Ini membuat orang-orang menghina Dia dengan mengatakan “hai Raja, jangankan Taman Eden kesenanganMu sendiri pun tidak bisa Engkau peroleh. Jangankan memberikan sukacita hidup bagi kami, sukacita hidup untuk diriMu pun tidak bisa Engkau dapatkan. Jadi bagaimana bisa tolong kami, hei Engkau yang tidak bisa menolong diriMu sendiri”, inilah yang diucapkan orang-orang. Mereka berani menghina karena Yesus ada di Bukit Tengkorak bukan di Taman Eden. Dia di bukit kematian, bukan di taman kehidupan. Segala sesuatu yang terjadi pada Yesus berbeda total dengan apa yang mereka idamkan di dalam pengertian Taman Eden. Itu sebabnya mereka marah dan mengatakan “ini nasib akhirMu di tempat kematian. Mana tamannya? Kamu dapat bukit tengkorak. Mana sukacitanya? Kamu justru dapat salib. Mana kebahagiaannya? Kamu justru akan disiksa, dibenci semua orang dan akan mati”. Tidak ada kesenangan yang dialami Yesus di atas salib. Kesenangan fisik tidak, kesenangan dapat relasi tidak, kesenangan dikasihi dan mengasihi orang, Dia mengasihi orang tapi Dia tidak dikasihi, tidak ada kesenangan disertai Tuhan. Mana Taman Edennya? Yang Yesus alami adalah pembalikan total dari Taman Eden. Di Taman Eden ada sukacita, di taman ini hanya ada dukacita dan kematian. Apa yang dialami Yesus sangat berat, orang terus menghina Dia dan mengatakan “mana kerajaanMu?”. Akhirnya mereka mengatakan “Tuhan tidak membiarkan orang benar mati. Kalau benar Dia Mesias, pasti Dia tidak akan mati. Meskipun Dia dipaku di kayu salib, lalu kita hina Dia, suatu saat sebelum Dia mati, Dia akan pulih. Mungkin Dia akan turun dari salib dan Dia akan bawa Kerajaan Allah datang. Mungkin itu yang akan terjadi”. Maka di antara orang Yahudi yang menghina, mulai ada perasaan segan “jangan-jangan benar”. Karena itu Yesus mengatakan di bagian lain di Kitab Suci, ketika Dia mengatakan “Eli, Eli lama sabakhtani”, “jangan-jangan Dia panggil Elia, mati kita semua”. Tapi ternyata Elia tidak datang, maka mereka berpikir “Elia pun sudah tidak mau Engkau”. Padahal yang Yesus serukan adalah “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?”. Yesus sedang dalam keadaan yang menjadi antitesis, negasi mutlak dari firdaus. Akhirnya mereka bertanya “dimana taman yang akan Engkau janjikan itu”, semua mengolok-olokan Dia. Lalu ada prajurit menganjukan anggur asam, ini benar-benar menjadi pembalikan dari firdaus. Dikatakan di firdaus engkau akan menikmati anggur dengan limpah, anggur yang terbaik. Anggur terbaik itu tidak murah. Dan ini adalah penghinaan bagi Yesus ketika Dia diberikan anggur asam, anggur yang jelek. “Engkau mengharapkan firdaus yang baru, ini saya berikan anggur yang jelek, anggur asam”. Ini sebenarnya bukan anggur, tapi satu minuman yang akan membuat orang sedikit ditolong untuk menanggung rasa sakitnya. Ini menjadi simbol selain ada kebiasaan memberi minum orang yang disalib kalau dia terlalu menderita, tapi ini juga menjadi penghinaan bagi Yesus “lihat anggur yang Engkau mau berikan. Mana anggurnya? Justru kami berikan kepadaMu, anggur murahan yang jelek, yang hanya digunakan untuk orang yang mau mati di kayu salib”. Yesus dihina begitu besar dan orang teriak “jika Engkau adalah Raja Yahudi, selamatkanlah diriMu”. Dan mereka mengejek Dia dengan tulisan “Yesus dari Nazaret, Raja orang Yahudi”. Yang paling parah adalah penjahat di samping Dia ikut-ikutan menghina “hei Kamu, mengapa Kamu tidak selamatkan diriMu. Kalau Engkau Mesias, selamatkan diriMu, selamatkan kami”. Lalu temannya menegur dia, temannya menegur dengan kalimat yang sangat berkait dengan apa yang digumulkan Mazmur. Dikatakan “tidakkah engkau takut juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama?”, maksudnya adalah kalau ada orang benar dihukum, Tuhan tidak akan diam. Jangan sembarangan buka mulut untuk menghina orang benar. Orang benar meskipun dalam keadaan seperi ini pun akan Tuhan bela, ini yang dia tahu. Maka di dalam pengertian Yahudi, terutama di dalam Mazmur, dikatakan orang benar tidak akan ditinggalkan Tuhan meskipun sekelilingnya penuh musuh, meskipun dia masuk lubang maut, meskipun maut menutup kepalanya, meskipun dia ada di laut yang dalam, meskipun dia ditelan ikan yang besar, Tuhan tidak tinggalkan dia. Maka di mata orang baik yang disalib di sebelah Yesus, dia melihat ini ada sesuatu