(Lukas 8: 22-25)
Kalau Saudara melihat kisah yang ditulis, kejadian-kejadian hidup Yesus yang ditulis, semua akan mendapatkan penjelasan yang limpah waktu Saudara paralelkan dengan Perjanjian Lama. Coba lihat hidup Kristus dan Saudara coba paralelkan dengan pengertian Perjanjian Lama, waktu disatukan itu cocok sekali. Saudara tidak akan temukan di pribadi manapun yang bisa cocok dengan apa yang dikatakan di dalam Perjanjian Lama. Maka biarlah kita menguasai apa yang dikatakan Perjanjian Lama berdasarkan level penguasaan yang Tuhan tuntut pada kita masing-masing, yang tentunya beda-beda tiap orang. Lalu melihat Yesus sebagai Penggenap yang ketika disatukan menjadi separuh bagian da separuh bagian yang utuh untuk membuat kita mengenal siapa Dia. Di dalam ayat yang sudah kita baca, ayat 22-25 sangat sarat dengan apa yang diajarkan dalam Perjanjian Lama.
Di ayat 22 dikatakan “pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-sama murid-muridNya dan Ia berkata kepada mereka: marilah kita bertolak ke seberang danau. Lalu bertolaklah mereka”, ayat 23 “ketika mereka sedang berlayar, Yesus tidur, sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya”. Dalam bagian ini langsung ingat kisahnya Yunus. Yunus diombang-ambing di kapal dan tidur di kapal, Yesus diombang-ambing di kapal dan Dia tidur di kapal. Tapi perbedaannya itu ada, Yunus diombang-ambingkan oleh gelombang karena dia sedang lari dari panggilan Tuhan. Tuhan suruh dia ke timur, dia pergi ke barat, Tuhan suruh dia ke darat, dia pergi ke laut, Tuhan suruh dia khotbah, tapi dia tidur. Jadi yang dilakukan berlawanan mutlak dengan apa yang Tuhan perintahkan, itu sebabnya dia kena gelombang. Orang yang membaca Kitab Yunus mengatakan “tuh makanya ikut Tuhan, kalau tidak mau ikut Tuhan kena gelombang, kalau tidak mau ikut Tuhan langsung dapat ombak”. Tapi ayat ini sepertinya menghancurkan keyakinan kita yang semula karena para murid mengikut Yesus. Ayat 22 dikatakan Yesus memerintahkan kepada para murid “mari bertolak ke seberang danau”, Dia yang minta. Jadi Yesus mengarahkan murid untuk mentaati Dia dan waktu murid taat kepada Yesus apa yang terjadi? Kena gelombang. Yunus tidak taat kena gelombang, murid-murid taat tetap kena gelombang. Jadi mau taat atau tidak? Taat atau tidak tetap kena gelombang, seperti tidak ada bedanya. Yunus melawan Tuhan lalu Tuhan beri gelombang, makanya dia mendapatkan hukuman sebab dia sedang melawan. Tapi bagaimana dengan para murid? Ini membuat kita yang melihat dari Yunus lalu melihat ini menyadari “yang saya bisa tafsirkan dari Yunus belum lengkap”. Tuhan masih punya pengajaran lain yang Dia mau saya mengerti yaitu gelombang tidak tentu kena ke orang yang hanya jahat saja, gelombang pun bisa kena ke orang-orang yang berusaha mentaati Tuhan. Itu sebabnya ajaran Alkitab seringkali berlawanan dengan teologi sukses. Ketika teologi sukses mengatakan “ikut Yesus tidak ada gelombang hidup, ikut Yesus tidak ada kesulitan”, waktu mereka mengajarkan begitu, mereka kalau baca ayat ini mau langsung loncat ke ayat 24 akhir, ketika angin itu menjadi teduh, tidak mau bahas waktu angin itu datang. Tetapi bagian ini justru membuat kita memikirkan kembali tema teologi Perjanjian Lama, benarkah kalau saya taat pada Tuhan tidak akan ada gelombang? Dalam bagian ini murid Yesus kena gelombang justru karena taat Tuhan. Kalau Tuhan Yesus mengatakan “ikut Aku”, apakah Dia janji tidak ada gelombang? Tidak, Dia justru menjanjikan tetap ada gelombang. Di dalam lagu Kristen yang kita tahu, ikut Yesus ada jalan yang ada bunga tapi ada juga duri, ada jalan lurus tapi juga ada jalan yang belok, ada yang rata tapi juga ada yang kelok-kelok penuh dengan gelombang. Jadi waktu Yesus ajak Saudara untuk ikut Dia, Dia tidak pernah kampanye seperti politikus yang palsu “pokoknya kalau sampai saya jadi pemimpinmu, tidak ada satu pun dari kamu yang lapar, semua kenyang”, kenyang janji. Tapi waktu Tuhan Yesus ajak orang ikut Dia, semua mendapatkan apa yang akan didapatkan sesuai dengan yang Yesus katakan “ikut Aku, pikul salibmu sangkal dirimu”, dari awal Tuhan sudah katakan. Itu sebabnya dalam iman Kristen yang sejati, mengikut Yesus tidak otomatis lepas dari kesulitan, justru Tuhan kadang-kadang pimpin untuk masuk dalam gelombang.
