna hidup. Kita sudah tersesat karena kita tidak menjadi Kristen, bukan karena kita tidak melakukan hidup suci, bukan hanya karena kita berdosa, bukan hanya itu. Saudara menjadi orang Kristen dan tidak berdosa, itu bagus, memang harus seperti itu, tapi Saudara juga menjadi orang yang gagal Kristen karena tidak memikirkan tema-tema penting tadi. Hampir semua orang Kristen tidak tahu bagaimana berefleksi, bagaimana merenung. Harap Saudara tidak menjadi orang seperti itu karena menjadi orang seperti itu sangat miskin secara banyak hal, secara batin, secara kemanusiaan, luar biasa miskin. Itu sebabnya Martin Luther mengingatkan kembali bahwa Kekristenan menentang segala cara pandang yang umum, tapi yang kurang dipikir lebih dalam. Martin Luther mengatakan waktu kita ambil pola dunia yang kita sudah terbiasa jalani, lalu kita mendengar Injil, baru kita sadar Injil membuat pikiran Saudara terbuka, Injil menyadarkan Saudara bahwa tanpa Saudara kembali ke Tuhan, Saudara akan jalani hidup yang miskin melihat cara hidup. Martin Luther mengatakan kalau Saudara terus-menerus terbiasa atau kalau kita terus-menerus terbiasa dengan pola pikir dunia, kita tidak pernah menyadari keindahan Kristen dan kita merasa hidup kita sudah baik, kita tidak perlu ditambahkan pengertian apa pun yang mendobrak pengertian sebelumnya, saya sudah nyaman, sudah aman hidup seperti ini, jangan diubah lagi. Tetapi, Alkitab mendorong kita untuk mengubah cara berpikir karena kecuali Saudara mengalami itu, Tuhan akan menjadi hambar bagi Saudara, tidak ada indahnya karena kita akan terus paksa Tuhan masuk dalam skema kita yang tidak pernah diperluas. Agustinus sudah mengatakan di dalam Confession, jika Tuhan mau berbicara kepada saya, saya terlalu sempit, perluas hati saya supaya Tuhan bisa memberikan pengertian kepada saya. Luther seorang pengikut Agustinus dan dia mengingatkan kembali bahwa ketika kita melihat Kekristenan sebagai sesuatu yang mendobrak pemikiran umum, baru kita menyadari kita adalah orang-orang yang paling berbahagia. Kita adalah orang-orang yang paling mendapatkan anugerah. Pernahkah kita dengan rendah hati sujud kepada Tuhan sambil bangga karena Tuhan, “Tuhan, saya bersyukur saya Kristen”, “apa yang engkau syukuri sebagai orang Kristen?”. Kalau Saudara menjawab “saya Kristen, kalau mati akan masuk surga, itu saja yang menyenangkan saya”, kalau begitu Saudara Kristen yang kasihan. Bukan berarti kalau kita mati kita tidak masuk surga. Tapi yang paling menyukakan kita adalah kita dapat melihat dengan cara yang benar, mengenal hidup dengan cara yang benar, mengenal Tuhan dengan pengertian yang benar dan mengenal bagaimana harus menjalani hidup dengan skema pikir yang benar. Gereja sudah begitu bersalah karena tidak memberikan khotbah seperti ini, mungkin ini sesuatu yang jarang didengar di tempat lain. Dan gereja celaka jika tidak berkhotbah yang benar-benar menantang orang untuk melihat apa konsep Kristen, apa dunia, lalu apa yang Kristen katakan tentang konsep dunia ini. Martin Luther mengatakan semua orang punya skema tuan dan budak, “kalau saya menjadi tuan, saya bukan budak. Kalau saya tuan, saya bisa menikmati hidup, bisa punya harta, bebas menjalani hidup. Tapi kalau saya menjadi budak, kasihan, kerja, dicambuk, kerja, dibuang, kerja, dipukul, kerja, mungkin dibunuh, itu hidup yang seperti apa. Saya tidak ingin menjadi budak. Saya ingin menjadi tuan”. Tuan tidak mungkin menjadi budak, budak tidak mungkin tuan, tuan ada di dalam bagian yang sangat terpisah, satu tinggi satu rendah, satu mulia satu rendah, satu bebas satu terbelenggu. Tapi Martin Luther mengatakan Kekristenan mengajarkan menjadi tuan dan menjadi budak itu satu. Ini mengagetkan, baru orang sadar ternyata Kekristenan itu benar-benar unik, melatih saya memikirkan kembali tentang hidup.