yang menunjukan kebobrokan Israel. Orang benar ini sedang dihancurkan. Dan kalau Dia adalah orang benar berarti pengakuan Dia tentang siapa diriNya pasti benar. Mengapa orang ini bisa punya perasaan kalau Yesus benar? Saya sangat setuju dengan apa yang Pak Tong katakan. Pak Stephen Tong mengatakan “karena orang jahat tidak mungkin mengeluarkan kata-kata yang indah di atas kayu salib”. Orang benar akan keluarkan kata-kata benar. Yesus tidak memaki di kayu salib. Di dalam keadaan paling sulit, Dia tidak mengeluarkan kata-kata jahat kepada siapa pun. Banyak orang mengaku Kristen, tapi bicara sembarangan. Tidak boleh ada orang menyebut diri Kristen kalau bicara masih penuh dengan perasaan kasar. Memaki orang, sembarangan, memberikan kata-kata yang sangat jahat, kotor dan kasar. Orang berkata kasar mesti minta ampun kepada Tuhan. Karena kata-kata kasar yang diucapkan menunjukan siapa dirinya di dalam, belum jadi milik Tuhan. Kita harus gentar, kita harus berdoa kepada Tuhan, “Tuhan, saya belum jadi milikMu. Jadikan saya milikMu”. Mengapa saya mengatakan belum jadi milik Tuhan? Karena Tuhan Yesus memberikan peringatan apa yang keluar dari mulut itu mengalir dari hati. Siapa engkau di dalam akan ditunjukan dengan apa yang engkau katakan di luar. Maka orang ini sadar ini orang benar karena Yesus mengucapkan kata-kata yang sangat agung di kayu salib. Dia mengucapkan kata-kata mengampuni, kata-kata yang penuh kasih, Dia tidak dikuasai dengan keadaan yang sempit. Tidak ada orang yang akan mengatakan kata-kata kasar kalau dia berada dalam keadaan tenang. Yang diuji adalah jika dalam keadaan sangat terjepit apakah kita masih bisa mengataka kata-kata yang baik atau tidak. Jangan biarkan situasi menang atas kita. Yesus adalah satu-satunya orang yang mempunyai kesanggupan menanggung dosa semua orang seperti ini. Dia di atas kayu salib dan Dia mengampuni, maka orang ini langsung tahu Tuhan sudah berjanji bahwa orang benar akan mewarisi kerajaan, orang benar akan Tuhan pulihkan. Dan kalau Yesus benar, klaim bahwa Dia adalah Mesias itu juga benar. Maka dengan gentar dia mengatakan “ini bukan cuma orang yang benar, tapi ini juga Raja”. Tapi perhatikan, dia tidak mau repot-repot berdebat tentang ini Raja atau bukan kepada temannya. Dia hanya ingin temannya menerima fakta bahwa Dia tidak pernah kalimat jahat, jadi jangan hina orang benar. Kepada Yesus dia mengatakan “Yesus, ingatlah akan aku jika Engkau datang dari surga”, dia punya satu iman yang besar kepada orang benar ini. Dia benar dan setiap kalimatNya benar, berarti Dia adalah Raja, “aku inign diingat kalau Dia datang sebagai Raja”. Kalimat yang sangat mengharukan, seperti pujian yang tadi kita nyanyikan, nomor 3, Tuhan Yesus ingatlah saya. Kapan ingat? “Ketika saya tidak punya kekuatan bahkan untuk mengingat Engkau, ketika saya dengan rapuh mengikuti Tuhan, Tuhan jangan lupakan saya”. Inilah seruan yang sangat rendah hati. Dia tidak mengatakan “Yesus, bebaskan saya dari salib ini”, dia mengatakan “Tuhan berfirman orang jahat harus dihakimi, orang jahat harus dihukum. Saya orang jahat, hukumlah saya”, maka dia terima salib. Tapi Yesus bukan orang jahat, Dia sedang dihukum karena kejahatan orang Israel. Suatu saat Dia akan datang sebagai Raja, tolong ingat saya. Apa maksudnya ingat? Orang ini tidak mengatakan ingat dengan cara yang baik. Kalau saudara punya prestasi lalu suruh orang ingat, itu mudah. “Ingatlah saya sudah KKR beberapa kali. Ingatlah saya sudah lakukan ini dan itu”. Misalnya Pak Denny mengatakan kepada saya “ingatlah saya tanggal segini dan segini saya jadi liturgis”. Tapi orang ini cuma melakukan kejahatan, apa yang mau diingat? “Tuhan Yesus ingatlah saya”, kalau Yesus mengatakan “iya, perampok”, orang itu pasti mati. Mengapa dia mengatakan ingatlah aku? Yang dia minta diingat bukan perbuatan dia sebelum dia disalib, yang dia minta untuk diingat adalah waktu dia bertemu dengan Raja ini, dia tidak ikut menghina seperti orang lain, dia mengamini Sang Allah yang menjadi manusia ini. Dia mengatakan “Engkau adalah yang sudah datang menjadi manusia, Engkau adalah yang akan menjadi Raja”. Mengapa saya tafsirkan orang ini percaya bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia? Karena seluruh berita tentang Mesias mempunyai makna ilahi di dalamnya.

« 5 of 7 »