Lukas 1: 39-56
Pada bagian ini kita akan memperlajari sifat yang agung dari Maria, yaitu betapa dia rela melihat pekerjaan Tuhan jadi dan betapa dia rindu melihat pekerjaan Tuhan dinyatakan. Waktu malaikat datang memberitakan kepada dia “engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak”, waktu itu Maria bingung “aku belum punya suami, bagaimana bisa punya anak?”, lalu malaikat itu mengatakan “kuasa Roh Kudus akan turun atasmu, kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau dan engkau akan melahirkan seorang anak laki-laki, engkau akan menamai Dia Yesus. Dia akan menjadi Anak Allah yang Mahatinggi, Dia akan meneruskan tahta Daud, bapaNya”. Ini semua diberitakan oleh malaikat sebagai berita yang agung, tetapi implikasinya dalam kehidupan Maria sangat berat. Setiap hari dia bisa mendapat kesalah-pengertian dari orang. Dan dia memohon supaya orang-orang diperbaiki pengertiannya, supaya Tuhan sendiri yang membela dia. Tuhan tidak menjawab, Tuhan tidak mengutus malaikat, lalu memberitahukan ke semua orang bahwa bayi di kandungan Maria adalah dari Tuhan. Dia harus tanggung ini, dia harus jalani ini, dia harus mendapatkan kehinaan yang besar dan mungkin resiko diusir bahkan resiko dihukum oleh orang-orang sekitar. Tapi dengan rela Maria mengatakan “kalau Tuhan mau bekerja, kalau itu harga yang harus dibayar untuk melihat pekerjaan Tuhan, jadilah itu”. Inilah hal pertama yang bisa kita lihat, kita rindu pekerjaan Tuhan bisa terjadi, tapi harga apa yang siap kita bayar. Pak Tong pernah mengatakan “kamu mengeluarkan pendapat, kamu harus siap bayar” you say you pay. Ada orang yang mengatakan “I say I pray, not pay yet”, “saya mau beri pendapat, saya mau doa dulu”, Pak Tong mengatakan “sudah, kalau begitu say, pray dan pay, yang pay tidak boleh lupa”. Siapa yang rindu pekerjaan Tuhan jadi, kerinduannya akan ditujukan dengan berapa besar dia rela dipakai. Ini prinsip yang terus diajarkan kepada murid-murid “engkau lihat ladang yang sudah menguning ini, engkau lihat banyak sekali tuaian, engkau lihat penuai sangat diperlukan, kalau begitu doa kepada tuan yang empunya tuaian, minta kirim penuai”. Tapi sambil doa sambil minta kirim, sambil sendiri mengatakan “ini aku, pakailah aku”. Yesaya ketika melihat kemuliaan Tuhan, dia mengatakan “ini aku Tuhan, pakailah aku”. Tapi kalau kita “Tuhan, ini saya, pakai teman-temanku sebelah kanan kiri, depan belakang, pakai mereka, saya sibuk”. Kalau kita terlalu sibuk, kita belum punya kerinduan untuk melihat pekerjaan Tuhan jadi, kalau kita cuma sebatas merasa terbeban tapi tidak ada terjun sama sekali, kita belum punya kerinduan untuk melihat pekerjaan Tuhan jadi. Maria mengatakan “jadilah pekerjaan Tuhan, pakailah aku”, mungkin kamu akan disalah mengerti “pakai aku”, mungkin kamu akan dianggap pezinah “pakai aku”, mungkin kamu dianggap pendosa, diusir dari tempatmu “pakai aku”. Ini kalimat “pakai aku” adalah kalimat yang agung sekali.
