(Lukas 12: 35-48)
Bagian ini sulit kita pahami kalau kita tidak tuntas memahami bagian sebelumnya mengenai kekhawatiran. Di dalam ayat 33 dikatakan “jualah segala milikmu dan berikanlah sedekah. Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak didekati pencuri dan tidak dirusakan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada”. Bagian ini kita sudah bahas di dalam pertemuan 2 minggu yang lalu. Bagian ini tidak mengatakan bahwa Saudara dan saya tidak boleh punya uang, tidak boleh punya tabungan dan lain-lain. Tapi bagian ini mengingatkan tujuan kita mengumpulkan harta itu adalah tempat di mana hati kita berada. Harta untuk apa, di situ hati kita ada. Kemana Saudara dedikasikan harta, disitulah hati kita. Maka kalau harta kita kumpulkan untuk kesenangan, di situlah hati kita. Kalau kita kumpulkan dan akhir yang kita mau capai adalah untuk kejayaan, kekayaan atau kebahagiaan, disitulah hati kita. Jadi Tuhan Yesus hanya memberikan 2 alternatif di sini, hati untuk dunia atau hati untuk Kerajaan Allah. Jika kita memberikan hati kita untuk Kerajaan Allah, maka apa yang kita miliki akan kita dedikasikan untuk itu, termasuk harta. Ini penting untuk kita pahami. Orang bodoh adalah orang yang mengorbankan persahabatan demi uang, supaya dia dapat uang, dia bayar pakai friendship, tipu teman, tipu orang, tipu sana-sini, akhirnya dia mengkompromikan atau mengorbankan yang lebih mahal demi dapat yang lebih murah. Uang itu lebih murah dari pada persahabatan. Kamu hargai uang, kamu akan korbankan yang lain untuk itu. Jadi salah satu indikator kerohanian yang baik adalah Saudara harus tahu uang itu untuk apa, di situ akan ada bukti hatimu ada di situ. Jadi Tuhan Yesus memberikan pengajaran yang penting sekali di sini, bahwa apa yang kita kerjakan untuk mencari uang dan bagaimana kita menghabiskan uang itu adalah pertanda hati kita ada di mana. Ini penyakit yang menjangkiti semua manusia, “saya punya uang, saya pakai untuk apa”, itu akan membuktikan saya orang seperti apa. Jadi sebelum kita membuktikan kerohanian lewat berapa banyak ayat yang kita hafal atau berapa saleh kita, atau berapa rajin kita ke gereja, ada indikator yang seringkali dilupakan yaitu uang. Bagaimana engkau bersikap terhadap uang ini akan menentukan kerohanianmu bagaimana. Uangnya untuk apa, bagaimana cara dapat, kemana akan disalurkan, lalu hatimu menginginkan apa dari uang itu, ini semua indikator penting. Jadi kalau begitu saya kerja untuk apa? Yesus menawarkan alternatif, kerja untuk Kerajaan Allah. Kerja untuk Kerajaan Allah tidak berarti kontra “kalau begitu saya tidak perlu pelihara anak saya, karena kerja untuk Kerajaan Allah. Uang bukan untuk beli susu tapi dipakai untuk janji iman KKR, jadi kalau kamu nangis, nangislah sampai mati karena tidak ada gunanya”, bukan seperti itu. Yang dimaksudkan adalah “saya pelihara anak dengan tujuan Kerajaan Allah. Saya bekerja dengan tujuan Kerajaan Allah. Saya hidup dengan tujuan Kerajaan Allah”. Kerajaan Allah yang menjadi fokus, itu yang dimaksud dengan kumpulkan harta di sorga. Alkitab memberikan konsep sorga yang beda dengan yang kita pikir. Kita kalau dengar sorga langsung pikir “bumi di bawah, sorga di atas. Jadi saya kerja di bumi, rekeningnya di sorga. Itu konsep yang salah, bukan itu yang Yesus bilang. “Kumpulkan harta di roga” maksudnya adalah invest untuk Kerajaan Allah yang mau dinyatakan di sini. Jadi kalau Saudara pikir invest di Kerajaan Allah itu “nanti kalau saya mati, masuk sorga, Tuhan bilang: sungguh amat baik pekerjaanmu, ini ada mahkota”, bukan itu. Yang Yesus maksudkan adalah “kalau engkau bekerja untuk Kerajaan Allah dinyatakan di bumi, itu tidak mungkin gagal”. Jadi saya pakai waktu, uang, tenaga, kekuatan untuk melakukan apa yang perlu untuk Kerajaan Allah