(Lukas 12: 13-21)
Bagian ini Yesus menunjukan DiriNya sebagai Sang Guru Hikmat, Sang Pengajar, atau bisa kita katakan Dia menjalankan fungsi nabi di dalam bagian ini. Sehingga ketika ada orang mengatakan “Guru, saudaraku curang, licik, ambil warisan yang harusnya dibagi ke saya juga”, pada waktu itu Yesus mengatakan “Aku bukan hakimmu, Aku tidak harus putuskan untuk kamu, Aku tidak dipanggil untuk itu”. Yesus adalah hakim seluruh dunia, tapi itu terjadi pada kedatanganNya yang kedua. Pada waktu kedatanganNya yang pertama, Dia datang sebagai seorang Guru, seorang Nabi dan seorang Imam. Nabi yang mengajarkan hikmat, Imam yang akan membawa persembahan yaitu tubuhNya sendiri kepada Tuhan. Jadi Dia datang sebagai Nabi dan mengajar umat, dan nabi mengajar dua hal. Yang pertama, mereka mengajar nubuat, nubuat tidak berarti harus menceritakan apa yang akan terjadi 10 atau 20 tahun dari sekarang, meskipun itu bagian dari nubuat, menceritakan bahwa suatu saat Israel akan dibuang, 100 tahun lagi akan muncul raja, membebaskan dan lain-lain, itu masuk dalam nubuat. Tapi teguran, suara yang menegur dosa itu juga fungsi dari nabi. Sehingga seorang nabi mempunyai tugas utama untuk menegur kebobrokan, Dia akan berteriak dengan keras dan menyatakan kesalahan dari umat. Jadi ini tugas pertama, dia akan bernubuat, dia akan berseru kalau ada yang salah, dan itu yang Yesus lakukan di bagian sebelumnya. Dia mengatakan di pasal 11 “celakalah kamu hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi”, ini fungsi nabi. Pada bagian ini Dia melakukan hal yang kedua yaitu mengajar hikmat. Seorang nabi selain bernubuat juga mengajar hikmat, seorang nabi selain menegur dosa juga memberitahukan apa yang harus dikerjakan oleh umat Tuhan. Maka pada bagian ini Yesus menjadi seorang Guru yang mengajarkan kepada umat Tuhan bagaimana harus hidup. Dan sebagaimana umumnya kitab hikmat di dalam Perjanjian Lama, Yesus menegur keserakahan dan kecintaan akan harta.
Keserakahan dan kecintaan akan harta ini penyakit yang ada pada manusia, bukan hanya pada orang kaya, tapi juga pada orang miskin. Orang ketika merasa kurang, lalu menghina atau menghujat Tuhan karena keadaan yang kurang atau mengasihani diri karena keadaan yang kurang atau merasa boleh korupsi atau mencuri karena kurang, itu orang yang cinta harta. Orang yang sudah punya banyak, ingin lebih lagi, itu juga orang yang cinta harta. Itu sebabnya Alkitab memberikan peringatan yang keras, waspadalah terhadap segala mamon, waspadalah terhadap segala ketamakan, jangan serakah, jangan menginginkan harta dengan cara berdosa. Ini yang Yesus ajarkan pada bagian ini setelah ada kasus seseorang mengatakan “saya mendapat bagian yang tidak semestinya, tolong bela saya, tolong bilang ke saudara saya bahwa dia tidak adil. Saya rugi, saya perlu uang dari bagian yang dia sudah ambil”. Tapi Yesus tegur orang yang dirugikan ini, orang ini pasti merasa tidak enak “saya datang sebagai korban, mengapa Engkau tegur saya, mengapa Engkau tidak tegur saudaraku? Bukankah saudaraku yang lebih perlu, bukankah dia lebih perlu teguran jangan serakah. Dia ambil bagian saya dan dia tidak pikirkan saya”. Kemungkinan besar orang ini adalah bungsu, dimana di dalam peraturan Yahudi di dalam Taurat, harta dua bagian lebih banyak akan diberikan kepada yang sulung. Lalu yang bungsu merasa dirinya kurang, kemudian coba tanya kepada kakaknya, “mengapa engkau tidak mau berbagi?”, kakakknya mengatakan “saya anak sulung, ini bagian saya, saya dapat dua kali lebih banyak dari kamu. Kamu bungsu, cukupkan dirimu dengan apa yang ada”. Ini menjadi satu ketidakadilan, lalu dia tanya ke Tuhan Yesus “bagaimana, masa peraturan Taurat membuat saya kurang?”