Ayat selanjutnya kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah dan mengatakan “sungguh orang ini adalah orang benar”. Di dalam Kitab Suci orang Israel percaya orang benar dalam keadaan apa pun akan membuat bangsa-bangsa memuji Tuhan. Sekarang ada orang kafir melihat Yesus mati, di dalam keadaan Yesus mati pun, orang kafir ini mengatakan “sungguh orang ini adalah orang benar”. Ini kalimat indah, ada jalinan kalimat menakutkan dan kalimat indah, dan setelah kalimat menakutkan “Anak Allah mati”, sekarang ada kalimat indah dikatakan yaitu orang kafir, pemimpin pasukan melihat matinya Yesus lalu mengatakan “ini orang benar”. Orang benar akan membuat bangsa-bangsa memuliakan Tuhan. Saudara tidak akan membuat orang memuliakan Tuhan dengan teologi sukses, “saya mau sukses, kaya supaya orang yang bukan Kristen mau menjadi Kristen. Tapi Alkitab mengatakan orang benar dalam segala keadaan akan membuat orang memuji Tuhan. Saudara sakit atau sehat, kaya atau miskin, sukses atau sedang hancur hidupnya, orang benar selalu akan mampu membuat orang memuji Tuhan. Dan ini yang Lukas mau gambarkan, Yesus mati pun bisa membuat orang menyerukan “orang ini orang benar”. Maka pengakuan tentang Yesus adalah orang benar muncul dari kalimat seorang kafir. Dan orang kafir ini yang justru bisa melihat paradoks, “mengapa orang benar ini mati?”, itu yang akan dilihat oleh orang Israel. Ini orang benar kok mati? Tapi pemimpin pasukan mengatakan “karena Dia mati maka saya tahu Dia orang benar”, kalimat ini bijaksana yang tidak bisa dipahami Israel. Israel cuma tahu teologi sukses “kalau saya diluputkan Tuhan, itu namanya orang benar”. Tapi pemimpin pasukan ini melihat suatu yang paradoks dari Tuhan yang tidak dilihat dari umat Tuhan sendiri, yaitu “karena kematian orang ini, saya tahu Dia orang benar. Sungguh orang ini adalah orang benar”, kalimat yang tidak bisa diucapkan oleh orang Israel.