Satu kali ada seorang pemuda, waktu dia bicara dengan papanya, papanya selalu tunjukkan peta dan tunjukkan daerah Tiongkok kepada anak muda ini. Anak muda ini namanya Robert Morisson, tiap kali dia mendengar papanya mengatakan “ini daerah harus kamu doakan”, lalu dia mulai lihat daerah itu dan cinta daerah itu karena melihat petanya. Dia mulai doakan dan gumulkan kapan dia boleh pergi, dia mulai belajar bahasa yang diperlukan, dia mulai belajar adat istiadat, dia mulai belajar mendapatkan semua kekuatan untuk menjangkau orang-orang di Tiongkok. Lalu ketika saatnya tiba, dia berdoa “Tuhan, saya sudah siapkan smeua, saya sudah menggali potensi diriku, saya sudah melatih diriku, ini saya Tuhan, pakai saya, utus saya untuk menginjili mereka”. Ini adalah beban berat, tetapi sekaligus disertai dengan perkataan “saya juga mau dipakai”, mari kita belajar seperti ini. Saudara mengatakan kepada Tuhan “Tuhan, pekerjaanMu harus jadi”, lalu engkau di mana? “di sini saya, Tuhan, saya siap, pakailah saya”. Doa seperti inilah yang diajarkan oleh Alkitab. Mari kita berdoa sambil siap bayar harga, mari kita rela menjadi orang Kristen sambil siap pikul salib. Ada pendeta mengatakan sekarang orang Kristen maunya pikul salib yang gampang, salibnya ukurannya diperkecil, kemudian diberi rantai dan dipakai di leher. Pikul salib ganti dengan kalung salib. Ini tidak berarti tidak boleh pakai kalung salinb, tidak apa-apa, sambil pakai kalung salib sambil pikul salib, itu tidak apa-apa. Tapi kalau mengatakan “Tuhan, saya sudah pikul salib, salib yang ini” Tuhan mengatakan “terlalu kecil, ganti dengan yang besar”. Yesus mengatakan “siapa yang mau ikut Aku, dia harus menyangkal diri dan pikul salib”. Ini kalimat yang sering kali kita anggap sebagai satu kesulitan menjadi orang Kristen. Karena meskipun secara teori kita aminkan, terkadang kita tidak mau hidup dengan menyangkal diri, kita ingin hidup dengan menikmati apa yang kita mau. Kapan kita boleh menikmati apa yang kita mau? Kapan kita boleh menikmati hidup sesuai dengan cara kita? Kapan aku boleh bersenang-senang? Jawaban dari Tuhan adalah “engkau akan masuk dalam sukacitaNya Tuhan”. Jonathan Edwards mengatakan “kenikmatan paling agung adalah waktu melayani Tuhan”. Jadi sebenarnya kita bukan bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian, kita bersakit-sakit dan secara paradoks sekaligus bersenang-senang waktu melayani Tuhan.
Pikul salib itu berat sekaligus mulia, pikul salib itu berat sekaligus penuh dengan kelegaan. Karena Tuhan Yesus mengatakan “ikut Aku, belajar dari Aku, datang kepadaKu hai kamu yang letih lesu dan berbeban berat”, ini kata Tuhan. Yang letih lesu dan berbeban berat datang kepada Yesus, lalu setelah datang kepada Yesus mendapatkan kuk, suruh pikul salib. Mengapa bebannya malah ditambah? Tuhan tidak menambah beban, Tuhan ganti bebanmu. Bebanmu yang tidak perlu, Tuhan ambil, Tuhan beri yang perlu. Tuhan mengatakan jangan pikul yang berat, tapi pikul yang enak dan ringan. Tapi apakah betul enak dan ringan? Kita tanya kepada Tuhan Yesus “apakah bebanMu enak dan ringan?”, “bebanKu adalah enak dan ringan. Aku tinggal jalan ke Golgota dan mati”. Bukankah itu berat? Itu ringan, karena sedang menjalankan pekerjaan Tuhan. Yesus Kristus meskipun banyak penderitaan, tapi Dia jalan dengan langkah yang mantap. Inilah yang Tuhan katakan bebanKu sepertinya memang begitu sulit, sepertinya begitu banyak, sepertinya begitu berat, tapi Tuhan sudah janjikan kalau tukar dengan beban dari Tuhan, ini beban yang akan membuat engkau mengalami kelimpahan di dalam Tuhan. Itu sebabnya banyak orang melayani Tuhan begitu berat, melayani Tuhan begitu capek, tetapi tetap sukacita bisa terus terpancar dari wajahnya. Maka Maria mempunyai iman seperti ini, dia mau mengerjakan pekerjaan Tuhan, “pakai saya Tuhan”, tapi nanti berat, harus pikul salib, nanti akan dianggap apa oleh orang? “Silahkan jadi apa yang Tuhan mau dari diri saya”. Dia sudah siap “pakai saya, supaya pekerjaan Tuhan jadi. Saya bukan siapa-siapa, tapi kalau Tuhan mau pakai saya, silahkan pakai”. Maka Maria mempersembahkan dirinya. Dia