dinyatakan di bumi, itu yang namanya kumpulkan harta di sorga. Mengapa buka bisnis? Untuk memajukan Kerajaan Allah di bumi. Mengapa sekolah? Untuk mempersiapkan diri memajukan Kerajaan Allah di bumi. Apa yang dimaksudkan dengan memajukan Kerajaan Allah di bumi? Maksudnya adalah pengaruh sorga makin besar di bumi oleh karena apa yang kita kerjakan, itu namanya kumpulkan harta di sorga. Di sini kita akan bahagia karena kita tidak pernah dituntut oleh Tuhan untuk mengerjakan Kerajaan Allah itu sendiri. Tuhan Rajanya dan kita anggota Kerajaan, ada banyak orang akan memperjuangkan Kerajaan ini berdasarkan bagian masing-masing. Maka kita berperan berdasarkan bidang kita masing-masing. Inilah yang menyenangkan, Tuhan akan cukupkan kita dan Dia akan suruh kita kerjakan berdasarkan yang Dia sudah cukupkan itu. Itu sebabnya identitas kita justru aman di dalam konsep kerajaan ini. Saya adalah saya yang melayani Tuhan di dalam bidang yang Tuhan percayakan kepada saya dengan hal-hal yang Tuhan cukupkan bagi saya untuk saya mentutaskan bagian saya di dalam Kerajaan Allah dan Tuhan akan perhitungkan itu sebagai mengumpulkan harta di sorga. Jadi kita tidak perlu lihat orang lain dan mengatakan “kok dia kerja itu, tapi saya tidak? Saya juga ingin kerjakan itu”, Saudara makin berkaca kepada orang lain, makin stress, makin ingin mirip orang lain akan membuat Saudara makin tertekan.
Kita hidup di dalam dunia yang sudah mengacaukan panggilan ini, kita diberikan 4 dusta oleh dunia, yang membuat kita tidak mau melakukan panggilan. Dusta pertama adalah delusi atau dusta yang namanya independensi, “saya independen, saya tidak perlu bergantung, saya bisa menghasilkan semua sendiri, tanganku yang kerja keras untuk mencukupkan apa yang aku perlukan”. Van Til pernah mengatakan orang yang mengatakan tidak ada Tuhan itu sedang pakai udara dari Tuhan, kekuatan dari Tuhan, energi dari Tuhan untuk bilang tidak ada Tuhan, ini lucu. Hirup udara dari Tuhan, pakai paru-paru dari Tuhan, pakai rongga dada dari Tuhan, pakai otot dada untuk dia mengembang diafragma dan lain-lain, juga dari Tuhan. Setelah itu hembuskan nafas, pakai pita suara dari Tuhan, lidah yang lincah dari Tuhan, untuk mengatakan kalimat yang bukan dari Tuhan “tidak ada Tuhan”, itu menggelikan sekali. Kalau benar-benar percaya tidak ada Tuhan, jangan pakai apa pun dari Dia, dan karena itu tidak mungkin ada orang mengatakan “tidak ada Tuhan”, tanpa pakai anugerah dari Tuhan. Jadi inilah yang tidak mungkin dalam delusi independensi, itu penipuan diri yang paling besar.
Penipuan kedua dari setan adalah “saya berhak tentukan tujuan sendiri”, ini yang juga kacau. “Saya berhak tentukan tujuan sendiri”, benarkah? Tidak benar, karena saya dirancang dan dianugerahkan oleh Tuhan untuk menjalankan apa yang Tuhan mau saya jalankan. Maka hal yang kedua, ada godaan dari dunia untuk mengatakan “tentukan sendiri tujuan, kamu hidup untuk apa, bebas. Apa yang kamu lihat di televisi, kamu mau seperti itu, silahkan. Kamu sudah nonton dan kamu ingin jadi seperti itu, boleh, kejarlah apa yang kamu inginkan. Kejar cita-citamu”, ini pembicaraan umum yang Saudara bisa temukan dimana-mana “you are free as a bird”, tapi saya mau tanya bisakah burung pipit yang biasa kita lihat tiap pagi, dia melihat seekor elang terbang, kagum “aku ingin seperti itu”. Tidak bisa. Karena Saudara mempunyai tujuan yang harus kembali kepada Tuhan. Dan apa pun yang dikerjakan di dalam tujuan yang benar, itulah yang akan memajukan pengaruh dari Kerajaan Allah di bumi ini, itu yang kita mau kejar, itu yang namanya kumpulkan harta di sorga. Maka saya diperlengkapi oleh Tuhan, saya dicukupkan oleh Tuhan, saya bergantung kepada Tuhan. Yang kedua, saya kalau bergantung kepada Tuhan, saya mesti kerjakan apa yang Tuhan mau.
