(Lukas 3: 1-20)
Sebelum Lukas mulai membahas tentang Yesus Kristus, Lukas membahas dulu tentang pendahulu dari Sang Mesias yaitu Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis digambarkan dalam Injil Lukas sebagai yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Raja. Dia mempersiapkan jalan sebagaimana yang telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, seorang nabi yaitu Yesaya berkohtbah, bernubuat, dia mengatakan bahwa Tuhan akan segera datang dan suara yang menyerukan kedatangan itu ada dalam padang gurun. Dalam ayat ke-4 juga dikatakan “ada suara berseru-seru di padang gurun “persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagiNya”. Mengapa suara ini muncul di padang gurun? Karena yang melayani di Bait Suci sudah korup. Mereka yang mengkhotbahkan Firman dari Yerusalem sudah tidak lagi diperkenan Tuhan. Konteks inilah yang dibahas oleh Yesaya, Yesaya memberikan nubuat tentang kehancuran umat Tuhan karena mereka mengandalkan bangunan bernama Bait Suci dan kota suci Yerusalem. Mereka pikir dengan simbol agama ini, “Tuhan tidak mungkin membuang kami, kami mempunyai keamanan karena Tuhan menyatakan ini umat Tuhan”. Maka Israel sulit bertobat karena merasa “kami sudah umat Tuhan. Kami sudah umat, kami sudah milik Tuhan. Tuhan tidak mungkin buang milikNya, Tuhan tidak mungkin menyingkirkan kami apa pun yang kami lakukan”. Ini terjadi karena mereka tidak buka telinga untuk teguran keras, tetapi mengarahkan telinga untuk semua nubuat palsu yang menyenangkan hati manusia. Para nabi sulit didengar karena di sekeliling mereka terlalu banyak nabi palsu, lalu semua sepakat mengucapkan kalimat-kalimat yang enak. Sedangkan nabi yang sejati terus pertahankan “ini yang benar”. Kalau ada satu nabi sejati mengatakan “ini yang benar”, lalu semua nabi mayoritas mengatakan “itu terlalu picik”, maka semua orang akan pilih “lebih baik aku mengarahkan telingaku kepada nabi-nabi yang menyenangkan”. Jadi Israel menjadi rusak karena terlalu banyak nabi palsu. Dan nabi palsu itu tidak pernah menyatakan hal yang selaras dengan apa yang mereka katakan. Mereka khotbah tetapi hal yang dikhotbahkan hanyalah hal yang senang di dengarkan oleh manusia. Situasi zaman dulu juga tidak berubah sampai sekarang, sekarang pembicara yang paling laku adalah pembicara-pembicara kalau bicara bisa menyenangkan hati pendengarnya. Sekarang orang-orang senang pengkhotbah yang seperti pelawak dari pada orang yang menyatakan kebenaran Firman Tuhan. Itu sebabnya Yesaya mengatakan suara yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan tidak muncul di Yerusalem, suara yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan tidak dikumandangkan dari Bait Suci, tapi suara ini justru akan terdengar di padang gurun. Bagi kita ini mungkin tidak punya pengertian yang begitu dalam, tapi bagi orang-orang pembaca mula-mula dalam Perjanjian Baru, mereka tahu satu hal yaitu bahwa Tuhan sedang berkata tempat yang identik dengan tempat jahat sekarang dinyatakan lewat Firman. Padang gurun bagi kita mungkin merupakan tempat yang kering, sulit untuk hidup, tapi bagi orang waktu Injil ini ditulis, padang gurun adalah simbol Tuhan sudah tinggalkan.