Lalu dalam ayat 23 tertidur”, ini juga dikatakan “ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur”, ini juga paralel dengan Yunus. Tapi saya mau Saudara memahami arti tertidur di dalam konsep dari para pemazmur. Para pemazmur ketika menulis tentang bahaya hidup yang mereka hadapi, mereka gelisah di tempat tidur mereka, mereka jadikan bantal mereka penuh dengan air mata lalu berseru kepada Tuhan “Tuhan, tolong”. Dan ketika akhirnya Tuhan menjawab memberikan pertolongan, jiwa mereka menjadi tenang. Waktu jiwa mereka sudah tenang, mereka dapat kembali beristirahat, dapat kembali tidur. Jadi tidur di tengah bahaya itu tanda iman yang kuat. Di dalam Kitab Amsal, orang yang tidur pada waktu harusnya menabur, ketika waktunya menuai, dia akan habis. Waktu Kitab Amsal menggambarkan orang yang tidur, bisa 2, yang pertama adalah orang yang tidur pada waktu menabur, dia tidak mungkin menuai. Ketika orang tidur waktu harusnya dia kerja, waktu yang lain bersuka cita memetik hasilnya, orang yang tidur tidak mendapat apa-apa. Jadi tidur pada waktu harusnya kerja itu tidak mendapatkan persetujuan apa pun dari Tuhan. Bahkan Tuhan memberikan peraturan yang sama kepada siapa pun, entah dia cinta Tuhan atau tidak. Orang yang cinta Tuhan tidur pada waktu dia harus kerja, dia tidak akan mendapat apa-apa. Waktu kita membaca kita menyadari “di kapan ini ada orang beriman yaitu Yesus yang meskipun di tengah badai bisa tidur tenang”. Tapi Yunus lain lagi, Yunus ini orang yang luar biasa tegar tengkuk, karena dia sudah lari dari Tuhan, kena gelombang dari Tuhan, tapi Alkitab mengatakan dia turun ke dalam bagian kapal paling bawah dan tertidur dengan nyenyak. Jadi orang yang sudah tahu dari Kitab Mazmur mikir “ini Yunus melambangkan apa?”, dia tidur dengan tenang “Tuhan, aku serahkan diriku kepadaMu, yaitu aku yang sedang berontak”. Tuhan suruh ke mana dia malah pergi ke mana, Tuhan suruh ngapain dia malah melakukan ini, dia sengaja lari dari Tuhan. Dan waktu Tuhan kirim gelombang untuk menghantam dia, dia tidur. Waktu Yunus dilempar kapal menjadi tenang, ini berbanding terbalik dengan Yesus. Di dalam kapal di mana Yesus berada, karena ada Yesus, danau menjadi tenang, sedangkan di dalam kapal di mana Yunus berada, karena ada Yunus laut menjadi bergelombang. Ini perbedaan yang sangat jauh, sehingga waktu Saudara mengetahui kisah Yunus dan membandingkan dengan kisah ini, langsung Saudara mengatakan “Tuhan Yesus melampaui nabi apa pun”, termasuk Yunus, karena Yunus adalah penyebab goncangan laut, sedangkan Kristus adalah penyebab tenangnya laut. Yunus adalah penyebab orang dalam bahaya, sedangkan Kristus adalah penyebab keselamatan di dalam orang-orang di sekitar dia.
