(Lukas 8: 16-21)
Kita memulai dari ayat 16 untuk kembali membahas apa yang perlu untuk kita mempunyai cara mendengar yang benar lalu kita melanjutkan ayat 19-21. Di dalam ayat 18 dikatakan “perhatikan cara kamu mendengar”, di ayat 21 dikatakan “ibuKu dan saudara-saudaraKu ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan melakukannya”. Kaitan antara mendengar dan melakukan adalah kaitan yang sangat erat diulang oleh Lukas. Lukas terus mengingatkan pembacanya bahwa orang yang dengar tapi tidak melakukan, itu bukan umat yang sejati. Satu sisi yang pertama, Saudara mesti jalankan apa yang Saudara dengar. Tapi hal lain yang diajarkan juga dalam bagian ini adalah Saudara mesti dengar dengan benar. Mendengar dengan benar memastikan Saudara menjalankan yang tepat. Menjalankan yang tepat membuat Saudara mempunyai perubahan ke dalam. Itu sebabnya bagian ini selain menjelaskan kita mesti kerjakan apa yang kita dengar, juga memberikan pengajaran bagaimana kita mesti mendengar supaya kita mendapatkan pengertian yang benar. Di dalam ayat 16 dikatakan tidak ada orang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan. Ini berbeda dengan apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam Matius 5, di khotbah di bukit. Di khotbah di bukit, Matius 5-7 itu adalah perintah Tuhan kepada orang Kristen untuk menjalankan apa yang Tuhan mau. Maka dikatakan engkau adalah pelita, engkau adalah terang, terang tidak boleh ditaruh di bawah tempat tidur, terang harus ditaruh di kaki dian, di tempatnya, supaya terangnya menyinari seluruh ruangan. Ini bicara tentang orang Kristen, orang Kristen harus jadi terang. Tapi dalam Lukas 8, yang dimaksud dengan pelita adalah Tuhan Yesus. Ini dimaksudkan bahwa Tuhan Yesus akan ditaruh di tempatNya yang mulia dan seluruh dunia akan melihat Dia. Tapi sebelum Dia ditaruh di tempat yang mulia, Dia ditaruh seperti di bawah tempat tidur, seperti di tempat yang tersembunyi, sehingga tidak banyak orang yang mengerti siapa Yesus, tidak banyak orang yang tahu siapa Yesus. Tapi dikatakan “yang mempunyai telinga untuk mendengar biarlah dia mendengar, sebab tidak ada rahasia yang tidak akan dinyatakan, tidak ada kebenaran yang tidak akan dibuka, tidak ada yang tersebunyi yang tidak akan dipamerkan”. Maka di sini sedang memberitahukan pada waktunya nanti Kristus akan dinyatakan ke seluruh dunia. KemuliaanNya akan dinyatakan ke seluruh alam, dan waktu kemuliaan Kristus dinyatakan, berbahagialah engkau yang waktu kemuliaan itu masih tersembunyi sudah percaya, berbahagialah engkau yang waktu kemuliaan itu belum terlihat sudah tahu, sudah mengerti berdasarkan apa yang Tuhan nyatakan. Orang Kristen sudah puluhan tahun menjadi Kristen, tetap tidak mengerti siapa Yesus. Dari kecil sudah menyanyi “How I Love Jesus”, tapi sudah besar tetap tidak mengerti bagaimana hidup dalam iman kepada Kristus. Itu sebabnya hari ini saya membahas 6 poin tentang bagaimana mengenal Kristus dengan benar.