. Banyak sekali orang punya mental victim “saya korban pemerintahan yang korup, saya korban dari orang tua yang tidak beres, saya korban dari kakak yang serakah, saya korban dari lingkungan yang jahat”, tapi tidak ada seorang pun, kecuali dia dikoreksi oleh Roh Kudus, merasa dirinya adalah penyakit bagi orang lain. Kita tidak sadar kalau kita orang berdosa, kita tidak sadar kalau kita pun ada problem yang perlu diperbaiki. Kita terlalu peka lihat problem orang lain, kita tidak bisa lihat problem yang ada pada diri sendiri. Ini sebabnya Yesus menegur dia lalu mengatakan “hati-hati terhadap keserakahan”, orang itu kaget “saya kok dibilang serakah, bukankah kakakku yang serakah, mengapa saya yang kena?”, karena kamu ingin bagian orang lain karena engkau rasa kurang. Mengapa kita rasa kurang? Apakah benar kita kurang? Di dalam bagian selanjutnya Yesus mengatakan “burung dan juga bunga di padang, Tuhan pelihara. Tidak ada satu pun dari mereka punya simpanan”. Jadi hal pertama yang Tuhan Yesus tegur adalah yang umumnya ditegur oleh kitab hikmat yaitu keserakahan terhadap harta. Yang kedua, yang Tuhan Yesus tegur adalah kesalahan memahami waktu, ini pun bagian hikmat dari orang Yahudi. Salah memahami waktu, seolah-olah waktu ada di tangan kita. Yang ada di tangan Saudara itu jam tangan bukan waktu, Saudara bisa mundurkan jam tangan satu jam, waktu tetap tidak mundur satu jam, dan saya tidak percaya ada orang punya alat seperti itu yang jamnya dimundurkan dan waktu benar-benar mundur, tidak ada. Lalu ketiga adalah merasa hidup itu milik sendiri. Ini pun kesalahan orang berdosa, orang bodoh kalau menurut kitab hikmat. Tuhan Yesus menegur dengan lebih tajam, Dia memberikan suatu contoh, di dalam ayat 16 dikatakan ada seorang kaya yang tanahnya berlimpah-limpah hasilnya, begitu berlimpah sampai dia tidak siapkan lumbung untuk hartanya. Berarti dalam perhitungan dia dan berdasarkan pengalamannya, harta yang akan dia dapat hanya cukup untuk lumbung yang dia sediakan. Tapi ternyata panennya luar biasa, melebihi harapannya “ternyata panenku banyak sekali, terlalu banyaknya sampai lumbungku tidak cukup”, lalu mesti bagaimana? Dia buat banyak penyimpanan baru lalu stok lumbung itu dengan gandum yang banyak sekali, yang melebihi harapan dia. Biasanya untung 5 ton, sekarang 15 ton “saya mesti bikin 3 tempat baru untuk simpan gandum ini, puji Tuhan”. Sudah bilang puji Tuhan lalu berpikir “untuk apa ya harta ini? Mengapa mendadak Tuhan ijinkan saya dapat banyak?”, dia mulai berpikir “ini untuk menenangkan saya, ini untuk membuat saya bisa tepuk dada dan mengatakan: hai jiwaku, hai aku, ada banyak harta untuk engkau, tenang, berbaring, istirahat, tahun-tahun depan santai, tahun-tahun depan penuh kesenangan. Karena harta yang banyak untuk tahun-tahun ke depan sudah diberikan”. Jadi orang ini mengasumsikan hidupnya milik dia, dia bisa hidup berapa puluh tahun itu milik dia, ini bodoh sekali. Maka cerita ini menjadi cerita contoh orang bodoh. Dan Yesus mengatakan “inilah orang bodoh, yaitu dia yang merasa jiwa milik dia, harta milik dia, yang merasa waktu milik dia”.