Lalu dalam ayat 24 dikatakan “maka datanglah murid-muridNya membangunkan Dia, katanya: Guru, Guru, kita binasa. Ia pun bangun dan menghardik air dan angin yang mengamuk itu. Dan angin dan air itu pun reda, dan danau itu menjadi teduh”. Yesus menghardik badai, ini merupakan bagian yang sangat jelas tercantum di dalam beberapa Mazmur. Di dalam Mazmur digambarkan tentang badai yang adalah simbol dari kuasa jahat, maupun badai yang adalah simbol dari kekuasaan politik, tapi dalam Alkitab dikatakan di dalam Mazmur bahwa Tuhan meredakan semua demi umatNya mendapatkan berkat dari Dia. Salah satu Mazmur yang bisa kita lihat adalah dalam Mazmur 29, ayat yang tadi kita baca. Di Mazmur itu dikatakan Tuhan yang akan meredakan gelombang, Tuhan akan memberikan ketenangan, Tuhan memberikan ketenangan di tengah-tengah air bagi orang yang sedang berlayar atau sedang melakukan pelayaran di tengah-tengah laut. Selain Mazmur 29, ada beberapa Mazmur lain yang memberikan pengertian limpah bagi pembahasan kita saat ini. Di dalam Mazmur 65 misalnya, dikatakan bahwa Tuhan adalah Allah yang akan membuat lautan tenteram demi Israel mendapatkan berkat, tinggal di tanah subur dan mendapatkan kelimpahan di dalam anugerah Tuhan. Di dalam Mazmur ini Daud sedang berkata bahwa seluruh kegoncangan laut itu adalah lambang dari kuasa bangsa-bangsa yang besar. Maka dalam Mazmur 65 digambarkan bagaimana Tuhan melihat umatNya dan melihat seluruh bangsa-bangsa di sekitarnya sebagai bangsa yang akan Dia tenangkan, Dia diamkan dan Dia taklukan. Sehingga gelombang laut itu seringkali menggambarkan kuasa politik yang penuh kegoncangan. Kegoncangan politik itu bukan sesuatu yang baru, sudah terjadi dari zaman dulu. Dalam abad 14 awal, abad 13 akhir, di kota Roma dalam pemerintahan gereja pada waktu itu ada kegoncangan yang luar biasa besar. Mazmur 65 mengatakan Tuhan meredakan gelombang dan mendirikan tempat subur bagi Israel. Ini berarti bangsa-bangsa lain sebesar apa pun mereka, waktu mereka mau hancurkan Israel, tidak mungkin berhasil, Israel akan tetap bertahan. Dan Israel digenapi dalam Kristus dan di dalam Kristus kita semua mendapat bagian yang menerima janji Tuhan bagi Israel. Jadi siapa bisa hancurkan Israel dan gereja Tuhan? Tidak ada. Israel sebagai negara sekarang sudah tersingkirkan, tapi orang Kristen di dalam Kristus menjadi pengikut Abraham beriman pada Tuhan.Tempat di mana gereja paling dilawan, di situ adalah tempat di mana Tuhan akan menaruh hambaNya yang paling berkualitas. Saudara kalau mau tahu zaman ini siapa hamba Tuhan besar.