Poin yang pertama, Saudara mesti punya kesadaran dalam hati dan pikiran bahwa Saudara perlu berdamai dengan Allah. Tanpa sadar saya perlu damai dengan Allah, saya apasti salah memahami tentang Yesus. Mengapa orang liberal mengatakan Yesus hanyalah guru moral yang besar? Karena mereka tidak rasa mereka perlu damai dengan Allah. Waktu manusia menyadari perlu damai dengan Allah, dia merasa perlu diperdamaikan, dia akan menyadari dia perlu Juruselamat, dia akan menyadari dia perlu Yesus yang mengklaim diri sebagai satu-satunya yang akan membawa manusia kembali kepada Tuhan. Banyak orang ketika berbicara tentang Tuhan, bicara tanpa rasa takut dan hormat sama sekali. Yohanes Calvin dalam buku Istitutio mengatakan waktu kita berdebat tentang apakah Allah, kita masuk dalam teori kosong yang tidak berguna. Tapi waktu kita berbicara tentang Tuhan dengan perasaan hormat, sopan, takut, gentar, maka kita akan menjadi orang yang memahami siapa Tuhan dengan pengenalan yang benar. Ketika ingin mengenal seseorang, Saudara tidak bisa mengenalnya tanpa memberikan respect yang perlu. Saya yakin kalau kita sudah mengenal Tuhan dengan benar, tidak mungkin mulut kita sembarangan mencela Dia. Banyak orang Kristen terlalu berani mencela Tuhan, “Tuhan, kalau Engkau ada, buktikan Engkau ada”, sembarangan ngomong begini. Kalau Dia ada dan benar-benar ada, engkau hatus tutup mulut. Maka biarlah kita datang kepada Tuhan dengan penghormatan yang seharusnya. Sebab orang menghormati orang yang layak dihormati, Saudara orang terhormat, tapi kalau Saudara memberikan hal yang sepele ke orang yang layak hormati, Saudara menunjukan diri sebagai orang yang karakternya rendah sekali. Itu sebabnya kita hanya mungkin mengenal Yesus, kalau kita mengetahui ada Allah yang berkuasa, yang topang hidup kita, yang memberikan keberadaan kita dengan penciptaanNya dan yang sekarang mau memberikan anugerah keselamatan. Ini membuat kita lebih menghormati. Maka perasaan hormat dan kagum kita berikan kepada Tuhan dan kita sadar yang sedang memberikan marahNya dan permusuhanNya dan hukuman saya adalah Allah yang mencipta dan menopang hidup saya. Ini hal pertama yang harus kita miliki, sadar perlu diperdamaikan dengan Allah. Orang Israel gagal mengenal Yesus karena poin ini tidak ada. Mereka tidak sadar mereka perlu dipertobatkan. Kita punya Kristus, Alkitab mengatakan memandang kepada Kristus, engkau mendapatkan kepenuhan pengampunan, karena waktu kita memandang kepada Kristus, kita memandang dalam satu pribadi, Allah dan manusia bergabung tanpa bisa dipisah, tanpa bercampur dan tanpa berakhir kesatuanNya. Maka sampai selama-lamanya kita berdamai dengan Allah karena sampai selama-lamanya natur manusia dan natur Ilahi menjadi satu di dalam Kristus. Maka kita perlu pengantara dan pengantara satu-satunya yang mungkin adalah Kristus. Kristuslah pengantara yang mungkin, dengan demikian tidak ada kemungkinan kita dapat mengenal Kristus kecuali kita mengetahui “saya perlu damai dengan Allah”, itu hal pertama. Lalu hal kedua “saya perlu pengantara”.