bisa apa? Dia mungkin tidak bisa apa-apa, tapi dia mengatakan “kalau Tuhan mau pakai rahimku untuk melahirkan Sang Penebus, Tuhan pakai saja”. Sebab Tuhan rela lahir didunia, itu adalah satu mujizat dan satu kemuliaan yang sangat besar. Tapi Maria juga mengerti bahwa pekerjaan Tuhan tidak harus selalu dikerjakan lewat dia. Ini hal kedua yang harus kita pelajari, Maria mengerti bahwa pekerjaan Tuhan tidak hanya lewat dia. Maka setelah malaikat mengatakan “engkau akan mengandung, melahirkan seorang anak”, Maria mengatakan “tidak mungkin, saya belum menikah”, malaikat mengatakan “tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, sebab sepupumu, saudaramu yaitu Elizabet, sekarang sudah tua dan sekarang dia sedang mengandung”. Setelah malaikat mengatakan itu, Alkitab mengatakan Maria berjalan dari daerah Nazaret terus ke daerah dekat Yerusalem, ini perjalanan jauh melewati gunung dan bukit. Mengapa dia berjalan jauh? Bagi orang muda, bagi seorang perempuan yang belum 20 tahun untuk pergi jauh, ini sangat bahaya. Orang zaman dulu kalau pergi mesti bersama suaminya atau dengan keluarganya, tapi di sini tidak dicatat Maria pergi dengan siapa, mungkin dia pergi jalan kaki sendiri. Mengapa dia berjalan kaki sendiri? Dia mau melihat pekerjaan Tuhan di dalam diri Elizabet. Dia tidak fokus pada diri “yang penting aku, Tuhan sudah kerjakan apa kepada diriku”, dia terus melihat “Tuhan mau kerjakan apa di tempat aku ingin lihat”. Ingin melihat Tuhan bekerja, ini adalah sifat kedua yang harus kita pelajari. Ingin supaya Tuhan menyatakan pekerjaanNya, ingin menjadi saksi. Bolehkah aku menjadi saksi Tuhan bekerja? Mungkin bukan aku yang dipakai, tapi aku ingin lihat sendiri Tuhan bekerja menyatakan diriNya kepada dunia ini.
Maka Maria berjalan dari daerah utara, Israel, terus ke daerah selatan hanya untuk bertemu Elizabet, tunggu Elizabet sampai kandungannya cukup waktu lalu melahirkan anak, cuma ingin lihat anaknya lahir. Begitu bayinya lahir, Maria pulang lagi. Keuntungan apa yang Maria dapatkan? Apakah dia sekalian ekspansi bisnis ke daerah dekat Yerusalem? Tidak, cuma lihat bayi lahir lalu pulang. Ini kegiatan yang makan waktu banyak, makan energi banyak, tapi efeknya secara finansial secara keuntungan tidak ada. Tapi Maria mengatakan “aku ingin lihat Tuhan bekerja melahirkan anak bagi Elizabet, ini sangat penting, aku ingin lihat”. Di dalam sejarah kita temukan orang yang rela bayar harga untuk sesuatu kebanyakan dari mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Kalau cuma kebanyakan cita-cita, tapi tidak pernah bayar harga untuk cita-cita itu, percuma. Ada pepatah mengatakan, kalau tidak salah Bung Karno yang mengatakan, “gantungkan cita-citamu setinggi langit”, setelah digantung apa? Banting diri untuk ambil, loncat dan jatuh beberapa kali sampai dapat. Pak Tong pernah bilang “Yohanes Sebastian Bach mengapa besar? Karena dia waktu umur 20 pernah jalan kaki 250 km hanya untuk dengar seorang bernama Buxtehude main organ. Kalau kita maunya kemana-mana naik taksi, diantar jemput, mau yang paling nyaman, makanya kita tidak pernah dapat apa yang kita mau. Kalau ingin pekerjaan Tuhan jadi, harga apa yang mau kita bayar? Maria rela jalan jauh hanya untuk menyaksikan Tuhan sedang bekerja. Dan yang dia saksikan bukan pekerjaan Tuhan lewat dia melainkan lewat Elizabet. Kita harus lihat Tuhan bekerja, lalu kita ingin berada di tempat di mana Tuhan sedang bekerja, inilah kerinduan yang harus kita punya. Saudara menyaksikan di mana Tuhan ada, kadang-kadang gereja mengadakan kebaktian secara rutin terus tanpa sadar apakah Tuhan sedang bekerja di tempat ini atau tidak. Maka kalau Saudara mau melakukan apa pun dalam hidup, Saudara harus tanya apakah saya ada di dalam pekerjaan Tuhan? Apakah Tuhan sedang mengerjakan sesuatu lalu saya berbagian? Kasihan sekali kalau tidak. Sayang sekali kalau kita menjadi seperti orang-orang di Betlehem, semua sibuk tidur, lalu Yesus sudah lahir. Nanti di sorga waktu Yesus sudah lahir, mereka tahu mereka tidak berbagian di dalam apa yang Tuhan sudah kerjakan, ini pun kalau mereka masuk ke sorga.