Di dalam pengertian Injil Lukas, Yohanes Pembaptis datang, membuat orang tidak lagi menghargai Bait Suci tapi menghargai suara Tuhan di padang gurun. Tapi Yesus Kristus datang kemudian berkhotbah di Bait Suci, menyatakan bahwa Tuhan tetap mempunyai kesabaran memberikan kesempatan sekali lagi kepada Bait ini untuk menyatakan Firman bagi umat Tuhan. Jadi kita mesti benar-benar peka, Tuhan sedang menghargai apa, Tuhan sedang melakukan pekerjaan seperti apa, itu yang harus kita ikuti di dalam kita membaca Kitab Suci. Pada ayat ke-4 Lukas mengutip nubuat Yesaya. Dan dilanjutkan pada ayat ke-5, dia mengatakan “setiap lembah akan ditimbun, setiap gunung dan bukit akan menjadi rata. Yang belok-belok akan diluruskan”. Ini berarti Tuhan mempersiapkan jalan untuk Sang Raja. Sang Raja itu sudah akan datang, kemudian seluruh jalan dipersiapkan. Sang Raja itu tidak perlu lewat jalan kelok-kelok, Raja itu tidak perlu lihat kelok-kelok atau lubang. Raja itu tidak perlu belokkan jalurnya karena lewat gurung yang terlalu besar. Dikatakan gunung yang tinggi akan dipotong, lobang yang dalam akan ditimbun supaya ada jalan lalu Sang Raja itu bisa lewat. Bagian ini sering disalah-tafsirkan, maka ada lagu populer yang salah mengerti bagian ini, mengatakan “ratakan tanah bergelombang, timbunlah tanah yang berlobang” lalu dilanjutkan dengan “menjadi siap di bangun”, kok menjadi siap dibangun? Lalu di atas dasar iman. Ini jalan sudah diratakan lalu dibangun lagi, bagaimana Rajanya bisa lewat kalau sudah dibangun lagi? Ini pengertian dari orang yang senang lihat ruko dibangun, tanah diratakan, yang berlobang ditimbun kemudian dibangun di atasnya. Tapi kalau dibangun bagaimana raja itu lewat? Ini pengertiannya adalah semua penghalang diratakan supaya ada jalan tol, Raja itu lewat tanpa hambatan apa pun lalu Dia tiba untuk memerintah di Yerusalem. Inilah penantian dari Sang Raja. Lalu dikatakan akan disiapkan jalan. Mengapa Sang Raja ini dinanti? Lukas memberikan satu petunjuk dengan pendahuluannya yang indah, dia mengatakan pada zaman Tiberius, pada zaman Filipus, Herodes, Pontius Pilatus, Hanas dan Kayafas seolah-olah Lukas sedang pamer keahlian dia mengetahui sejarah. Lukas bukan sedang pamer, Lukas sedang menulis tokoh-tokoh penting yang memimpin pada waktu itu. Tetapi Lukas melanjutkan dengan mengatakan “Sang Raja sejati akan datang, pemimpin-pemimpin ini akan disingkirkan dan Raja ini akan bertahta”. Inilah yang sama-sama kita doakan waktu kita melihat dunia ini. Dunia ini sekarang sama korupnya dengan waktu Injil ini ditulis. Maka Lukas mencatat, lihat ini politik Israel, ini kepemimpinan di Israel, ini pemimpin agamamu, ini pemimpin politikmu, semua busuk. Alkitab mencatat ini faktanya, kamu mau lari kemana? Mau cari pemimpin bagus mana? Pilatus? Herodes? Atau kamu pilih Hanas dan Kayafas? Semua sudah korup. Di tengah-tengah keadaan korup seperti inilah Tuhan mengatakan “Aku tidak mau lagi pakai Yerusalem”. Mari kita doakan baik-baik bangsa ini karena kalau terus-terusan korup, lama-lama Tuhan tinggalkan kita. Tuhan lihat manusia begitu rusak, Tuhan mengatakan “Aku akan menarik anugerah Ku dari tempat itu”. Jadi jangan cuma pikirkan diri, mari kita doakan pemerintahan kita, nanti pemerintahan kita yang berikut, lalu yang berikutnya lagi. Tetapi Alkitab mengatakan selama masih ada orang yang setia, Tuhan tetap memberikan anugerah, Tuhan tetap memberikan nabi-nabi memanggil, Tuhan tetap memberikan seruan pertobatan kepada tempat itu supaya ada pengharapan di masa yang akan datang.
