Yang menjadi saksi apakah hanya para murid yang melihat Yesus langsung? Bukan, tetapi semua orang yang menerima kesaksian para murid juga menjadi saksi. Dari mana saya tahu hal ini? dari ayat 49, Yesus mengirimkan apa yang dijanjikan dari Bapa yaitu Roh Kudus. Dan Roh Kudus membuat pengalaman para murid menjadi pengalaman langsung kita juga. Ini doktrin Roh Kudus yang penting untuk kita pahami. Roh Kudus membuat kehadiran pengalaman real dari satu kepada yang lain. Apa yang dialami Kristus, kita alami dengan real karena kehadiran Roh Kudus. Maka pengalaman para murid di abad pertama melihat Yesus bangkit akan disatukan dengan pengalaman kita melalui Roh Kudus. Karena ada Roh Kudus dalam diri kita maka kita adalah saksi yang sama dengan para murid di abad pertama. Kalau begitu kita pun punya mulut yang dikhususkan untuk Kristus, kita punya mulut yang dikuduskan untuk Tuhan kita. Mulai hari ini harap ingat dengan baik, mulai hari ini kita khususkan mulut kita hanya untuk hal yang menyatakan Injil Kristus dan apa pun yang menunjang hal itu. Jangan lagi keluarkan kalimat yang tidak penting, jangan lagi berbicara tanpa berpikir. Jangan jadikan mulut sekedar luapan untuk hati. Yesus pernah mengatakan kalau dari hatimu keluar yang jahat, lalu keluar dari mulutmu, maka kamu adalah orang yang akan dikutuk, diharamkan, dijadikan najis. Perkataan Yesus ini penting. Contohnya Saudara makan daging babi, masuk ke dalam perut, jadi najis? Tidak. Saya tertarik dengan perkataan satu orang yang punya panggilan untuk menginjili orang-orang Sunda, dia mengatakan “jika Paulus mengatakan: aku tidak akan makan daging lagi untuk memenangkan orang”, orang Kristen juga harus belajar untuk tidak makan makanan yang diharamkan untuk memenangkan orang lain. Kita harus belajar hal ini, menganggap apa yang menjadi bagian yang masuk ke dalam badan saya bukan hal yang penting. Tapi kalau makanan itu akan menyusahkan orang dan menjatuhkan orang lain, kita mesti menahan dari memakan apa pun yang membuat pelayanan kita tidak efektif. Orang sering salah mengerti bahwa saya adalah orang yang sangat senang makan babi. Saya tidak punya makanan favorit, saya bukan tipe orang yang punya keinginan harus makan ini atau itu, apa pun boleh makanya gemuk. Kalau di rumah cuma ada tempe, itu tidak masalah. Kita mesti melatih diri untuk tidak dikuasai oleh keinginan yang tidak terlalu penting, “saya sangat ini” lalu kejar. Saya tidak mengerti orang yang mengatakan “saya sudah kangen, ingin ke daerah ini, ingin coba makanan ini”, saya tidak ada keinginan untuk coba apa pun, pokoknya ada makanan apa, itu yang saya makan. Ini nasihat yang penting, kamu orang Kristen jangan terlalu bangga dengan kebebasan makananmu kalau itu akan menjatuhkan orang Islam. Orang Islam melihat orang yang sembarangan makan itu sebagai orang yang tidak punya kontrol diri, apa pun kamu makan. Yesus mengatakan “jangan hakimi orang karena makanannya”, bukan Yesus menyarankan kamu makan apa pun. Yesus seumur hidup tidak pernah makan babi, bukan berarti kita tidak boleh. Tapi Saudara dan saya harus mengetahui bahwa makanan bukan segalanya, jangan mendedikasikan hidup hanya untuk makanan. Maka kita harus khususkan mulut kita seperti orang Yahudi mengkhususkan mulutnya waktu mereka makan. Mulut saya adalah bagian dari tubuh yang menjadi milik Tuhan, maka mulut saya tidak boleh sama dengan mulut-mulut orang kafir. Kalau mereka makan semuanya, saya tidak akan ikut makan. Tapi sekarang bagi Tuhan tidak boleh ada orang yang dicap kafir, karena sekarang sama-sama kafir.