Maka Maria waktu mendengar “Elizabet akan mengandung”, dia mengatakan “saya harus lihat”, lalu dia pergi lihat. Setelah lihat bayi itu dilahirkan, barulah dia merasa ada suatu kepuasan melihat Tuhan bekerja. Tetapi ketika dia baru datang, dikatakan “salam hai Elizabet”, Elizabet langsung melihat dia, kemudian mengatakan “salam untuk kamu”. Di dalam ayat 42 dikatakan “diberkatilah engkau di antara semua perempuan. Diberkatilah buah rahimmu. Sebab siapakah aku sehingga ibu Tuhanku mengunjungi aku. Sesungguhnya ketika sampai salammu, anak dalam kandunganku melonjak kegirangan. Berbahagialah dia yang percaya sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana”. Ini pasti membuat Maria kaget, Maria datang dengan persiapan untuk menghormati Elizabet yang jauh lebih tua, yang sekarang sedang mengandung. Tapi Elizabet balik menghormati dia. Maria adalah orang yang tetap merasa dirinya rendah, tetap merasa dirinya kecil, tetap merasa dirinya bukan siapa-siapa. Ini bisa kita lihat dari puji-pujiannya di ayat 46 dan selanjutnya. Dia terus merasa “aku orang kecil yang Tuhan mau pakai”. Maka ketika Elizabet mengatakan kalimat begitu penting, dia heran, “mengapa aku dihormati dengan penghormatan yang demikian besar?”. Lalu Alkitab mengatakan bayi di dalam kandungan Elizabet yaitu Yohanes Pembaptis langsung melonjak kegirangan waktu mendengar suara Maria. Bayi ini melonjak karena dia dipenuhi oleh Roh Kudus. Orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus sangat mudah mengagumi Kristus. Apa pun yang berkaitan dengan Kristus akan membuat orang yang dipenuhi Roh Kudus penuh dengan perasaan penuh dengan kelimpahan. Kita mengaku dipenuhi oleh Roh Kudus, tapi apa pun tentang Kristus bikin kita tetap bosan, ini tidak mungkin dari Roh Kudus. Roh Kudus meninggikan Kristus. Orang yang dipenuhi Roh Kudus, rindu dengar tentang Tuhan Yesus. Apa pun yang berkait dengan Kristus membuat dia merasa penuh dengan kelimpahan. Saudara kalau mencintai seseorang, lalu sudah lama terpisah dari orang itu sampai berapa lama, Saudara akan muncul rindu atau ucapan syukur? Waktu berpisah ingin bertemu, ini relasi yang baik. Waktu berpisah dengan Kristus, ingin bertemu “Tuhan, kapan bisa bertemu dengan Tuhan langsung? Kapan bisa bertemu dengan Engkau?”, in ikerinduan akibat Roh Kudus, bukan kita. Karena hanya Roh Kudus yang memampukan kita melihat kemuliaan Kristus yang sengaja disembunyikan dari dunia.