Jadi waktu Yohanes Pembaptis berkhotbah, raja ditegur, rakyat biasa ditegur, pemimpin agama ditegur dan dengan seruan yang keras sekali “bertobatlah supaya kamu mendapatkan pengampunan dari Tuhan, berbaliklah dari dosa-dosamu”. Dan ketika orang-orang Farisi datang lalu mereka memberi diri dibaptis, Yohanes Pembaptis tidak langsung senang. Waktu orang-orang ini datang “baptiskanlah kami”, mungkin kalau orang lain “wah, orang Farisi, orang-oranghebat ini mau dibaptis oleh aku? Orang-orang hebat ini mau jadi muridku”, tapi Yohanes Pembaptis mengatakan “siapa bilang kamu bebas dari murka Allah? Kamu bangga karena kamu keturunan Abraham? Aku berkata kepadamu Allah dapat membangkitkan keturunan bagi Abraham dari batu-batu ini”. Ini khotbah yang benar-benar tidak pandang bulu “kamu pendosa, apa pun posisi kamu, bertobatlah kamu. Kamu salah hidupnya, siapa pun engkau harus bertobat. Engkau rakyat kecil harus bertobat, engkau presiden sekalipun, berbaliklah dari dosamu”. Nabi-nabi yang sejati itu tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada dirinya akibat seruannya. Ada yang khotbah terlalu keras, kepala dipenggal Ada yang berkhotbah terlalu berani, digergaji. Ada yang berkhotbah terlalu berani, dikurung di dalam sumur yang telah dikeringkan. Dan mereka tidak tahu setelah berkhotbah ini mereka akan jadi apa. Inilah seru-seruan dari banyak hamba Tuhan yang harus berkhotbah di tempat yang sangat sulit, tempat di mana mereka akan dibunuh kalau berani singgung orang lain. Ketika mau berkhotbah mereka mengatakan “saya serahkan kepada Tuhan hasil dari khotbahku. Apakah aku tetap hidup atau akan mati, aku tidak tahu”. Maka dia nyatakan dengan berani “bertobat kamu”. Bertobat supaya ada jalan yang siap. Jalan apa yang harus disiapkan? Ini jalannya, jalan supaya ada yang menyambut Kristus waktu datang. Bagaimana siapkan jalan itu? Dengan membuat umat Tuhan hidup dalam kesucian dan kesucian ini menjadi satu bentuk penantian kedatangan Raja. Kita pun menantikan kedatangan Sang Raja untuk kedua kalinya nanti. Kita yang menantikan Yesus datang pun, harus hidup dalam buah pertobatan sejati. Yohanes Pembaptis mengatakan “siapa bilang kamu selamat? Mana buah pertobatannya? Tidak perlu beri tahu keturunan siapa, mana buah pertobatannya?”,”kami imam”, “saya tidak tahu jabatanmu apa, yang saya mau tahu mana buah pertobatanmu?”, “tetapi kamu orang Farisi yang mengerti banyak hal”, “aku tidak peduli pengertianmu berapa besar, yang aku mau lihat mana buah pertobatannya?”. Jadi Yohanes Pembaptis terus tanya mana buah pertobatan. “Orang Kristen, kamu sudah bertobat, mana buah pertobatanmu, ada atau tidak?”. Ini yang harus kita miliki sebagai bentuk penantian kedatangan Kristus. Kedatangan Kristus seringkali diumpamakan sebagai kedatangan Sang Pengantin Pria yang terus dinanti-nanti oleh sang pengantin wanita. Sang pengantin wanita waktu dia akan masuk dalam pernikahan, tidak mungkin jaga diri baik-baik. Inilah ilustrasi yang bagus menggambarkan kita yang menantikan kedatangan Kristus pun harus punya buah pertobatan yang menunjukan “aku merindukan Kristus datang”. Pertobatan dan tindakan pertobatan itu bukan jalan untuk selamat. Saudara tidak akan selamat karena punya buah pertobatan. Tapi Saudara akan mempunyai buah pertobatan kalau Saudara sudah ada dalam keselamatan, yang menyelamatkan imanku kepada Kristus. Setelah aku beriman kepada Kristus tanda sejati bahwa imanku itu adalah iman yang benar adalah adanya buah pertobatan. Maka Yohanes bertanya “di mana buah pertobatanmu, hai ular beludak? Kalau benar sudah bertobat maka engkau harus menunjukan tanda pertobatan itu”. Yohanes kalau berkhotbah itu keras, ular beludak keluar, lalu dikatakan kapak sudah tersedia Tuhan akan hantam pohon dan akan memasukan pohon itu ke dalam api.
