Setiap budaya punya keunikan, keunggulan, dan keindahannya masing-masing. Tetapi setiap budaya setiap zaman tidak boleh dimutlakan. Zaman Alkitab tidak boleh dimutlakan, kalau Saudara memutlakan zaman Alkitab berarti kemana-mana Saudara harus jalan kaki, boleh bawa keledai untuk taruh koper Saudara. Saudara boleh singkirkan mobil Saudara karena itu tidak alkitabiah. Tentu kita tidak akan mengatakan demikian. Berbicara tentang teknologi, zaman sekarang jauh lebih baik dari pada zaman Alkitab. Berbicara soal obat, zaman sekarang jauh lebih baik dibandingkan zaman Alkitab, dengan tidak menyertakan mujizat Yesus dan para murid. Kalau itu disertakan, masih agak mending zaman itu. Zaman sekarang kalau Saudara sakit, pergi ke rumah sakit. Kalau zaman dulu mereka sakit dan panggil Petrus. Maka kita kecualikan mujizat, para murid dan Yesus, jadi zaman sekarang lebih baik dari pada zaman abad kesatu. Tapi kalau Saudara mau membaca Alkitab, maka budaya abad kesatu harus dihargai. Bagaimana menghargainya? Dengan belajar sejarah. Saya sangat ingat hal pertama yang terkenang waktu dengar khotbah Pak Tong adalah ketika Pak Tong mengutip dari Hegel, “kesalahan paling besar manusia adalah manusia tidak mau belajar dari sejarah”, atau lebih akurat lagi “pengajaran paling besar dari sejarah adalah bahwa manusia tidak mau belajar dari sejarah, inilah pengajaran terbesar dari sejarah”, ini kutipan Pak Stephen Tong dari seorang bernama Hegel. Hegel membuka kelas yang berjudul filsafat sejarah dan di hari pertama dia langsung bicara ini. Orang tidak menganggap penting sejarah karena itu sudah kuno. Berbicara tentang teknologi, memang zaman itu sudah kuno. Tapi berbicara tentang keindahan, kebaikan dan gaya hidup tidak tentu yang dulu lebih jelek dari pada sekarang. Bahkan ada hal yang sekarang jauh lebih jelek dari pada zaman dulu. Kekristena melatih kita untuk menghargai setiap zaman di mana zaman Tuhan bekerja. Adakah zaman dimana Tuhan tidak bekerja? Tidak, setiap zaman ada pekerjaan Tuhan. Maka waktu Saudara renungkan abad berapa pun, Saudara akan melihat keunikan dari pekerjaan Tuhan. Begitu juga ketika kita mempelajari budaya, mempelajari ekspresi seni, mempelajari ekspresi teologi, mempelajari bergereja, begitu banyak perbedaan dan keragaman. Tapi kalau saya mau teliti satu zaman, saya tidak boleh campur-adukan dengan zaman lain. Demikian kalau saya mau mengerti Lukas, jangan terlalu banyak masukan zaman kita lalu baca Lukas dengan cara yang menganggap bahwa setiap kalimat, istilah dan pengajaran dari Lukas pasti dapat dimengerti dengan gambaran sekarang.