Waktu Yesus datang ke dunia, Dia tidak menunjukkan kemuliaan dengan cara yang terlihat, Dia pilih perempuan sederhana seperti Maria. Lalu dia lahir sebagai bayi yang kecil, tidak ada tanda apa pun bahwa Dia adalah yang Ilahi. Saudara waktu lihat Dia, sama seperti bayi lain. Waktu lihat dia besar, Saudara akan mengatakan “ini kan anak tukang kayu”. Waktu Dia memanggil murid-murid, mungkin kita sama dengan Orang Farisi, mengatakan “Kamu orang rendah, cuma menarik pelayan bodoh. Semua orang pendidikan tidak menyukai Kamu, semua orang bodoh ikut Kamu. Maka sebenarnya Kamu adalah orang rendah”. Kita akan melihat Dia sebagai orang yang rendah. Waktu kita melihat Dia dihakimi, mungkin kita akan mengatakan “hukum Dia, karena Dia memang diriNya Anak Allah, padahal diriNya hanyalah manusia biasa”. Waktu Dia disiksa, mungkin kita mengatakan “Kamu mendapatkan apa yang pantas Kamu dapatkan”. Mungkin waktu Dia di kayu salib, kita sama-sama berkata seperti orang lain “turun dari salib, baru kami percaya. Kalau tidak, kami sudah tahu Engkau hanyalah pemberontak yang layak dihakimi”. Dunia lihat Yesus tidak lihat kemuliaan, dunia melihat Yesus tapi tidak melihat hal yang menyatakan kemuliaan sorgawi. Tetapi justru Tuhan datang seperti cara ini, supaya orang dengan iman melihat kemuliaan Kristus, mereka ini lah yang akan diselamatkan. Maka Yesus datang dengan menyembunyikan kemuliaanNya, menjadi hina. Hidup dengan cara yang hina. Itu sebabnya Kristus mempunyai fokus dan perhatian yang besar untuk orang hina. Ini kita sulit mengerti, tapi dalam Injil Sinoptik Yesus banyak terus memanggil orang berdosa, banyak memanggil orang cemar, banyak memanggil orang yang dianggap rendah oleh dunia ini. Ini sesuatu yang kita tidak bisa lakukan. Dan kalau kita ingin menjadi pengikut Kristus yang sejati, kita harus ubah cara pikir kita memandang sama dengan cara Kristus memandang. Ini prinsipnya, Paulus mengatakan orang penting harus dijangkau, orang pintar jarus dijangkau, yang bodoh pun juga harus. Mengapa kita harus jangkau orang pintar? Karena orang pintar harus jadi hambanya orang bodoh. Orang pintar dijangkau supaya dia melayani orang bodoh. Supaya yang bodoh tidak bodoh terus. Maka orang yang rohani dijangkau untuk menjangkau orang yang tidak rohani. Orang yang rohani cuma mau kumpul dengan sesamanya sendiri, ini bukan rohani.
yang kalau cuma mau nyaman sendiri, tidak pernah menjangkau, tidak pernah mengekspose diri untuk terlibat dalam dunia, itu bukan Kristen. Yesus tidak terus tinggal di sorga, Yesus tidak membuat komunitas sorgawi dengan para malaikat, bersekutu dengan Gabriel, Mikael dan Allah Tritunggal. Dia datang bertemu pelacur, Dia datang bertemu pemungut cukai, Dia datang bertemu dengan orang kerasukan setan kemudian Yesus sembuhkan. Ini Kristus yang dikenal oleh Injil Sinoptik, ini Kristus yang dikenal oleh gereja mula-mula. Mereka tahu Yesus sangat memperhatikan orang hina, karena Dia sendiri pernah jadi hina. Dia sendiri adalah objek hinaan dunia ini. Kalau Saudara pernah mengalami sesuatu, Saudara akan mudah berbelas-kasihan kepada orang yang sama. Orang yang pernah lapar gampang kasihan kepada orang yang lapar, orang yang pernah mengalami keluarga hancur gampang kasihan kepada orang yang mengalami keluarga hancur. Orang yang pernah kehilangan orang yang dikasihi gampang sekali untuk akrab dan memahami orang yang kehilangan. Itu sebabnya Kristus sangat mau menjangkau orang hina, karena Dia pernah jadi objek hinaan dunia ini. Dia Allah yang paling mulia tapi rela diludahi. Itu sebabnya Dia mengerti kalau ada orang-orang yang, waktu orang lain lihat mau ludahi wajahnya, ketika