Kita dapat melihat berapa kacaunya kita melalui melihat kacaunya manusia di dalam peristiwa penyaliban Tuhan Yesus. Orang-orang yang seharusnya membela Yesus lari, orang yang harusnya melanjutkan pengajaran Yesus sekarang mengkhianati Dia, orang yang harusnya tunduk pada ajaran Yesus sekarang menuduh Dia. Lalu tentara bangsa-bangsa asing yang mau Tuhan berikan belas kasihan, sekarang menjadi alat untuk menghakimi dan memakukan Sang Anak Allah. Peristiwa penyaliban seperti menyatakan atau menjelaskan keadaan kacau balau, kosong, gelap gulita dan penuh air yang dinyatakan dalam Kejadian 1. Tapi Saudara bisa melihat keadaan itu bukan keadaan terakhir, karena setelah itu Tuhan mulai menata kembali. Dan Kitab Kejadian 1 menggambarkan cara Tuhan mencipta itu dilakukan dengan cara yang sangat indah. Ciptaan itu seperti masterpiece yang dikerjakan oleh tangan sang ahli. Sebab Kejadian 1 tidak menggambarkan penciptaan dengan cara yang mudah, misalnya pada mulanya bumi belum berbentuk dan kosong, kacau-balau, gelap gulita menutupi semua samudera, dan samudera menutupi semua permukaan bumi. Lalu berfirmanlah Tuhan “jadilah semua”, dan semua itu jadi, selesai. Tidak, digambarkan ada pergumulan yang sangat baik, ada master, ada Sang Ahli yang mulai menata ciptaan lapis demi lapis. Demikian juga masterpiece Tuhan bukan hanya manusia, tapi juga wadahnya. Manusia perlu wadah, maka Saudara tidak bisa mengatakan “kita ini manusia yang penting di hadapan Tuhan, bumi tidak penting”, tidak demikian. Tuhan siapkan wadah dan siapkan manusia satu dengan wadahnya. Itu sebabnya manusia dikatakan diambil dari tanah, wadah kita adalah bagian dari kita juga, tapi dihembuskan nafas hidup, hidup dari Tuhan bukan dari bumi. Yang menjadi masterpiece dari Tuhan adalah Adam, Hawa dan Taman Eden, ini tiga masterpiece dalam pengertian orang Yahudi. Tapi the best is yet to come, karena Tuhan menjanjikan Sabat. Sehingga ketika orang melihat masterpiece ini Adam, Hawa dan Taman Eden, orang akan sangat kagum, kalau ini saja demikian sempurna bagaimana nanti ketika Sabat itu terjadi, pasti agungnya bukan main. Jadi di dalam Kitab Kejadian, kisah Sang Master membuat masterpiece ini menjadi genap ketika Adam dan Hawa diletakan di Taman Eden. Taman yang sangat berlimpah, ketika orang melihat ke kiri ke kanan akan melihat banyak sekali keterkaitan yang erat antara taman, pohon-pohonan, hutan dan perkembangan di dalam budaya. Ada seni yang indah, ada batu-batu perhiasan yang mahal, ada emas yang baik sekali, ada air yang mengalir sangat baik, dan ada tanaman-tanaman yang menghasilkan buah yang bisa dimakan oleh manusia. Kalau kita bayangkan ini pasti indah, itu sebabnya Tim Keller mengatakan semua orang punya sense mau kembali ke Taman Eden. Kita menciptakan keinginan untuk kembali ke Taman Eden. Tapi lebih dari itu, Taman Eden tidak hanya bisa dijadikan taman untuk bumi.