Lalu ketiga, saya akan mendapatkan kesenangan yang Tuhan berikan. Kesenangan yang Tuhan berikan, bukan kesenangan yang saya kejar. Apa bedanya kesenangan dari dunia dengan kesenangan dari Tuhan? Kesenangan dari dunia ini menjadi candu, karena Saudara butuh dosis lebih untuk menikmati kesenangan yang sama, itu candu. Sedangkan kesenangan dari Tuhan, dengan dosis yang sama, Saudara mendapatkan kenikmatan yang berlimpah, itu dari Tuhan. Kitab Suci kita segini terus, tidak pernah ditambah, tapi saya menikmati membacanya dengan level yang lebih saat ini dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu. Sepuluh tahun yang lalu saya baca Alkitab, senang, sekarang saya baca, lebih senang lagi. Apakah karena dosisnya ditambah? Tidak, mengapa lebih senang? Itulah sukacita dari Tuhan. Sukacita dari Tuhan itu memakai dosis yang sama untuk kesenangan lebih. Kesenangan dari dunia itu candu, karena pakai dosis yang lebih untuk kesenangan yang sama.
Yang keempat adalah jangan tertipu, harus dedikasi ke Tuhan. Jangan berikan dedikasimu ke yang lain, hanya Tuhan. Inilah yang membuat kita mampu hidup dengan mengumpulkan harta di sorga. Apa mengumpulkan harta di sorga? Empat hal ini, bergantung kepada Tuhan, mengerjakan yang Tuhan mau, menikmati sukacita dari Tuhan dan yang keempat menyembah Tuhan.
Itulah yang dibahas di ayat 35-46, dan Tuhan Yesus memberikan ilustrasi seperti hamba yang menjaga rumah, demikian kita di bumi ini. ini bumi milik Tuhan dan Tuhan mau kita menjaganya. Maka kita tinggal di bumi ini sebagai hamba. Sebagai hamba saya harus kerjakan yang Tuanku mau, sebagai hamba saya terima dari Tuanku apa yang menjadi bagianku, sebagai hamba saya berdedikasi hanya kepada Tuan. Inilah yang Yesus katakan, maka di dalam ayat 35 “hendaklah pinggangmu tetap berikat”, ini gambaran orang Israel kelaur dari Mesir, ikat pinggangmu seperti orang yang berperang. Jadi Tuhan mengatakan siap sedialah setiap saat, kerjakan hal-hal yang tadi kita bahas, 4 poin tadi, kerjakan dengan sungguh-sungguh, jangan sampai jatuh, jangan kumpulkan harta di bumi, jangan selewengkan hatimu, sehingga engkau hanya mencari apa yang ada di bumi ini. Tetapi kerjakan Kerajaan Tuhan dengan semangat yang sungguh, dengan penuh dan dengan serius, maka engkau akan mendapat sukacita dari Tuhan. Di ayat 37 dikatakan “berbahagialah”, kalau tuan itu sudah pulang, tuan itu akan menjamu engkau. Sekarang kita bayangkan ada sebuah rumah, ada hamba-hamba melayani, waktu tuannya datang, tiba-tiba tuannya mengatakan “semua budak kumpul, duduk di meja makan”, lalu semua budak mulai duduk di meja makan, tuannya mulai potong-potong daging, masak, kemudian sajikan ke budak-budaknya. Setelah itu tuannya sapu-sapu, beres-beres, cuci piring, kira-kira pemandangan seperti ini bisa ditemukan dimana? Kalau menurut Tuhan Yesus, di kerajaan akhir nanti. Ayat 37 “berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya”, ia adalah tuannya. Tuannya akan mengikat pinggangnya dan mempersilahkan mereka, mereka adalah budak, duduk makan dan ia (tuan) akan datang melayani mereka (budak). Mengapa budak dilayani? Inilah janji Tuhan. Tuhan bahkan mengatakan “kalau engkau melayani Kerajaan Allah, Aku pun akan menyediakan sukacita bagimu”. Bukan berarti Tuhan menjadi pelayan dan kita menjadi tuan, kita tetap budak, Dia tetap Tuan. Tapi Dia Tuan yang rela melayani kita yang budak. Ini sukacita menggabungkan beberapa