Ketika mendengar khotbah ini ternyata beberapa orang mulai bertobat, mereka menangis-menangis dan mengatakan “iya saya mau bertobat”. Dan mereka bertanya “Yohanes, aku mau kembali kepadamu, apa yang harus kami perbuat”. Di ayat 10 dikatakan “jika demikian kami harus lakukan apa, supaya kami luput dari murka Tuhan, apa yang harus kami lakukan?”, ayat 11 Yohanes mengatakan “barang siapa punya 2 buah baju, bagi dengan yang tidak punya. Barang siapa punya kelebihan makanan, bagi dengan yang tidak punya”, penerapannya simple. Kita dipamerkan dengan kerusakan dunia yang besar, lalu kita pikir “aduh, dunia sudah begini rusak, mau ngapain lagi?”. Bayangkan kalau kita baca Lukas, Herodes sudah korup, pemimpin agama sudah korup, semua sudah korup, mau lakukan apa? Lalu kita teriak “Tuhan, apa yang harus aku lakukan?”, ternyata Tuhan menjawab “kalau punya kelebihan, ingat yang kurang”, simple tapi sangat esensial, simple tapi sangat perlu. Yohanes sedang mengatakan “engkau tidak boleh berpusat pada diri, engkau tidak boleh menjadi orang yang serakah, engkau tidak boleh menikmati semua keuntungan yang sudah engkau miliki hanya untuk diri, tanpa yang lain”. Jadi Tuhan melalui Yohanes Pembaptis mengingatkan siapa yang punya kelebihan ingat ada yang kurang, bagi dengan yang kurang. Inilah satu prinsip di mana orang dibiasakan untuk hidup tidak terus berada di dalam perasaan serakah, mau lebih, mau dapat, mau kaya, mau limpah, tanpa peduli dunia ini sedang apa. Kita tidak perlu memerhatikan orang yang malasnya luar biasa, tidak mau kerja apa-apa. Paulus mengatakan “siapa malas, tidak perlu makan”, orang seperti ini tidak layak dibantu. Saudara hanya menghabiskan uang Saudara untuk memberi makan kemalasan dia. Tapi ada orang mati-matian kerja, tapi mendapat hasil begitu kurang, mengapa kurang? Sistem yang rusak membuat pekerjaan dia yang begitu bagus tetap kurang. Saya kalau ditanya kira-kira adakah orang yang giat bekerja dari jam 4 pagi sampai jam 4 sore, lebih berat dari orang yang kerja kantoran, tapi masih kurang kerjaannya? Ada. Lalu Saudara yang tahu “saya kelebihan”, melihat orang seperti ini, Saudara mulai mengatakan “orang ini layak dibantu” ini yang dimaksud. Maka kita mempunyai kepekaan untuk melihat siapa yang layak dibantu, siapa yang benar-benar kerja mati-matian tapi tetap tidak cukup, ini yang mesti kita perhatikan. Maka kalau engkau punya 2 baju, beri 1 kepada yang lain. Ini tidak berarti Tuhan menuntut kita buka baju lalu beri ke yang lain. Tuhan tidak menuntut kita jatuh miskin demi tolong orang. Tidak. Tuhan mengatakan “engkau sudah limpah, sekarang bagikan kelimpahanmu itu untuk orang lain” ini melatih kita untuk tidak punya jiwa serakah. Dan jiwa serakah inilah yang merusak bangsa ini. Kalau kita melihat pemimpin yang tidak tahu mau, sudah tertangkap polisi pun masih senyum-senyum di kamera. Kalau ditanya “kamu sudah lakukan ini, mengapa kamu tega lakukan ini?”, dia mengatakan “saya korupsi kecil, yang besar-besar itu tidak ditangkap” sudah salah pun masih merasa benar. Ini terjadi karena dia merasa berhak serakah, maka dia serap semua dari orang lain, dan akhirnya orang lain hancur, yang penting dia jadi, inilah gaya hidup parasit yang kita tidak sadar. Parasit kalau menumpang ke induknya, induknya selalu mati, dianya sehat. Tapi dia lupa, kalau induknya kering, dianya habis. Banyak orang menyerap harta dari negara kita, mereka lupa kalau negara ini colaps mereka juga akan colaps, kecuali kalau mereka juga bergantung ke negara lain. Orang-orang serakah selalu membuat masyarakat hancur.