Lalu hal ketiga, Saudara bisa mengenal Kristus dengan tepat kalau Saudara tahu Saudara perlu damai dengan Allah, Saudara perlu pengantara dan yang ketiga Saudara perlu Raja di atas segala raja untuk memerintah. Ini pengharapan ideal dari banyak orang-orang di zaman kuno. Jadi dari dulu orang-orang sudah berpikir kapan ada pemerintahan yang baik, kapan ada raja yang baik. Seorang bernama Plato mengatakan negara kota baru bisa baik kalau ada orang pemikir yang punya hati dan kerelaan untuk menjadi bijak, barulah kalau dia menjadi pemimpin kota itu menjadi baik. Tapi tragisnya yang punya kuasa tidak punya hikmat, yang punya hikmat tidak punya kuasa, maka negara kota selalu menjadi ambruk dan rusak. Jadi dari dulu orang sudah mengharapkan “adakah pemimpin yang baik”. Pemimpin yang baik itu dilihat dari apakah keadilan dan kebenaran dijalankan. Orang yang adil dan benar menjalankan keadilan dan kebenaran itu akan membuat dia menjadi pemimpin yang baik. Saudara jangan lihat pemimpin dari karismanya yang benar. Salah satu orang yang punya karisma besar itu namanya Adolf Hitler, tapi dia sama sekali bukan pemimpin yang baik. Siapa punya keadilan dan kebenaran, itu akan menjadi pemimpin baik. Itu sebabnya waktu kita melihat di dunia ini, kita melihat Tuhan ijinkan ada pemimpin-pemimpin yang baik muncul tapi mereka hanyalah percikan bayangan singkat dari Raja sejati yang akan datang nanti. Maka waktu lihat pemimpin yang baik, Saudara mengatakan “puji Tuhan dapat kesempatan untuk melihat cerminan dari pemimpin sejati yang akan datang nanti yaitu Kristus”. Dalam sejarah Alkitab ada orang namanya Nebukadnezar yang Tuhan contohkan menjadi pemimpin yang baik, meskipun pemimpin kafir, tapi Tuhan ijinkan dia menjadi contoh. Awalnya Nebukadnezar begitu jahat, kejam dan tidak peduli kebenaran. Tapi waktu bertemu Sadrakh, Mesakh, Abednego dan Daniel, pelan-pelan dia berubah. Dan saya yakin orang kalau bertemu dengan orang bisa baca mimpi tidak mungkin tidak berubah. Kalau Nebukadnezar tidak berubah, keterlaluan, maka dia mulai berubah tapi hantaman paling besar adalah ketika dia mulai sombong. Waktu dia berdiri di atas istananya, kemudian dia lihat Babel yang besar, langsung mengatakan “bukankah tanganku yang membuat Babel sebesar ini”. Waktu dia selesai ngomong itu, Tuhan hantam dari atas, langsung jadi gila, mirip sapi, telanjang, pergi makan rumput dan membiarkan embun membasahi tubuhnya. Waktu akhirnya sembuh, dia sadar selama beberapa lama ini dia hidup seperti sapi, dia telanjang, makan rumput, dia biarkan kukunya panjang-panjang, rambutnya panjang, baru dia sadar “saya sudah melawan Tuhan, Tuhan hantam saya”. Akhirnya dia tulis surat yang termasuk dalam Kitab Daniel “terpujilah Tuhannya Daniel sebab Dialah yang akan memimpin dan Dialah yang akan hancurkan pemimpin”. Jadi Nebukadnezar dari raja yang kejam menjadi raja yang baik dan dia menjadi contoh bijaksana. Setelah dia ada orang bernama Koresh menurut Kitab Yesaya, yang Tuhan juga pakai, raja Persia yang punya bijaksana, punya kebajikan yang bisa ditiru. Dalam zaman demi zaman kita bisa lihat pemimpin bagus seperti ini, kita bersyukur kita punya pemimpin yang mempunyai langkah meskipun tidak langsung kelihatan, tapi setidaknya dia mempertahankan apa yang pantas mesti diperjuangkan, apa yang baik mesti jadi. Tapi ini semua adalah cerminan bahwa kita perlu Raja di atas segala raja untuk tangani semua. Kita perlu Yesus untuk datang menyatakan kuasa, kebenaran dan keadilan sehingga masyarakat bisa hidup dalam keadaan yang tenteram. Ini yang harus kita pahami, Yesus adalah raja di atas segala raja. Tetapi sekarang gereja sudah kehilangan hormat kepada Yesus. Kalau Dia mau merendahkan diri, maka itu harusnya membuat kita semakin hormat kepada Dia. Bukan setelah Dia merendahkan diri, dengan sembarangan kita merendahkan Dia.
