Hari ini kita akan membahas satu karya penting dari Martin Luther, kita masih dalam rangka memperingati Reformasi dari sebuah karya yang judulnya adalah On Christian Freedom, mengenai kebebasan Kristen. Tulisan ini ditulis oleh Martin Luther sebagai respon terhadap surat ekskomunikasi yang diberikan oleh gereja pada waktu itu. Waktu gereja memutuskan untuk mengekskomunikasi Martin Luther di tahun 1520, ini berarti besar bagi Luther karena berarti dia orang yang tidak sah lagi menjadi orang Kristen, apalagi menjadi hamba Tuhan. Dia dilarang untuk mengajar, menulis buku, bahkan berkhotbah. Jadi surat ekskomunikasi ini berarti sangat besar, apakah Luther akan melanjutkan perjuangannya atau tidak? Jika iya, maka setiap dia khotbah, dia akan mengalami ancaman dimatikan. Jika dia menyerah maka Reformasi akan berhenti begitu saja. Tapi kita bersyukur karena Martin Luther mematikan suara-suara yang membuat dia tidak efektif melayani Tuhan, yang membuat dia berfokus kepada keamanan dan kenyamanan diri. Lalu dia mulai berjuang dengan mengatakan “saya harus berkhotbah lebih banyak lagi dan menulis buku lebih banyak lagi”, sehingga responnya terhadap surat ekskomunikasi adalah Luther berkhotbah semakian banyak, dia menulis buku semakin banyak, dan dia pengaruhi orang semakin banyak lagi. Jadi ini keberanian yang luar biasa, saya percaya Martin Luther bergumul dan takut, tapi dia memutuskan untuk mengalahkan ketakutannya. Ini merupakan kemenangan iman ketika Saudara mengalahkan ketakutan Saudara untuk orang lain dapat berkat. Maka Martin Luther menulis buku yang judulnya On Christian Doctrine, ini merupakan buku yang dianggap sebagai hadiah untuk Paus Leo X dan bersamaan dengan buku itu dia menulis surat terbuka untuk Paus Leo. Dan bukannya dia menjadi takut dan mundur, di dalam surat itu dia malah memperingatkan gereja dengan mengatakan “mari jangan mencari kedudukan, jangan mencari nama, jangan mencari otoritas. Mari belajar menjadi hamba dan Tuhan akan berkatimu”. Surat Luther kepada Paus itu berbunyi sangat sopan.
Jadi karya ini adalah karya untuk membela atau menawarkan kepada gereja, “ayo kita berdamai, kamu mengusir saya, saya tidak marah. Kamu berada dalam posisi yang salah, mari kembali ke Injil. Tuhan memerintahkan kita untuk percaya Injil, Tuhan tidak memerintahkan kita untuk melanggengkan kuasa, memastikan semua orang tunduk kepada kita”. Ini menjadi tawaran Luther yang sangat baik, suratnya bersifat sopan. Dan dalam karya On Christian Freedom, Luther mengutip dari 1 Korintus 9: 19, “sungguh pun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang”. Dunia punya pengajaran yang sangat membekas dalam pikiran kita, tanpa kita sadari, tapi hanya ketika kita mengetahui betapa pentingnya pengertian Kristen baru kita bisa singkirkan pengertian dunia karena kita menganggapnya rendah. Sebelum kita mengerti ini, kita akan terus menjadi orang Kristen yang bertindak berdasarkan cara pikir duniawi. Dan yang dimaksudkan duniawi itu adalah kita tidak mengerti kesenangan di dalam Tuhan dan kita memutuskan menjalankan hidup kita dengan insting, dengan kebiasaan yang dibentuk dari pikiran dunia. Kekristenan membuat kita tercerahkan, melihat bahwa cara pikir dunia yang selama ini kita pikir oke ternyata tidak oke sama sekali. Dari sini kita mulai mengerti bahwa Luther memberikan tekanan, Saudara menjadi orang Kristen yang taat, bukan karena ketaatan itu terpaksa Saudara jalankan, tapi karena Saudara mulai melihat keindahan menaati perintah Tuhan, keindahan mengikuti Tuhan. Pengertian firman tidak lebih rendah dari dunia ini. Dan pengertian firman yang Tuhan mau bagikan kepada kita bukan sesuatu yang menyulitkan sehingga kita terpaksa jalankan. Luther mengingatkan bahwa orang Kristen sejati adalah orang Kristen yang bebas, tidak ada tuntutan untuk menjalankan Taurat dulu baru dibenarkan, itu cara berpikir yang salah tentang Injil. Yang ditekankan oleh Luther adalah Saudara dan saya mengalami kebebasan karena Kristus. Dan kebebasan ini membuat kita tidak lagi dikurung oleh pola pikir dunia yang seperti benar tapi sebenarnya dilawan oleh iman Kristen.