hal, yang pertama menggabungkan relasi. Ada tuan yang begitu memperhatikan kita sehingga rela merendahkan diri untuk memberikan bahagia ke kita. Lalu yang kedua, di sini juga ada relasi yang setara, meskipun Dia juga Pemimpin dan Kepala, Dia rela sama dengan kita. Lalu yang ketiga, di sini ada bahagia, kita diberikan makanan. Makan itu simbol bahagia, itu sebabnya makan berkait dengan bahagia dan saat tenang. Saudara kalau istirahat makan siang, tidak mungkin makan sambil kerja, kalau makan sambil kerja berarti deadline sudah dekat dan Saudara kurang bertanggung jawab di dalam waktu. Orang kalau makan sambil kerja itu bukan berarti overload, tapi karena salah manajemen waktu. Maka makan adalah keadaan tenang, apalagi kalau perang, tidak mungkin perang sambil makan. Jadi keadaan makan ini penggambaran keadaan sukacita, keadaan akhir yang Tuhan janjikan. Dan ini bahagia yang Tuhan akan berikan kepada kita. Maka inilah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus “kamu harus siap sedia”. Tapi jangan takut, keadaan siap sedia ini akan memberikan berkat besar, pada waktu Tuhan datang, Dia akan jalin relasi dengan engkau, memberikan apa yang engkau perlu, bahkan melayani engkau demi sukacitamu.
Tapi yang harus dilakukan adalah jagalah pekerjaan ini, berhati-hatilah. Sama seperti engkau menjaga harta di dunia, demikian engkau harus menjaga panggilan di dalam Kerajaan Sorga. Tuhan Yesus memberi contoh, kalau engkau tahu pencuri datang kapan, engkau tidak perlu jaga-jaga setiap saat. Tapi Tuhan akan minta pertanggungan jawab itu di saat yang kita tidak tahu kapan. Maka kita harus senantiasa menjaga hidup dan panggilan di dalam Kerajaan Tuhan karena kita tidak tahu kapan Tuhan akan datang. Sama seperti orang dunia tidak tahu kapan pencuri akan datang. Maka di sini ada perbadingan yang indah antara bagian ini dengan sebelumnya. Saudara kalau punya harta, pasti dijaga baik-baik. Orang kalau sering lupa mengunci rumah, itu tandanya di dalam rumahnya tidak ada apa-apa, kecuali dia secara psikologis rumit, dia sengaja buka pintu untuk membuat pencuri pikir di dalam tidak ada apa-apa, padahal di dalam justru ada apa-apa. Maka kalau Saudara punya harta, akan kunci baik-baik. Kita amankan harta kita karena kita tahu harus kita jaga dan kita tidak tahu kapan pencuri akan datang. Tidak ada pencuri yang kasi pengumuman. Maka Tuhan Yesus mengatakan kalau untuk harta dunia kamu jaga begitu hebat, sekarang untuk harta sorgawi apakah kamu akan kerjakan dengan longgar? Harusnya tidak longgar, engkau akan dengan penuh waspada jaga, karena tahu kalau Tuan datang, Dia akan minta pertanggung-jawaban. Dan saya tidak tahu kapan Dia akan datang, saya harus bersiap sedia kapan pun”. Kalau Tuhan Yesus datang sore ini, bisakah kita mengatakan “Tuhan, datang saja. Saya sudah siapkan, saya sudah kerja apa yang saya bisa”. Mengerikan sekali kalau kita belum kerja apa-apa, lalu kita undang Dia datang. Perkataan Paulus “oh Tuhan, datanglah segera”, apakah kita berani bilang seperti itu? Maka dikatakan di sini hidup sebagaimana seharusnya, sehingga kapan pun Tuhanmu datang, engkau sudah siap. Kiranya ini menjadi berkat untuk kita mempertanggung-jawabkan panggilan Tuhan di bumi ini, mengerjakan panggilan sorga sesuai kehendak Tuhan dan mengetahui Dia menyediakan semuanya, Dia mencukupkan semuanya dan Dia memimpin di depan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)