Pembuangan dialami oleh orang Israel yang memberontak kepada Tuhan. Salib dialami oleh Allah yang menjadi manusia. Ini benar-benar tidak masuk akal, kalau orang Israel mengatakan “Tuhan, keadaan ini tidak masuk akal, apakah umat Tuhan dibuang seperti ini? Kami diperlakukan seperti sampah, kami diperlakukan seperti makanan ternak yang busuk, kami diperlakukan seperti pupuk di ladang, kami diinjak-injak, dihancurkan, kami umat Tuhan. Mengapa kami diperlakukan seperti ini?”. Tapi di kayu salib ada Anak Allah yang diperlakukan lebih buruk. Inilah yang coba digambarkan oleh Lukas. Lukas coba mengaitkan Yesaya 27 dengan Kejadian 1, dan ini bukan karangan Lukas karena ini benar-benar terjadi pada peristiwa Yesus disalib. Ketika hari harusnya paling terang, pada waktu itu kegelapan meliputi daerah sampai jam 3. Saudara mesti tahu bahwa the third hour atau jam ketiga mempunyai makna penting sekali dalam konsep Israel. Jam ketiga sering diidentikan dengan hari itu. Maksud dari jam ketiga itu kan jam tiga? Bukan, meskipun ini berbicara tentang peristiwa waktu jam 3 sore, tapi bagian ini sedang mengatakan ada jam di mana Tuhan akan menggenapi semua. Hari itu menjelaskan tentang hari penggenapan. Saudara kalau baca kata hari itu dalam Alkitab, ini bukan bicara tentang semua hari. Demikian juga dengan the third hour, jam ketiga, ini berkait dengan the hour atau jam itu. Jam ketika penghakiman Tuhan terjadi dan di dalam jam ini semua beres. Saudara mesti tahu kata mispat dalam Perjanjian Lama artinya penghakiman, itu bukan hanya mengenai penghakiman Tuhan, tapi ini berkait dengan perbaikan yang Tuhan akan kerjakan. Setelah penghakiman akan ada perbaikan. Maka kalimat-kalimat dari Lukas ini benar-benar kaya makna. Kalau kita tidak mengerti kebiasaan budaya dari Yahudi, kita akan lewatkan kalimat-kalimat penting begitu saja. Hari sangat gelap mengingatkan kita akan Yesaya 27 dan Kejadian 1. Matahari tidak bersinar dan tabir Bait Suci terbelah dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring “ya Bapa ke dalam tanganMu, Aku serahkan nyawaKu”, ini adalah bagian yang kita bisa lihat di dalam Mazmur. Kitab Suci kita mengutip dari Mazmur 31, di situ ada seruan berani dari orang yang beriman kepada Tuhan, mengatakan bahwa “Tuhan pemilik hidup saya. Ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaku, maka saya bisa hidup dengan tenang”. Mazmur 31: 6 “Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia”. Kembali ke Lukas 23, Saudara bisa lihat apa yang Lukas lakukan di sini, dia membagikan satu gambaran yang mengerikan luar biasa. Lalu dia memberikan gambaran berikutnya respon yang indah luar biasa. Yesus selalu berespon dengan sangat indah, bahkan ketika keadaan tidak mungkin bisa lebih buruk lagi. Ketika Sang Anak Allah terpaku di kayu salib, semua orang akan heran “keadaan ini jauh lebih buruk dari pembuangan”. Tapi Yesus mengatakan “ke dalam tanganMu, Aku serahkan nyawaKu”. Sesudah berkata demikian, Dia menyerahkan nyawaNya dan mati. Lagi-lagi ada seruan baik dilanjutkan dengan kabar buruk. Lukas terus memberitakan kabar buruk. Kabar buruk apa? Yang menyerahkan nyawa ke dalam tangan Tuhan ternyata mati. Di dalam Mazmur 31 dikatakan “aku serahkan nyawaku kepada Tuhan, Tuhan akan luputkan aku”, kalau jaring akan kena ke aku, tapi aku mengatakan “Tuhan, ke dalam tanganMu, kuserahkan nyawaku”, maka aku akan diluputkanNya. Tapi Lukas melanjutkan dengan mengatakan “sesudah berkata demikian, Ia menyerahkan nyawaNya”, mati. Jadi Sang Anak Allah mati, Raja ini mati, yang harusnya perbaiki Israel sekarang tergantung tanpa nyawa di atas kayu salib. Mana mungkin keadaan ini disebut kabar baik? Tapi Lukas mengatakan “Ia menyerahkan nyawaNya”. Mazmur 31 seperti tidak berlaku pada Yesus.