(Lukas 2: 8-20)
Ini bagian yang sangat indah tentang kabar Injil pertama yang diberitakan oleh para malaikat kepada para gembala. Ada 2 alasan mengapa Tuhan memilih gembala, pertama karena pada waktu Yesus lahir, gembala adalah pekerjaan yang hina. Pekerjaan hina karena dikerjakan oleh orang-orang yang tidak punya keahlian tinggi dan bahkanberkali-kali terjadi kasus di mana para gembala itu melakukan pencurian atau perampokan. Jadi pada abad ke-1 SM dan sesudahnya nama gembala begitu rusak karena banyak dari mereka suka merampok. Tetapi Tuhan menyatakan terlebih dahulu kepada golongan ini tentang Kristus, karena Tuhan mau menyatakan bahwa berita Injil tentang Kristus yang lahir ke dunia adalah berita yang menutup banyak dosa, yang mengundang orang berdosa dan tidak layak untuk kembali, ini alasan pertama.
Alasan kedua, karena di dalam Injil Lukas ada kebiasaan di mana Lukas menulis hal-hal yang secara Perjanjian Lama sangat jelas. Tapi dia tidak menulis “ini terjadi untuk menggenapi apa yang sudah tertulis” Lukas tidak melakukan itu di awal. Tapi kalau baca semua yang dia tulis, semua merupakan penggenapan dari apa yang yang sudah dijanjikan di Perjanjian Lama. Maka dipanggilnya malaikat untuk sujud menyembah Kristus, dipanggilnya malaikat untuk mendengar berita Injil merupakan satu simbol, satu cara Allah menyatakan secara simbolik bahwa yang lahir adalah Gembala yang akan memimpin seluruh Israel menjadi Raja selama-lamanya. Di dalam Kitab Yehezkiel dikatakan bahwa raja disebut sebagai gembala oleh Tuhan. Tuhan mengatakan “Aku akan membuang gembala-gembalaKu karena mereka tidak memelihara domba-domba. Domba-domba sudah tercerai-berai, mereka tidak peduli. Maka Tuhan mengatakan “setelah Aku muak dengan mereka, Aku akan usir mereka. Aku akan menjadi lawan bagi gembala-gembala ini. Aku akan mengatakan kepada mereka, Aku akan mencabut kedudukan mereka. Dan Aku akan meletakan satu orang menjadi gembala atas umatKu” dia adalah Daud. Berarti gembala identik dengan raja. Maka Samuel pergi, menemui Isai, ada anak Isai yang harus menjadi raja. Kemudian dia mendapat satu anak yang pada itu masih remaja. Mengapa kita tahu masih remaja? karena pada waktu terjadi perang antara Filistin dengan Israel, lalu ada wajib militer, Israel harus berperang, Daud tidak terpilih menjadi tentara, karena belum cukup umur, berarti dia masih dibawah 20 tahun. Ini orang yang masih belasan tahun, masih belum 20 tahun, lalu Samuel sudauh urapi dia menjadi raja. Apa pekerjaannya pada waktu itu? Gembala. Mengapa gembala? Karena gembala akan menjadi gembala yang akan menggembalakan umat Tuhan. Raja itu gembala. Daud dikatakan di dalam Alkitab bahwa dia hanya punya 3-4 ekor domba, sedikit sekali. Maka Daud adalah seorang yang diremehkan, diremehkan papanya, diremehkan saudaranya, bahkan oleh Samuel juga. Daud menjadi gembala yang diurapi Tuhan untuk nanti menjadi gembala yang besar. Tetapi Daud tahu suatu saat dia akan menjadi gembala bagi umat Tuhan yang besar, dan Tuhan sudah persiapkan dia. Maka Tuhan mengangkat Daud menjadi gembala yang begitu baik, menjadi raja atas umat Tuhan. Dan di dalam segala kelemahannya dia terus kembali kepada Tuhan. Itu sebabnya ketika para malaikat datang mengatakan “Yesus sudah lahir” para malaikat itu memanggil para gembala, mengundang para gembala untuk menyambut Dia yang sudah lahir. Ini adalah pekerjaan yang mulia, karena Daud dulu gembala dan sekarang lahirlah Anak Daud yang akan memerintah tahta Kerajaan Allah sampai selama-lamanya. Jadi Anak itu sudah lahir dan malaikat itu datang menyatakan diri.
