(Lukas 18: 15-27)
Di sini Yesus sedang tidak hanya mengajarkan bahwa anak-anak kecil diterima Tuhan, tapi Yesus mengajarkan orang-orang yang menjadi murid Tuhan belajar untuk melihat anak kecil sebagai individu yang penting bagi Tuhan, meskipun mereka tidak punya peran apa pun bagi masyarakat pada waktu itu. Seringkali kita menghargai manusia oleh karena apa yang mereka bisa sumbangsihkan untuk masyarakat kita. Jadi ada bagian penting dibagikan di sini yaitu bagaimana kita menganggap orang yang paling tidak dianggap sebagai orang penting. Penting bukan di dalam hal apa pun, penting karena Tuhan mementingkan orang yang tidak penting. Tuhan melihat mereka yang tidak berarti dan Tuhan masukan mereka ke dalam KerajaanNya. Berapa sering kita hidup di dalam masyarakat yang membagi-bagi orang lalu mengatakan “kamu yang golongan bawah tidak bisa dianggap penting, kamu adalah kelompok pengganggu, kalau bisa kamu tidak perlu ada. Sehingga kami hanya perhatikan orang-orang yang baik, yang berpotensi dan yang berguna”. Tapi Injil justru menawarkan kebalikannya “mari hargai orang-orang yang tidak dapat tempat untuk dihargai oleh dunia ini”. Ini pesan yang sangat besar, penting, dan yang dengan setia dijalankan oleh gereja Tuhan.

Tetapi pesan itu berlanjut karena di dalam ayat 17 Yesus mengatakan “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk kedalamnya”. Yesus tidak hanya mengatakan “kamu perhatikan orang-orang rendah”, lalu kita mulai perhatikan orang rendah, kita mengatakan “kamu lebih rendah dari saya, tapi tidak apa-apa, saya perhatikan kamu, saya kasihani kamu, saya anggap kamu sebagai bagian dari Kerajaan Tuhan. Saya tidak kecualikan kamu, saya hargai meskipun kamu tidak layak dihargai”. Itu pesan dari bagian pertama. Tapi bagian kedua Yesus mengatakan “kamu jadilah anak kecil”, apa maksudnya? Dan bagian kedua Yesus mengatakan “jadilah orang yang tidak penting ini”. Maksudnya adalah Saudara mesti melihat kedudukan di dalam masyarakat atau bahkan kedudukan di dalam Kerajaan Tuhan bukan sebagai sesuatu yang penting. Bahkan kita cari tempat yang rendah. Ini kalimat yang sangat sulit untuk kita taati, karena kita tahu meskipun kita sanggup mengasihi orang yang level bawah, tapi kita sangat tidak ingin dianggap sebagai kelompok level bawah. Saudara dan saya ingin dianggap penting, tapi Tuhan justru mengingatkan Kerajaan Allah adalah milik orang-orang yang menganggap diri tidak penting. Saya punya tanggung jawab dan itu yang saya kejar, tapi apa pun yang dihasilkan karena saya giat mengejar tanggung jawab saya, tidak membuat saya bangga atau tidak membuat saya mengejar kedudukan yang tinggi. Banyak orang ingin cari kehebatan atau pengakuan bahwa saya adalah kelompok yang elit, ada pada level yang tinggi di masyarakat. Dan terkadang kita pakai kerohanian atau pun gereja untuk hal ini. Lalu, hendaklah kamu seperti anak kecil di dalam menyambut Kerajaan Allah, hendaklah kamu senantiasa mau mencari untuk merendahkan diri. Biarlah kita menganggap kemungkinan untuk merendahkan diri adalah privilege besar dari Tuhan, kemuliaan dalam merendahkan diri. Jangan pura-pura dalam merendahkan diri. Saya cuma tahu tanggung jawab kepada Tuhan dan Tuhan urus semua yang lain”. Inilah yang dimaksudkan Yesus di dalam bagian ketika Yesus memberkati anak-anak.

