Memecah-mecahkan roti merupakan satu perbuatan yang kita terus lakukan di dalam tradisi gereja melalui Perjamuan Kudus. Tetapi kita seringkali lupa betapa pentingnya Perjamuan Kudus itu. Kita mungkin tidak secara khusus mempersiapkan diri karena kita terbiasa mengikutinya. Bahkan kita tidak mengerti apa pentingnya roti kecil dan anggur masuk ke dalam tubuh kita. Kita hanya melihat ini sebagai upacara yang berulang dilakukan, dan kita mau memberikan makna tapi kita tidak tahu makna apa yang bisa diberikan. Namun Injil Lukas memberikan posisi sangat penting di dalam perjamuan, karena murid-murid terbuka matanya dan mengenal Yesus di dalam perjamuan, bukan waktu Yesus khotbah. Saya tidak mengatakan khotbah tidak penting, namun Lukas sedang mengatakan betapa pentingnya perjamuan itu, sehingga waktu Yesus memimpin perjamuan, baru murid-murid sadar inilah Yesus. Sebelumnya mata mereka seperti tertutup dan seperti ada sesuatu yang menghalangi mereka untuk mengenal Yesus. Setelah Yesus memecah-mecah roti, mereka mengenal Dia. Berarti kita mesti selidiki apa makna memecah-mecahkan roti, apa makna makan bersama di dalam tradisi Yahudi. Saya beberapa kali sudah membahas bagian ini, makan bersama sering diidentikan dengan perjamuan akhir. Waktu Tuhan datang, Dia akan mengundang kita ke dalam sebuah perjamuan yang indah. Makan bersama juga menyatakan bahwa ada ketenangan, setelah satu hari bekerja, saat makan merupakan saat khusus untuk bersekutu dalam pengertian orang Yahudi. Saat makan bukan hanya saat ketika kita mengisi kembali tenaga yang sudah hilang. Kita ada di dalam zaman yang sangat ingin efisien, apa gunanya makan? Makan itu untuk penuhi kembali energi, makan itu untuk hilangkan rasa lapar. Mengapa kita makan? Kita makan karena kita ingin mempunyai perasaan kenyang, kita ingin sehat, kita ingin kuat, maka kita makan. Itu sebabnya restoran yang bernama makanan cepat saji menjadi restoran yang ada di mana-mana karena ini yang paling efisien, beli sedikit, kunyah beberapa detik dan kita sudah kenyang. Kalau belum kenyang, beli lagi dan makan lagi, hanya perlu beberapa menit untuk menjadi gemuk. Ini yang ditawarkan. Jadi Saudara akan melihat makan adalah sesuatu yang bernilai fungsi, tetapi yang tidak memunyai makna teologis dan tidak memunyai makna fellowship, tidak memunyai makna persekutuan dan tidak ada makna pengharapan di dalam tradisi makan zaman modern. Jadi sangat beda pengertian antara zaman ini dan zaman dulu. Itu sebabnya ketika Kitab Suci pakai gambaran makan bersama, kita sulit tangkap apa pentingnya makan bersama. Ini bahayanya kalau kita membaca Alkitab dan mendekatinya hanya berdasarkan budaya yang kita tahu saja. Kekristenan melatih kita untuk menghargai setiap budaya.