Waktu malaikat menyatakan diri dengan pesan yang begitu baik, selalu ditandai dengan pernyataan kemuliaan yang luar biasa. Waktu itu seorang malaikat berdiri di dekat para gembala itu, lalu dikatakan terang memenuhi tempat itu. Para gembala menjadi takut dan malaikat itu mengatakan “saya memberikan kepadamu berita sukacita, saya memberikan kepadamu kesukaan untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat yakni Sang Mesias, Kristus yang diurapi, Tuhan di Kota Daud”. Ini merupakan 2 ayat yang sangat luar biasa. Ayat pertama mengatakan “lahir kesukaan bagi seluruh bangsa”, ayat 11 “lahir Juru Selamat bagimu dan juga bagi seluruh bangsa”. Bagi seluruh bangsa, ini berarti Kristus dinyatakan secara global kepada semua orang, bagimu berarti semua orang yang sudah datang kepada Dia, secara pribadi menikmati semua yang Tuhan mau berikan melalui Kristus sebagai Juru Selamat. Inilah yang harus kita ingat bahwa mendengar berita Injil menuntut respon secara pribadi, yang membuat Saudara mengatakan “saya ya Tuhan, saya menerima Engkau ya Tuhan. Engkau yang terlebih dulu menerima saya, sekarang saya datang kepadaMu dan Tuhan saya menjadi milikMu dan Engkau menjadi Juru Selamatku”. Bagimu berarti ada pribadi yaitu saya bertemu dengan Tuhan yang menyatakan diri kepada saya. Mari belajar untuk melihat kepada Tuhan dengan cara seperti ini. Tuhan adalah milikku, ada lagu mengatakan “Engkau milikku abadi, selamanya bagiku”. Dimanakah cinta Saudara kepada Tuhan? Dimanakah keseriusan Saudara dalam merindukan Dia? Augustinus satu kali menulis buku Confession, ini merupakan buku yang sangat indah. Di bagian awal dia membahas tentang maha hadirnya Allah. Allah yang Maha Hadir, Allah yang hadir di mana-mana. Augustinus menjelaskan lain, Augustinus bertanya “apa sih maksudnya Tuhan? Aku berseru kepadaMu untuk datang kepadaKu? Aku bisa berseru kepadaMu, Tuhan juga yang menggerakkan. Aku mengundang Engkau ke dalamku, aku menjadi bingung, apa maksudnya? Apakah di dalam diriku ada wadah lalu Tuhan masuk di dalamnya?” Kalau benar ada wadah dan Tuhan masuk di dalamnya, bagaimana mungkin, bukankah Tuhan memenuhi segala sesuatu. Bahkan di dalam Alkitab dikatakan “aku berbaring di dunia orang mati pun di situ Engkau ada”, bagaimana mungkin Engkau yang begitu Maha Kuasa masuk di dalam hatiku? Jadi Saudara mau mengundang Tuhan masuk di dalam hati, ikuti cara Augustinus. Augustinus mengatakan “Tuhan, masuklah di dalam hatiku, tetapi hatiku sempit, tolong perluas. Hatiku kotor, tolong bersihkan. Hatiku tidak layak, tolong layakkan dengan kemuliaan dan kehadiranMu”, ini indah sekali. Mengapa Augustinus membahas dengan cara seperti itu? Karena apa pun yang dia pikir fokusnya kepada Tuhan, yang paling dia rindukan adalah “Tuhanku paling besar, relasiku dengan Tuhan itu yang paling utama. Aku dan Tuhan. Tuhan berada bersama aku, Tuhan mengasihi aku, Tuhan membawa aku menjadi milikNya. Maka orang yang fokusnya kepada apa, itu akan mewarnai semua cara dia berpikir. Tanpa sadar pikiran kita dikuasai oleh apa itu yang menjadi tema utama pembicaraan kita. Apapun yang dibicarakan, tema utama muncul lagi. Tema utama kita apa? Tema utama kita kerinduan kita kepada Tuhan atau bukan? Tapi kalau fokus utama adalah Tuhan, Dialah satu-satunya yang sanggup menampung semua bagian yang lain di dalam Dia. Maka ketika Saudara mengatakan “aku mengasihi Tuhan”, Saudara akan sanggup mengasihi keluarga, sanggup