Tapi ilustrasi ini berkait dengan bagian selanjutnya, kisah ayat 15-17 berkait erat dengan ayat 18-27. Di dalam ayat 18 ada seorang pemimpin bertanya kepada Tuhan Yesus. “Guru yang baik, apakah yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”. Kalau cerita sebelumnya Yesus bertemu anak-anak kecil, sekarang Yesus bertemu pemimpin. Anak kecil dan pemimpin, lebih mulia pemimpin, lebih dihormati pemimpin. Jadi kalau ada pemimpin dan anak kecil, kita sudah tahu pemimpin itu yang mulia, anak kecil itu yang hina. Tapi cerita ini berkait, Yesus menyuruh pemimpin itu untuk jadi seperti anak kecil. Maka pemimpin ini datang dan bertanya “Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk beroleh hidup yang kekal?”. Kita sudah pelajari sebelumnya, hidup yang kekal itu berarti ketika Kerajaan itu datang, saya bisa masuk ke dalamnya, saya bisa dapat bagian ketika Tuhan memulihkan KerajaanNya, itu hidup yang kekal. Entah itu Kerajaan di sorga ketika kita mati kita bertemu Tuhan di sorga atau pun Kerajaan yang dipulihkan di bumi ketika Tuhan datang kembali. Jadi intinya bukan masuk sorganya tapi diterima oleh Tuhan, itu yang jadi pertanyaan orang ini, “apa yang harus aku perbuat untuk beroleh hidup yang kekal?” Jadi dia sedang bertanya bagaimana menunjukan identitas bahwa aku adalah orang yang diterima di dalam Kerajaan Allah, itu yang dia tanya. “Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal”. Lalu ayat 19, jawab Yesus “mengapa engkau katakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja”. Bagaimana mengerti ini? Peraturan etika di dunia Arab mirip dengan di dunia Yahudi, saya salam apa kamu balas yang sama. “Kiranya Tuhan memberkati engkau dengan limpah”, Saudara harus membalas “kiranya Tuhan memberkati engkau juga dengan berlimpah”, itu baru sama. Kalau saya mengatakan “kiranya Tuhan memberkati engkau dengan limpah”, lalu Saudara cuma “ya selamat siang”, saya akan tanya kepada Saudara “mengapa balasnya cuma seperti itu?”, “ya sudah, selamat siang”, “itu tidak boleh, karena aku bilang Tuhan akan memberkatimu, kamu harus balas dengan Tuhan akan memberkatiku juga”. Itu yang pertama, ucapan berkat harus dibalas dengan ucapan berkat. Yang kedua, ucapan salam dari orang golongan tinggi harus dijawab dengan penghargaan yang sama untuk orang itu. Ketika saya mengatakan “Pak Edhi yang mulia”, Pak Edhi harus menjawab “ya Pak Jimmy yang mulia”. Kalau saya cuma bilang “Pak Edhi yang mulia”, dan Pak Edhi hanya menjawab “iya, ada apa?”, itu dia tidak menghargai saya, karena ucapan penghargaan harus dijawab dengan ucapan penghargaan. Maka ketika orang Farisi mengatakan “Rabi yang baik”, Yesus harusnya menjawab “ya, rabi yang baik”, itu yang harusnya Dia lakukan. Tapi mengapa Dia menjawab lain? Dan Yesus bongkar motivasi orang ini. Oleh sebab itu Yesus runtuhkan kesombongan dia dengan mengatakan “mengapa bilang Aku baik? Tidak ada seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja”. Yesus tidak jawab salamnya dalam level yang sama. Ada satu artikel yang menulis tentang (kalau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia) sifat kasar