Selain hamba Tuhan yang berkhotbah dengan kuasa dan juga ketekunan untuk menyampaikan Firman dengan benar, juga ada hamba Tuhan yang layani dengan giat di tempat paling sulit, itu akan membuktikan Tuhan tetap setia kepada umatNya. Di negara Islam yang keras, di situ Kekristenan mulai berkembang, di tempat di mana orang-orang melawan Tuhan, di situ Tuhan taruh hambaNya yang paling kuat untuk berjuang dan menyatakan anugerah Tuhan menopang dan memelihara gerejaNya. Jadi kuasa politik itu dilambangkan dengan ombak gelombang, lalu ayat ini mengatakan Yesus memerintahkan “diamlah, tenanglah”. Maka gereja bisa mengatakan ketika kuasa politik menghancurkan, kita ingat Yesus akan berkata kepada mereka “diamlah dan tenanglah” dan keadaan akan menjadi damai kembali. Jadi gereja Tuhan akan tetap dipelihara. Lalu hal kedua, selain Mazmur 65, bagian ini juga menjelaskan konsep dari Mazmur 107. Dalam Mazmur 107 digambarkan bahwa Tuhan yang mengijinkan gelombang untuk membuat orang-orang di dalam kapal kembali berdoa kepada Tuhan. Dalam Mazmur 107 dikatakan Tuhan meniup lalu terjadi gelombang, kemudian orang-orang di dalam kapal begitu ketakutan, lalu dalam ketakutan itu mereka berdoa, Tuhan dengar dan meredakan kembali gelombang itu. Mirip dengan bagian ini, murid-murid ditimpa gelombang lalu mereka teriak minta tolong Tuhan Yesus, lalu Tuhan Yesus tenangkan gelombangnya. Dari mana gelombangnya? Mazmur 107 mengatakan tiupan Tuhan. Mengapa Tuhan meniup? Mengapa Tuhan membuat hidupku bergelombang? Mengapa Tuhan tidak membuat hidupku tenang, hidupku lurus-lurus saja? Karena ini jalan bebas hambatan dan kita punya kecenderungan kalau tidak hambatan ya tidur saja. Maka Tuhan berikan gelombang, tapi Tuhan meredakannya untuk menyatakan “di dalam Aku kamu aman”. Kamu tidak aman di dalam keuangan karena keuangan sekarang bisa besar bisa hancur besok. Itu sebabnya khotbah-khotbah yang tidak mempersiapkan orang untuk waspada terhadap gelombang hidup adalah khotbah-khotbah yang akan melemahkan jemaat Tuhan. Dan ketika Tuhan kirim ombak, lalu Tuhan berikan ketenangan, orang-orang yang memanjatkan doa kepada Tuhan akan memperoleh ketenangan dari Tuhan. Lalu di dalam bagian lain di dalam Mazmur, Mazmur 74 digambarkan bahwa setiap orang yang mau berserah kepada Tuhan akan mengalami Tuhan menghancurkan kuasa jahat. Ini merupakan gambaran yang luar biasa penting, Tuhan kita adalah Tuhan yang kerjaNya, karyaNya membuat yang kacau menjadi teduh. Tapi di sini ada misteri yang sulit dipecahkan yaitu mengapa sebelum teduh harus kacau dulu? Mengapa sebelum terang harus gelap dulu? Mengapa sebelum badai berlalu harus ada badai yang tiba dulu? Ini pertanyaan yang sulit dijawab tapi kita hanya bisa mengatakan Tuhan pakai cara itu supaya kemenanganNya atas kuasa jahat menjadi nyata. Jadi Tuhan kita bukanlah Tuhan yang menunjukan bahwa Dia bertahta dan berkuasa dalam keadaan stabil terus, tapi Dia menunjukan bahwa dia bertahta dan berkuasa di dalam kemenangan menghancurkan musuh. Ini pertanyaan yang sulit dijawab, tetapi ini fakta yang besar sekali. Mengapa Tuhan mengijinkan diriNya punya musuh? Kita tidak tahu penyebab awalnya atau motivasi awal atau apa yang Tuhan pikirkan di dalam kehendak kekalNya waktu menetapkan ini. Tapi yang kita tahu adalah waktu Tuhan berfirman, Dia menyatakan Dia akan menaklukan kuasa jahat, ini yang menjadi pegangan kita. Tuhan kita adalah Tuhan yang akan menyatakan kemuliaanNya dengan lebih limpah melalui menaklukan kejahatan ketimbang membuat kejahatan itu hilang. Tuhan