mengasihi orang di sekeliling, sanggup mengasihi apa yang Tuhan percayakan di bumi ini. Karena hanya dengan mengasihi Tuhan, kasih kepada Tuhan ini menjadi perwakilan yang cukup untuk kita memperlakukan semua yang lain di dalam Tuhan. Tapi kalau kita mengasihi yang lain dan bukan Tuhan, tidak mungkin yang lain itu menampung Tuhan. Pdt. Stephen Tong dalam satu KKR Pemuda di Istora, dia mengatakan “hari ini aku berkata kepadamu Yesus yang sudah menyerahkan nyawaNya bagimu sekarang memanggil engkau dengan suaraNya yang penu lemah lembut, engkau tidak akan lihat murkaNya yang besar itu saat ini, engkau tidak akan lihat penghakiman yang menakutkan itu saat ini” ini sambil mengancam sambil penuh kehangatan. Engkau tidak akanmelihat murkaNya yang besar itu sekarang, berarti akan ada murka besar. Engkau tidak melihat penghakimanNya yang menakutkan itu saat ini, berarti ada penghakiman yang menakutkan tapi bukan sekarang. Engkau mendengar suaraNya lemah lembut, memanggil engkau untuk datang kepada Dia, maukah engkau? Saya terharu sekali. Tuhan bisa marah, tapi Dia tidak memutuskan untuk marah saat ini. Tuhan bisa menghukum tapi Dia putuskan untuk tidak menghukum saat ini. Dia memutuskan “Aku hari ini menjadi Juru Selamatmu, Aku hari ini menjadi Penebusmu, Aku hari ini memanggil engkau untuk kembali kepadaKu, Aku dan engkau” ini relasi yang bagus sekali.
Yesus sudah datang dan setelah itu para gembala ini menyaksikan satu pameran pujian yang paling bagus sepanjang sejarah. Ini adalah satu-satunya kali malaikat berkumpul kemudian menyanyi dan didengarkan para gembala. Puji-pujian ini jauh lebih hebat, jauh lebih agung dari pada Vivaldi dan Brahms sekalipun. Ini adalah satu-satunya kali malaikat menyanyi untuk menyambut kedatangan Kristus. Saudara kalau baca bagian ini dikatakan “tampaklah bersama-sama malaikat-malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga memuji Allah” jangan pikir sejumlah besar itu hanya 500 atau 1000, ini adalah semua malaikat. Saya baca satu penafsiran yang mengatakan kalau Sang Anak Allah datang mungkinkah ada malaikat yang tidak ikut menyambut? berani begitu? Anak Allah mau datang, malaikat tidak mau hadir, tidak mungkin. Maka ketika Sang Anak Allah datang, seluruh malaikat hadir lalu menyanyi memuji Tuhan. Gembala-gembala mendapat perlakuan spesial yang tidak mungkin terulang. Yesus nanti datang lagi, malaikat tidak menyanyi lagi tapi tiup terompet sambil umumkan ancaman, itu yang kedua nanti. Sekarang malaikat menyatakan puji-pujian yang begitu besar, mereka memuji Tuhan mengatakan kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi, damai sejahtera di bumi bagi orang yang berkenan kepadaNya. Kristus sudah datang, seluruh malaikat menyambut dan seluruh malaikat meninggikan pribadi kedua dari Tritunggal yang sekarang datang menjadi manusia. Mereka mengatakan kemuliaan Allah di tempat yang maha tinggi. Waktu Allah ditinggikan damai terjadi di bumi. Bagaimana bumi bisa damai? Waktu Allah ditinggikan. Kalau Allah dipermuliakan, ditinggikan, maka ada damai di bumi. Kalau Allah dihina, Allah disingkirkan, Allah diabaikan, bumi akan kacau. Masyarakat kita makin rusak karena melupakan Tuhan, bukan karena kurang pendidikan, tapi karena kurang dididik untuk takut akan Tuhan. Itulah sebabnya pernyataan malaikat ini sangat penting “mulia bagi Allah di tempat yang maha tinggi, damai sejahtera di bumi bagi orang yang berkenan”.