Yesus dan teologi kasar Yesus. Dia selidiki latar belakangnya, kaitannya dengan orang Yahudi, Perjanjian Lama dan lain-lain. Salah satu sifat kasar Yesus di dalam Injil adalah Dia tidak pernah menjawab salam dengan level yang sama. “Rabi yang baik, apa yang harus aku lakukan untuk dapat hidup yang baik?”, Dia langsung jawab “kamu sudah tahu”, Dia tidak balas salam. Yesus punya kebiasaan tidak suka balas salam. Tapi jangan pikir ini boleh diteladani, Yesus ingin menekankan bahwa kesamaan level orang elit itu bukan suatu yang Dia suka. “Guru yang baik, kita ini golongan yang penting”, “tidak ada yang baik selain Allah”. Jadi Yesus ingin merendahkan orang ini, ingin membuat dia rendah hati dengan tidak menjawab salam dalam level yang sama. Kalau Saudara tidak mengerti ini, pasti akan ragu, “Yesus tidak baik? Yesus bukan Allah?”. Kalau Saudara tahu latar belakang, Saudara tahu Yesus sedang tidak bicara Kristologi di sini, Yesus tidak bicara etika Dia, Yesus tidak sedang membantah Dia baik. Tapi ketika orang mengatakan “Engkau Guru yang hebat, seperti saya”, Yesus mengatakan “kamu tidak hebat, jangan cari kehebatan dan pengakuan seperti itu”. Maka Dia mengatakan “tak ada yang baik selain dari Allah”, dan kalimat ini dikaitkan dengan tabut perjanjian yang masuk ke Yerusalem, atau inagurasi yang diadakan di Yerusalem. Waktu tabut perjanjian masuk, Daud mengatakan “bahwa hanya Tuhan yang baik, sebab Dia baik bahwasannya tak berkesudahan kasih setiaNya”. Waktu Bait Suci diinagurasikan, Salomo mengatakan hal yang sama “sebab Tuhan baik, bahwasannya untuk selama-lamanya kasih setiaNya”. Tuhan baik, dan Yesus tidak sedang bicara bahwa Dia bukan Allah, tapi Dia sedang membalas salam dengan meninggikan Tuhan, “salam hai Guru yang baik”, “salam, Tuhan yang baik”, itu yang Dia katakan.

Maka setelah itu Dia langsung menjawab dengan mengatakan “engkau sudah tahu perintahnya jangan berzinah, jangan mencuri, jangan membunuh, jangan mengucap saksi dusta, hormatilah ayah dan ibumu. Kamu sudah melakukan semuanya ini, kamu sudah kerjakan, inilah caranya”. Lalu orang itu mengatakan “saya sudah lakukan sejak masa mudaku”, orang ini adalah orang yang punya kemampuan menjalankan apa yang Tuhan perintahkan, sehingga dia punya keunggulan di dalam apa yang dia sudah lakukan, tapi dia ingin kepastian dari Tuhan, apakah menjalankan ini semua sudah cocok. Di dalam zaman dulu orang Yahudi ada dua golongan, golongan pertama adalah yang percaya bahwa orang yang diselamatkan adalah orang yang menaati Taurat. Sedangkan kelompok kedua percaya bahwa orang yang diselamatkan adalah orang yang rela berjihad demi Tuhan, yang rela perang bagi Tuhan. Siapa yang cuma tahu teologi, cuma tahu saleh, itu tidak bisa masuk Kerajaan Tuhan, yang mau perang itu yang bisa masuk. Maka orang ini sedang tanya Yesus versi yang mana, subversif atau konservatif. Yesus menjawab “kamu sudah tahu, lakukanlah Taurat”, “oh, berarti Engkau konservatif”. Tapi orang subversif mengatakan “untuk apa kamu taat, jalankan firman, akhirnya negara kamu diambil oleh Romawi, kamu tidak mau berperang melawan mereka? Apa gunanya hidup kalau dijajah oleh Romawi, mana sumbangsihmu untuk bangsa dan negara?”