kita menyatakan kemuliaan lebih besar dengan menghancurkan yang jahat dan membereskan yang kacau dari pada menghilangkan sama sekali kejahatan atau pun kekacauan. Kekristenan yang tidak memberitakan berita yang realistis adalah Kekristenan yang palsu dan bukan dari Kitab Suci. Kekristenan yang palsu membuat tanda-tanda yang aneh sebagai sesuatu yang sifatnya supranatural tetapi kembali untuk memberkati diri dalam hal yang sifatnya natural. Sedangkan orang Kristen sejati justru memperjuangkan hal-hal yang sifatnya natural yang terlihat di sini dengan efek yang sifatnya supranatural nanti. Saudara bekerja dan melayani di sini untuk nanti bukan untuk mendapatkan sesuatu sekarang dengan genap. Itu sebabnya perbedaan Kristen sejati dan palsu dapat dilihat di sini, Kristen palsu mementingkan hidup sekarang, tapi memakai yang supranatural untuk mengerjakan yang sekarang. Sedangkan Kristen sejati mengerjakan sekarang demi efek nanti dalam hal yang sifatnya supranatural. Maka waktu Tuhan menciptakan segala sesuatu, Tuhan menciptakan dengan fakta bahwa ada kejahatan ada di sini dan ajaran Kristen harus mengakomodasi hal ini. Bagaimana orang Kristen hidup di tengah kejahatan, bagaimana orang Kristen hidup di tengah dunia yang sudah rusak dan jatuh, bagaimana pernyataan Alkitab untuk hidup ditengah-tengah seperti ini? Alkitab lebih menggerakan kita untuk lebih melihat ke depan dari pada melihat ke belakang, Alkitab mengajarkan kepada kita untuk tidak otak-atik mengapa ada yang jahat yang Tuhan tidak beri tahu. Yang Tuhan mau beri tahu adalah ke depan Tuhan akan hancurkan leviathan tapi Tuhan ijinkan gelombang ini terjadi untuk membuat mata kita terbuka, kita masih di dunia, kita masih berjuang melawan dosa.
Tetapi yang paling indah adalah dalam Mazmur 69, seluruh berita yang dibagikan itu sangat cocok untuk dikenakan kepada Kristus waktu menderita. Waktu Kristus akan mati di kayu salib, sangat tepat seruanNya “Tuhan, musuhKu mengelilingi Aku, air dan badai menimpa Aku, dan lumpur maut sudah menenggelamkan Aku”, tapi dari situ Tuhan menolong Dia. Maka dari sini kita bisa belajar, Tuhan Yesus adalah penolong dari gelombang hidup sebab segala efek mematikan dari gelombang hidup itu Dia terima di dalam tubuh. Tuhan bukan hanya yang menghancurka kejahatan, mententeramkan hidup, memberikan jalan di tengah-tengah badai, tapi Dia juga yang terima seluruh efek itu. Itu sebabnya Dia mati di kayu salib. Dia menerima efek mematikan dari seluruh gelomang kekacauan yang terjadi di dunia. Tetapi dari situ Dia menjadi pokok keselamatan bagi semua. Biarlah kita mengingat kembali bagian ini dan beryukur kepada Tuhan, Tuhan Yesus menghancurkan kuasa politik yang jahat demi melindungi gerejaNya. Tuhan Yesus mengijinkan gelombang terjadi untuk mendidik gerejaNya. Tuhan Yesus mengijinkan untuk sementara waktu kejahatan menghancurkan gerejaNya, tetapi akan ada waktu Dia menginjak-injak kepala kejahatan. Tuhan Yesus mengijinkan kita berada dalam keadaan sulit, bahaya, lalu Dia bukakan jalan supaya kita ingat anugerahNya. Terakhir, Tuhan Yesus mengijinkan keselamatan dari gelombang laut kita dapatkan karena efek mematikan dari gelombang laut itu Dia terima di dalam tubuhNya di atas kayu salibg. Biarlah kita ikut Dia dan mengatakan “Tuhan, jika Engkau mau pimpin saya di dalam gelombang, silahkan, aku siap. Karena bersama dengan Tuhan di tengah gelombang jauh lebih baik dari pada sendiri di dataran yang aman”. Kiranya Tuhan menguatkan kita semua.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)