Setelah malaikat menyanyi ini, semua gembala ke Betlehem mencari dimana Anak itu dibaringkan. Ini namanya respon yang tepat dan akurat terhadap Firman. Tuhan berfirman, kta berespon. Tapi seperti apa kita berespon? Berapa banyak orang peka terhadap kehendak Tuhan? tidak banyak. Itu sebabnya Saudara mesti melatih kepekaan bereaksi terhadap Firman Tuhan. Ada yang bereaksi dengan benar, ada yang bereaksi dengan taat, ada yang bereaksi dengan sungguh-sungguh, ada yang bereaksi dengan mengabaikan, ada yang bereaksi dengan tidur. Saudara tidak boleh seperti ini, Saudara mesti sungguh-sungguh dengar Firman, mesti sungguh-sungguh berespon dengan baik kepada Tuhan. Waktu Tuhan berfirman, apa reaksiku? Apa yang saya ubah dalam hidup? Saya kerjakan apa? Kalau saya benar-benar sungguh-sungguh mau taat kepada Tuhan baru saya mau menjadi orang yang belajar peka. Waktu Tuhan menyampaikan apa, kembali kepada Tuhan dengan reaksi tepat, ini yang dilakukan gembala. Gembala itu dengar “datanglah kemuliaan, Anak Allah sudah lahir” langsung pergi ke Betlehem, karena Mesias datang di situ. Maka mereka kerjakan apa yang perlu langsung datang, langsung cari, langsung lihat, mereka mau cari tahu apa yang diberitakan malaikat. Ada orang yang eager-nya begitu besar terhadap apa yang Tuhan sudah nyatakan, inilah yang baik. Maka waktu malaikat menyampaikan firman, gembala bereaksi, ini yang namanya reaksi cepat. Tapi kalau orang beraksi begitu lama karena apa yang Tuhan nyatakan, terus begitu lambat, ini orang tidak benar. Itu sebabnya mari belajar kembali kepada Tuhan, belajar mengatakan “Engkau adalah sumber kebenaran, aku adalah yang ikut”. Saya cuma ikut, Tuhan mau menyatakan apa? Saya kalau tidak tuntunan, saya tidak tahu mau jalan ke mana. Maka di sini apakah ada kerinduan bagi saya untuk ikut Tuhan? Kerinduan untuk tahu apa yang Tuhan mau kerjakan? Karena kalau ketinggalan Tuhan, celaka. Kalau Tuhan kerjakan apa, saya dengan peka ikut, puji Tuhan. Tapi kalau saya terlalu jauh di belakang, saya hidupnya mau jadi apa? Inilah pengertian yang membuat kita mau cari. Dan mau cari kehendak Tuhan, mau cari kebenaran Tuhan, itu bukan masalah metode tapi masalah kerinduan untuk bersama dengan Tuhan, untuk dengan peka mengikuti yang Tuhan mau.