Maka Yohanes Pembaptis mengatakan buah pertobatan sejati adalah tidak menjadi serakah seperti dunia ini. Kemudian bagian berikut ternyata ada pemungut cukai datang mau bertobat juga, pemungut cukai itu dianggap sebagai pendosa besar. Ada seorang rabi menulis “penyakit kusta di kulit dan pemungut cukai di hati, sama kotornya”. Jadi kulit penyakit kusta danhati pemungut cukai itu sama jijiknya. Zaman dulu kalau orang bertemu dengan orang sakit kusta, langsung lari jauh-jauh, lalu orang yang sakit kusta mesti teriak “najis, najis”, maksudnya aku najis jangan dekat-dekat. Lalu rabi itu mengatakan pemungut cukai sama menjijikan karena mereka suka peras, suka tindas orang dengan pungut pajak yang lebih dari yang seharusnya, kemudian mereka pakai itu untuk sogok pemerintahan Roma supaya posisi mereka tetap kuat. Ini membuat orang sangat marah dengan pemungut cukai. Tapi pada bagian ini Yohanes Pembaptis tetap mengijinkan pemungut cukai datang dan bertobat. Pemungut cukai itu mengatakan “aku ingin dibaptis juga, apakah aku masih punya kesempatan untuk bertobat?”, “masih, asalkan setelah ini engkau menghasilkan buah pertobatan”, “lalu buah pertobatan apa yang mesti aku hasilkan?”, Yohanes Pembaptis mengatakan “jangan pungut lebih dari yang seharusnya”, ini nasihat yang sangat praktis. Yohanes Pembaptis mengatakan “engkau punya tugas apa, jangan ambil lebih”, dan ini nasihat yang mirip dikatakan selanjutnya kepada para prajurit. Setelah pemungut cukai datang, para tentara juga datang, mereka mengatakan “apa yang harus kami lakukan?”, mereka pun mau bertobat. Maka Yohanes Pembaptis mengatakan “cukupkan dirimu dengan gajimu, jangan memeras”, lagi-lagi nasihat simple. Kamu punya tugas apa, cukupkanlah dirimu dengan tugasmu itu. Kamu dapat apa, nikmatilah apa yang Tuhan percayakan, jangan mau lebih dengan cara yang tidak benar. Pemungut cukai boleh mengerjakan pekerjaannya, asalkan pajak yang dipungut sesuai dengan kebijakan pemerintah. Tentara harus mengerjakan tugasnya dan tidak boleh mengambil lebih dari tugasnya. Yohanes Pembaptis mengatakan “cukupkan dengan gajimu”. Ternyata dari zaman dahulu sampai sekarang tentara atau pun polisi punya hobi mencukupkan diri dengan limpah dengan sesuatu yang di luar gaji. Hal ini terjadi karena dia punya kekuatan senjata, lalu karena punya kekuatan senjata peras orang lain. Yohanes mengatakan “kau harus bertobat, cukupkan dirimu dengan gaji yang engkau punya”. Apa yang membuat kita benar-benar hidup dengan baik hanya satu yaitu kalau saya merasa apa yang Tuhan berikan itu cukup, aku mendapatkannya dengan jalur yang baik, aku tidak merugikan siapa pun, aku ambil ini tanpa peras siapa pun, nikmati. Tapi kalau Saudara mendapatkan dengan merugikan orang lain, peras orang lain, Saudara berada dalam bahaya besar karena Tuhan akan mengancam dan memusuhi Saudara. Ini yang Yohanes Pembaptis peringatkan kepada para tentara. Maka inilah yang dikerjakan oleh orang-orang yang mau jujur, Tuhan akan pelihara. Yohanes Pembaptis mengatakan “ini tanda pertobatan, hidup jujur, jangan rugikan orang lain”. Kita hidup di tengah-tengah sistem yang sudah sangat rusak. Terkadang kita mesti dengan cerdik hidup untuk bisa beradaptasi dengan sistem, tetapi jangan kerjakan apa pun yang harus membuat orang lain rugi. Ini menjadi prinsip yang dikatakan Yohanes Pembaptis “aku tidak tahu rusaknya sistem seperti apa, tapi aku minta cukupkan dirimu dengan gajimu, jangan rugikan orang lain”. Yohanes Pembaptis mengatakan cukup, tidak perlu macam-macam. Kalau tidak cukup nanti jadi macam-macam, justru tidak cukup di hadapan Tuhan. Lebih baik cukupkan diri dengan apa yang engkau dapat dengan sah supaya engkau boleh berbahagia dengan yang sedikit tapi penuh dengan berkat.
Jadi siapa yang berlimpah uang, Yohanes Pembaptis mengingatkan jangan serakah. Siapa yang kurang, Yohanes Pembaptis mengingatkan jangan merasa kurang karena ini adalah dorongan untuk memeras orang lain, menipu orang lain demi kepentingan diri. Jadi inilah satu nasihat simple dari Yohanes Pembaptis untuk menantikan Kristus. Kristus sudah mau datang, hidup dengan baik. Bagaimana hidup dengan baik? Tunjukkan buah pertobatan. Bagaimana buah pertobatan? Kalau lebih ingat orang lain yang kurang, kalau rasa diri kurang jangan mau ditipu, jangan peras orang orang. Dan Tuhan nanti akan memberkati dan memimpin kita. Harap kita selalu diingatkan untuk terus setia kepada cara hidup yang berkenan menghasilkan buah yang diperkenan Tuhan dan memberkati banyak orang.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)