. Jadi orang ini bertanya “kalau saya sudah saleh secara spiritual sepertinya masih kurang, bagaimana relasi dengan pemberontakan, kerajaan, menaklukan Romawi dan lain-lain?”, tapi Yesus mengatakan “memang ada satu yang kurang”. Saudara kalau pernah dengar Pak Tong mengkotbahkan hal ini, Pak Tong mengatakan “pemuda itu mengeluarkan pena, kertas, dia mau catat”, lalu Tuhan Yesus mengatakan “jualah hartamu, bagikan kepada orang miskin maka engkau akan beroleh harta di sorga. Setelah itu kemarilah dan ikutlah Aku”, ini susah, jual harta dan kasi ke orang miskin. Saudara jangan jadikan ini syarat keselamatan, Tuhan tidak pernah mengatakan syarat keselamatan adalah jual harta dan kasi ke orang miskin. Karena kalau syarat keselamatan adalah jual harta dan kasi ke orang miskin, kasihan orang miskinnya yang dapat harta Saudara. Begitu dia dapat berarti dia tidak selamat, dia harus menjualnya lagi dan kasi ke orang miskin lagi. Dia kasi ke orang miskin lain, dan orang miskin yang lain itu juga kasihan. Akhirnya orang berlomba-lomba menjual, orang yang terakhir dapat harta ini yang kasihan. “Terus saya jual ke siapa? Semuanya tidak mau terima. kalau begitu semua masuk sorga, saya masuk neraka”, tentu bukan itu yang dimaksud. Yesus sedang menekankan satu hal yang sangat penting yaitu orang ini anggap dirinya bagus karena kaya. “Saya orang level tinggi karena ada uang. Sudah banyak uang, saleh lagi. Siapa yang seperti saya? Banyak orang kaya tapi sembarangan hidupnya. Saya kaya dan saleh. Banyak orang saleh tapi miskin. Saya sudah saleh, kaya lagi”, saya tidak tahu apakah dia tampan, anggap saja begitu. Dia kaya, saleh, tampan, tidak sembarangan dalam berpacaran, pokoknya segalanya, dia adalah golongan elit dari komunitasnya. “Tahu siapa saya? Saya orang saleh, yang kaya, yang jaga hidup baik-baik”. Tapi Yesus mengatakan “justru itu sumber kesombongamu. Dirimu anggap kamu ada di top level karena uang. Sekarang kalau tidak ada uang, apakah kamu masih menganggap dirimu berharga?”, ini yang Yesus mau tekankan. Yesus mengatakan anak kecil tidak mungkin ada di top level, karena mereka tidak penting. Yang anggap anak kecil penting adalah orang tuanya. Waktu Yesus mengatakan jadi seperti anak kecil, orang kaya ini punya problem uangnya membuat dia hebat. Dan Yesus mengatakan “tinggalkan uangmu”, “kalau tinggalkan uang berarti saya bukan siapa-siapa”, “tepat, waktu kamu jadi bukan siapa-siapa, ikutlah Aku”, itulah masuk dalam Kerajaan Sorga. Orang yang nobody, ikut Kristus, yang rela dianggap nobody, inilah Kekristenan. Maka Yesus sedang mengatakan anggaplah kamu bukan siapa-siapa, waktu kamu datang ke Kerajaan Tuhan, kamu akan penuh ucapan syukur. Mengapa saya yang bukan siapa-siapa bisa dipilih? Apa yang sudah kamu kerjakan? Tidak ada. Apa kehebatanmu? Tidak ada, saya tidak hebat, apa pun saya tidak punya, yang saya dapat semua dari Tuhan, semua cuma karena Tuhan mau kasi, saya tidak ada alasan untuk sombong. Mari kita kejar kemungkinan untuk merendahkan diri sebagai kemungkinan yang mulia sekali.