Ketika seorang bernama Horowitz, dia seorang pianis yang luar biasa, dia memberikan satu ceramah tentang main piano, saat itu ada seorang anak pemuda yang ikut dan ini adalah satu master class yang sangat penting. Horowitz itu seorang pianis yang luar biasa, dia kalau duduk bungkuk, kemudian main. Ini menyalahi aturan main piano, orang harusnya duduk tegak. Lalu orang mengatakan “Saya mau seperti Horowitz saja duduknya begini”, orang lain akan mengatakan “kamu bukan Horowitz, berubahlah, cuma Horowitz yang boleh”. Horowitz itu kalau main luar biasa sekali, dia maestro yang sangat hebat. Lalu ada seorang murid yang pianis muda, lalu dia main, Horowitz mengatakan “kamu di bagian terakhir salah, mestinya begini”, lalu anak muda itu bilang “saya mau ikut, tapi tidak bisa”. Maka anak muda itu bertanya “apa tehniknya untuk bisa main itu?”, Horowitz bilang “pertanyaanmu salah, karena kamu tanya tehnik. Yang penting itu adalah will untuk membunyikan bunyi itu. Kamu dengar bunyi itu, kamu ingin bunyi itu keluar, itu nanti yang akan menggerakkan tanganmu”. Saudara ada will ingin ikut Tuhan? Tuhan jalan di mana saya mau dekat-dekat Dia, ini yang paling menyenangkan. Bayangkan betapa menakutkannya kalau Saudara berjalan di tengah hutan lalu orang yang paling tahu keadaan hutan berjalan jauh di depan, Saudara pasti panik. Begitu dia jalan jauh, dibelakang Saudara mulai dengar suara lolongan serigala, makin takut lagi. Bahkan Alkitab mengatakan lolongan si iblis yang mencari-cari mangsa untuk dia taklukan. Serigala itu datang, kadang serigalanya berbulu domba. Ketika kita berada di tengah-tengah hutan belantara, kita tidak tah umau kemana, orang yang tahu jalan kita pegang dia erat-erat, benar-benar pegang. Ketika Saudara peka kehendak Tuhan, Tuhan akan nyatakan. Itu sebabnya Tuhan mengatakan “kepada yang punya, Aku akan berikan dengan limpah. Kepada yang tidak punya, apa pun yang ada Aku ambil”. Ini kalimat pertamanya membuat saya bingung, tapi saya tahu siapa yang benar-benar aktif kejar, yang mau tahu, kepadanya akan diberikan kelimpahan. Maka gembala itu cepat-cepat cari bukan karena melihat kemuliaan sorgawi, karena setelah melihat bayi di palungan, mereka tetap bersyukur dan mereka tetap percaya. Lihat yang mulia tentang Tuhan mereka bersyukur, lihat yang hina yang sepertinya tidak layak diidentikan dengan Tuhan mereka tetap bersyukur.
Jadi jangan katakan “aku tidak sepeka para gembala, karena aku tidak melihat malaikat di sorga, lain dong”, salah. Gembala lihat malaikat, tapi juga lihat bayi di dalam palungan. Waktu bayi di palungan dilihat, masakan bayi ditaruh di dalam tempat minum binatang? Masakan tinggal di kandang, mana mungkin Mesiasku seperti ini? Tetapi iman mereka mengatakan “ini Dia”. Hal mulia mereka tangkap, hal yang biasa pun mereka tangkap. Waktu Tuhan berseru dengan keras mereka dengar, waktu Tuhan berseru dengan lembut mereka juga dengar. Elia dengar suara Tuhan, pamerkan dengan api turun dari langit, tapi di sisi lain Elia dengar suara Tuhan, waktu Tuhan berbicara di dalam angin sepoi-sepoi basah. Jadi cara bicara Tuhan seperti apa, orang peka akan dapat. Saya doakan kita seluruh di sini boleh peka akan kehendak Tuhan. Lalu seperti malaikat-malaikat itu langsung gembira menyampaikan berita tentang Kristus. Waktu merkea pergi sampaikan berita tentang Kristus, mereka baru tahu Kristus lahir sebagai bayi. Mereka belum satu kali pun dengar ajarannya, mereka belum dengar Dia dipaku di atas kayu salib, mereka belum dengar berita kebangkitan Kristus. Tapi mereka dengan semangat tinggi langsung memberitakan Injil. Harap ini juga ada pada kita, sehingga kerinduan kita untuk membagikan Firman menjadi kerinduan yang benar-benar memberkati orang lain. Saudara jangan takut tidak tahu mau bicara apa waktu menginjili, yang penting ada kerinduan orang itu mau datang kepada Tuhan, nanti Tuhan buka jalan. Saudara bicara kepada manusia perlu fleksibilitas tinggi, ada orang-orang dengan cara paling sederhana bisa menangkan banyak jiwa. Ada orang-orang dengan cara sederhana tapi tekun bisa membagikan Firman dan akhirnya orang benar-benar datang kepada Dia.
Kiranya Tuhan memampukan kita, sehingga kita boleh seperti para gembala itu. Dengar, dapat anugerah, mendengarkan puji-pujian para malaikat, mempunyai kerinduan besar untuk membagikannya kepada orang lain.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)