Lalu hal keempat untuk memahami Kristus dengan benar, kita menyadari kita perlu kuasa dan kasih. Kita perlu kuasa yang membuat apa yang diinginkan oleh pemilik kuasa bisa terjadi. Tapi kita juga perlu kasih dari sang pemilik kuasa itu. Tuhan kalau punya kuasa tapi tidak punya kasih, kita tidak mungkin selamat. Kalau Dia punya kasih tapi tidak punya kuasa, Dia tidak mungkin sanggup menyelamatkan kita. Maka karena Dia adalah kasih dan juga karena Dia berkuasa, maka Dia bisa memberikan keselamatan bagi orang-orang yang sudah memberontak melawan Dia. Ini sangat penting untuk kita ketahui, Kristus datang bukan hanya untuk menjadi teladan, tapi Dia juga datang untuk menjadi yang berkuasa untuk mengubahkan kita. Orang-orang yang berusaha memperbaiki diri tanpa menyadari perlunya datang kepada penebusan Kristus, tidak mungkin hidup suci dari perjuangannya sendiri, dia perlu Kristus. Kalau Yesus hanya teladan, kita mati semua, Dia akan mengatakan “teladani Aku”, “teladani dalam hal apa?”, “dalam hal cinta Tuhan”, “mana bisa, aku orang berdosa yang tidak bisa cinta Tuhan”, tapi Yesus bilang “harus teladani, Aku tidak peduli, Aku sudah berikan contoh, mati di kayu salib sebagai contoh, sekarang kamu ikuti Aku”, kita bilang “tidak mungkin sanggup, mana bisa aku mengikuti Engkau”, kalau Tuhan hanya menjadi teladan, kita mati. Tapi hal kelima, Tuhan bukan hanya jadi teladan, Yesus mengatakan “Aku menyertai engkau”, Dia menjadi sumber kekuatan, Dia menjadi pengudus yang menguduskan kita, Dia yang membasuh dan memberikan hidup yang baru. Maka Dia adalah Juruselamat yang memberikan penebusan dan teladan. Penebusan tanpa teladan tidak cukup, teladan tanpa penebusan tidak mungkin, maka Dia memberikan penebusan dan teladan sekaligus. Sehingga Dia mengatakan “teladanilah Aku”, waktu kita mengatakan tidak sanggup, Dia akan mengatakan “Aku menyertai engkau dan Aku menjadi pokok keselamatan bagimu”. Kita tidak mungkin memahami Yesus dengan cara yang salah. Kita memahami Dia sebagai Sang Juruselamat sekaligus Guru yang sedang membimbing aku untuk mengikuti Dia. Ini hal keempat, memahami kuasa dan kasih yang bergabung. Dan yang kelima menyadari penebusan dan teladan.
Hal keenam untuk kita bisa memahami Kristus dengan benar, kita perlu menyadari perlunya relasi di dalam satu tubuh. Selain kita mengenal Kristus, kita perlu mengenal orang lain yang mengenal Kristus. Dan kedatangan Kristus di dunia adalah kedatangan untuk menyatukan anak-anak Tuhan di dalam diriNya. Itu sebabnya relasi orang Kristen bukan relasi organisasional, relasi orang Kristen adalah relasi organik. Kita adalah satu tubuh, bukan satu organisasi, organisasi boleh banyak, tapi orang Kristen yang sungguh beriman, itu satu tubuh di dalam Dia. Saya bisa tidak cocok dengan beberapa orang, saya bisa mengatakan “pelayananmu salah, pelayanan ini yang benar”, lalu saya tidak bisa kerja sama dengan orang ini, tapi kalau orang ini sungguh-sungguh di dalam Tuhan dan saya berada dalam Tuhan, meskipun ada perbedaan seperti ini, saya anggap ini bagian tubuh Kristus sama seperti saya bagian tubuh Kristus. Ini pengertian yang sulit dipahami kecuali kita pakai contoh satu tubuh. Di dalam keterbatasan kita, kita mungkin sulit menjadikan orang lain sepaham dengan kita atau kita sepaham orang lain, dengan sevisi menjalankan apa yang Tuhan mau. Tetapi di dalam ilustrasi satu tubuh ini ada contoh yang bagus sekali tentang kebersamaan. Saudara tidak menjalin komunitas dengan cara yang kosong, tapi menjalin komunitas seperti satu tubuh. Ini suatu yang dipahami oleh seorang bernama Martin Buber, dia mengatakan bahwa “perjumpaan saya dengan benar, I and it, itu tidak perlu encounter, dan