Karena itu Alkitab mengatakan orang kaya itu sangat sedih karena banyak harta dan dia tidak rela kehilangan itu. Dan Yesus memandang dia dan mengatakan “alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah, sebab lebih mudah seekor unta masuk ke lobang jarum dari pada seorang kaya masuk Kerajaan Allah”. Yesus mengucapkan ini sambil memandang dia pergi. Jadi dia sudah pergi dan Yesus menyesalkan, alangkah sukarnya, sulit sekali bagi orang kaya untuk merendahkan diri, menganggap dirinya kosong, sangat sulit. Karena segala aspek yang dimiliki orang kaya akan membuat orang cenderung menilai dia dalam posisi yang tinggi. Tapi bukan berarti tidak mungkin, karena Yesus mengatakan lebih mudah seekor unta masuk lobang jarum dari pada seorang kaya masuk Kerajaan Allah. Yang dengar itu semua shock. Apa artinya seekor unta masuk lobang jarum? Ini tidak ada yang bisa pastikan artinya apa. Jadi orang dulu kalau mengatakan hal yang tidak mungkin mengatakan seperti ini “lebih mudah unta masuk lobang jarum dari pada itu terjadi”, dan ini adalah sesuatu yang tidak mungkin. Saudara tunjukan lobang jarum dan unta, unta pun shock. Maka ini adalah satu ungkapan tidak kemungkinan, arti persisnya apa kita tidak tahu. Tapi ini menyatakan suatu hal yang tidak mungkin, tidak mungkin orang kaya masuk ke Kerajaan Tuhan. Lalu murid-murid tanya “siapa yang bisa diselamatkan?”, Yesus mengatakan “apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah”, merendahkan orang untuk mengerti anugerah itu mungkin bagi Tuhan. Sampai Saudara dapat pekerjaan, Tuhan yang merendahkan Saudara, Saudara akan sulit menghargai anugerah Tuhan. Kalau kita hidup bukan seperti anak kecil yang masuk Kerajaan Tuhan, orang yang rasa tidak layak menerima berkat, kita akan terus kecewa kepada Tuhan. Mengapa kecewa? Karena kita merasa berhak, orang penting berhak dihormati, orang penting berhak dapat fasilitas, orang penting berhak dapat ini dan itu. Maka dari awal dia sudah mengatakan tidak ada perasaan apa pun selain bersyukur kepada Tuhan. Apakah kita orang yang mudah bersyukur? “Tuhan, terima kasih untuk hidup hari ini, terima kasih untuk kemarin, terima kasih untuk suami saya, terima kasih untuk istri saya, terima kasih untuk anak saya, terima kasih untuk keluarga saya”. Atau kita orang sombong yang merasa Tuhan kurang hargai kita “Tuhan, tahu tidak siapa saya? Saya kerja lebih giat dari pada yang lain. Banyak orang cuma tahu kantor, saya sudah tahu kantor, tapi masih juga rapat di gereja. Terkadang pulang jam 1 malam, mana penghargaanMu untuk saya?”, Pak Elfan tidak mungkin bicara seperti ini. Karena Pak Elfan yang asli akan mengatakan “Tuhan, kok besar sekali berkatMu bagi saya”. Dan saya yakin bukan cuma Pak Elfan, kita semua harus merasa seperti itu “Tuhan, saya ini siapa, diberikan kepercayaan seperti ini, diberikan berkat seperti ini. Saya nobody, tapi di dalam Kerajaan Tuhan kok Tuhan memberkati saya?”, orang seperti ini bukan saja tidak akan pahit kepada Tuhan, orang seperti ini hidupnya limpah sekali karean ucapan syukur. Maka kalau ditanya mengapa orang Kristen sering bersukacita? Karena saya anak Tuhan, saya tidak boleh dapat apa-apa dari Tuhan, tapi kok Tuhan kasi. Inilah upah atau buah dari perendahan diri. Makin kita anggap diri bukan siapa-siapa, makin kita bertanggung jawab karena sadar diri bukan siapa-siapa dan harus bertanggung jawab, maka diri akan banyak ucpaan syukur, itu yang Yesus katakan, bagi manusia tidak mungkin, bagi Allah mungkin. Maksudnya adalah Allah akan rendahkan orang dan orang itu akan berbahagia di dalam Tuhan. Jadi jangan pikir orang kaya tidak masuk sorga, Yesus tidak bilang seperti itu. Yesus mengatakan ketika orang kaya rela merendahkan diri, rela menganggap dirinya nobody, waktu itu dia akan mengalami berkat Tuhan yang limpah.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)