dunia ingin meludahi wakah orang itu, Yesus mengulurkan tangan mengatakan “maukah engkau mengikut Aku?”, ini adalah keagungan dari Kristus. Maka kalau kita mau melayani, harus mempunyai ciri seperti Kristus, jangan gampang geli sama orang, jangan gampang memberikan label apa pun kepada orang lalu hindari. Pak Tong pernah bilang kalau kamu mau menginjili, cari orang yang paling kamu benci, injili dia, baru kamu jadi penginjil sejati. Orang bilang “mau pergi ke Afrika, mau pergi ke Amerika, karena orang Indonesia musuhku semua” ini namanya lari dari musuh. Maka Pak Tong mengatakan “coba belajar pengampunan dulu, injili orang yang kamu benci, lalu dia menjadi murid Tuhan, baru kamu menjadi penginjil yang sejati”. Maka kita mau jangkau orang yang dunia ini tidak mau lihat, tapi ini yang Kristus nyatakan. Maka waktu Roh Kudus menggerakkan orang melihat kemuliaan Kristus, Roh Kudus juga akan menggerakkan orang untuk melihat pekerjaan Tuhan yang mulia yang mau menjangkau orang-orang yang tidak layak untuk datang kepada Tuhan. Saya tidak lupa pelayanan penginjilan kepada orang-orang yang benar-benar sudah ditinggalkan, kami lakukan terlalu kecil, tapi ada orang-orang yang terjun lalu setiap hari ketemu orang-orang ini. Di Malang ada seorang jemaat yang menjadi pembina rohani untuk satu panti cacat mental dan panti ini pun sangat kasihan, setiap sumbangan datang dipotong sebagian untuk pengelolanya, dipotong sebagian untuk pengurus, dipotong sebagian untuk pemilik. Lalu yang masuk bantuang beneran itu sangat kecil, orang-orang yang menjadi pekerja di situ digaji kecil sekali. Kadang-kadang gaji lupa dibayar. Jadi ini adalah pelayanan yang sangat-sangat perlu kesabaran, tetapi Tuhan mengijinkan kita harus belajar melihat siapa yang hina, dia adalah objek kasih Kristus yang justru utama.
Saudara punya kelebihan dan bakat apa, Saudara menjadi pelayan bagi orang yang kurang berbakat. Saudara rohani agung, Saudara menjadi hamba bagi yang brengsek, bagi yang jahat, bagi yang rusak, bagi yang tidak peduli kepada Tuhan. Saudara menjadi orang kaya, Saudara harus menjadi hamba bagi orang yang tidak punya. Saudara menjadi orang pintar, Saudara harus jadi hamba orang-orang bodoh membawa mereka mengerti kebenaran. Inilah prinsip Kekristenan yang sejati, dan hanya ketika Roh Kudus menggerakkan kita baru kita bisa melihat apa yang Kristus lihat, baru kita bisa melihat kemuliaan pekerjaan Tuhan. Tuhan kerja di mana? Kita mau di situ. Lalu kita mengatakn “Tuhan, aku sudah kerjakan pekerjaanMu, aku sudah melakukan banyak hal bagiMu”, lalu Tuhan Yesus akan tanya “waktu Aku dipenjara, engkau di mana? Waktu Aku lapar, engkau ada di mana? Waktu Aku haus, engkau ada di mana? Waktu Aku telanjang, engkau ada di mana?”. Mengapa Tuhan Yesus kembali memberikan kita fokus balik lagi ke orang-orang seperti itu? Saya sangat bersyukur di tempat ini ada pelayanan rutin ke penjara, nanti kapan-kapan kita atur waktu yang suka pelayanan itu harus sharing bagaimana pelayanan menjangkau orang-orang seperti ini di penjara. Saudara bertemu orang-orang seperti ini, lihat pun tidak mau, lihat tipe seperti ini langsung pegang dompet. Tapi mereka datang, mengatakan “Yesus memperhatikanmu, Yesus mengasihimu. Karena begitu besarnya cintaNya kepadamu, maka Yesus mengutus saya untuk melayani engkau”. Jadi kita adalah pelayan bagi mereka yang hina, sama seperti Kristus rela menjadi hina untuk melayani kita. Kiranya kita boleh belajar ketika melihat pekerjaan Tuhan yang agung, kita boleh belajar menerapkannya kepada orang-orang yang hina tetapi yang dikasihi oleh Tuhan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)