encounter perjumpaan dengan benda itu tidak akan mengubah saya dan tidak mengubah benda itu”. Saudara tidak mungkin duduk lalu merasa ada encounter dengan kursi Saudara, Saudara mengatakan “hai kursi hijau, engkau indah sekali, aku sungguh bergetar melihatmu”, maka orang yang mencintai barang, cinta seperti ini itu perlu bertobat. Relasi I and thouadalah aku dan engkau adalah relasi yang mengubah saya, relasi yang membuat saya mengalami perubahan dahsyat, mempersiapkan saya untuk menerima engkau dan menjadikan engkau bagian dari hidup saya. Relasi yang Tuhan mau, relasi seperti ini, bukan relasi asal kenal saja. Tapi relasi yang begitu mendalam, yang hanya bisa kita alami di dalam Kristus. Dunia kita ini mengalami krisis relasi, demikian dikatakan oleh Sherry Turkle, seorang pengajar dari MIT, dia mengatakan dunia kita alternatif relasinya banyak, tetapi krisis relasi adalah hasilnya. Mengapa krisis relasi bisa muncul? Papa dan mama, orang tua, suami istri relasinya cuma I and it, cuma sekedarnya. Orang tua dan anak cuma ketemu sekedarnya, antara anak satu dengan yang lain tidak ada relasi yang mendalam. Antara orang Kristen satu dan orang Kristen yang lain juga tidak ada relasi yang mendalam. Manusia tidak bisa diciptakan dengan kekosongan seperti ini, tidak bisa menjalani hidup dengan kekosongan seperti ini. Maka kita perlu adanya penyatu, dan Kristuslah yang mungkin mempersatukan seluruh anak Tuhan yang tercerai-berai. Di dalam Injil dikatakan Yesus datang untuk menyatukan anak Tuhan yang tercerai-berai di mana-mana. Dia hancurkan diriNya untuk mengumpulkan kita menjadi satu. Dikatakan Augustinus, Yesus mati untuk membuat kita hidup, Yesus badanNya tercerai-berai supaya umat Tuhan yang tercerai-berai dikumpulkan menjadi satu. Maka di dalam Kristus, Suadara punya bahada Injil yang sama meskipun diekspresikan dengan bahasa negara yang berbeda. Orang Indonesia bertemu dengan orang Afrika, sama-sama mengerti penebusan Kristus, sama-sama mengagumi Kristus, ini menjadi satu. Itu sebabnya ketika kita sadar perlu adanya kesatuan di dalam relasi, kita sadar kita perlu Yesus Kristus.
Dan saya tutup dengan mengingatkan 6 poin tadi adalah 6 poin yang sedang dicari dunia ini. Tadi saya mengatakan “engkau perlu berdamai dengan Allah”, dunia ini sedang mencari perdamaian sejati tapi tidak dapat, karena tidak sadar perlunya damai dengan Allah. Lalu poin kedua, untuk mengenal Kristus kita perlu Sang Pengantara dan dunia ini sedang mencari orang yang menjadi peace maker, menjadi orang yang mendamaikan satu dengan yang lain, orang yang lebih bisa merangkul dari pada orang yang bisa menghantam. Ini tidak mungkin didapatkan kecuali kita sadar Kristuslah satu-satunya yang mungkin merangkul kita dan pihak yang bermusuhan dengan kita yaitu Allah, menjadi satu. Lalu dunia memerlukan pemimpin sejati, dan kita menyadari itu dipenuhi di dalam Kristus. Dunia menyadari perlu adanya otoritas dan kasih, kasih tanpa otoritas adalah liar, otoritas tanpa kasih adalah penderitaan dan penindasan. Otoritas dan kasih hanya mungkin di dalam Kristus. Kita juga tahu kita perlu teladan, tapi kita perlu pengorbanan dari orang yang rela jadi teladan, itu sebabnya Kristus datang menjadi Penebus dan teladan bagi kita. Lalu hal terakhir, dunia sedang mencari komunitas yang relasionalnya baik itu komunitas apa, sedangkan Firman Tuhan mengatakan di dalam Kristus, gereja menjadi contoh untuk suatu komunitas yang baik dan mempermuliakan nama Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati dan memampukan Saudara untuk merenungkan tentang Tuhan dengan cara yang bertanggung jawab.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)