Mengklaim dengan mulut itu mudah, tinggal bilang apa susahnya “oh Tuhan, hidupku milikMu. Segala yang saya miliki adalah milikMu”. Tapi begitu Tuhan berikan ujian, baru tahu mulut itu tidak sama dengan hati dan kerelaan. Petrus dengan mudah mengatakan “saya rela mati bagiMu. Yang lain lari, saya tidak. Yang lain lari, saya akan bertarung sampai mati. Tuhan Yesus mengatakan “sebelum ayam berkokok 3 kali, kamu sudah sangkal Aku 3 kali. Sebelum ayam berkokok, kamu sudah jatuh. Sebelum hari berganti, ucapanmu sudah runtuh”, ini benar-benar mengejutkan. Ini gambaran untuk kita semua. Kita kalau baca Petrus langsung geleng-geleng “Petrus, Petrus, saya kira kamu hebat, ternyata kamu cuma segini saja”, karena kita terbiasa membaca sebagai penonton. Alkitab tidak mau kita jadi penonton, Alkitab mau kita jadi pelaku. Alkitab tidak mau kita jadi penghakim yang lihat dari luar, Alkitab mau ini jadi cermin. Kita melihat diri kita di dalam Petrus, kita tahu kita ada di situ, kita sama bobroknya dengan dia. Maka waspada terhadap kelemahan yang kita miliki, mari jaga diri baik-baik. Karena iblis kalau mau menyerang itu halusnya luar biasa, Saudara tidak mungkin bisa lihat dia datang kecuali punya kepekaan sorgawi. Saudara tidak mungkin lihat tipu dayanya, kecuali Saudara sudah diperlengkapi dengan firman dan hikmat Tuhan, tipu dayanya halusnya bukan main. Dan salah satu cara Saudara bisa waspada adalah baca Alkitab, lihat kelemahan orang di dalam Alkitab dan tahu “itu saya. Kalau saya tidak waspada, saya akan jadi seperti itu”. Banyak kali kita mengklaim sesuatu yang indah, begitu muluk, begitu berani, padahal pada faktanya kita begitu lemah dan gampang jatuh. Maka hal pertama yang harus diwaspadai adalah “apakah saya siap kalau hidup saya jadi milik Tuhan”. Banyak orang tidak siap, banyak orang mengatakan “hidup saya milik Tuhan”, hanya di mulut. Ketika Tuhan memimpin, saya mungkin tidak setuju terhadap pimpinanNya. Waktu Tuhan tunjukan jalan, mungkin saya akan tutup jalan itu lalu buka fatamorgana untuk jalani sendiri. Saya tidak mau jalan Tuhan karena itu tidak menyenangkan saya. Ini pengertian Alkitab yang seringkali terjadi berulang-ulang, “cara Tuhan bukan cara saya. “Tuhan, berikan saya hidup kekal. Terima kasih”, sudah hanya sampai di situ, selesai. “Saya sudah punya kepastian hidup kekal dan saya berterima kasih”, setelah itu selesai. “Relasi kita berhenti sampai nanti saya bertemu dengan Engkau di sorga”. Ini adalah pemberontakan yang kita tidak sadari ada di dalam diri kita. “Saya mau sebagian dari Tuhan, tapi saya tidak mau seluruh Tuhan. Saya mau sebagian kecil dari hidup saya menjadi milik Dia, tapi saya tidak seluruh bagian hidup saya menjadi milik Dia”. Inilah yang sering kita lakukan. Di hadapan Tuhan kita sering melakukan “Tuhan, jadilah penyelamatku tapi tidak perlu jadi Tuhanku”. Tapi di dalam Kitab Suci jelas sekali dikatakan Dia bukan hanya Soter, Dia bukan hanya Juruselamat, Dia juga adalah Kirios, Dia adalah Tuhan yang berhak menentukan apa pun dalam hidup. Alkitab mencatat dengan sangat ekstrim, Tuhan bukan cuma memiliki hidup, Tuhan juga yang menentukan mati setiap orang. Jadi mari kita rendah hati. Jangan bilang “saya mau dapat bukti yang tuntas tentang Allah, baru saya mau percaya kepad Allah”. Kalau Saudara dapat bukti tuntas tentang sesuatu, sesuatu itu tidak mungkin Tuhan, karena Tuhan melampaui sesuatu, melampaui kriteria, melampaui kemampuan kita berpikir. Maka Jean Luc Marion melihat Keluaran 3 dan dia senang sekali, waktu Musa bertanya “siapa namaMu?”, “Ehyeh asher Ehyeh”, Aku adalah Aku, I am who I am, I am what I am, I shall be what I shall be. Maka banyak orang salah mengatakan Yahweh itu nama personalnya Tuhan, yang beri nama siapa? Nama personal Tuhan itu tidak ada, seluruh nama Tuhan menjelaskan sebagian karakter Tuhan tapi tidak seluruhnya, karena itu Dia punya banyak nama. Sebabnya itu Jean Luc Marion menyelidiki dan mengatakan “benar, Tuhan bukan ada, Tuhan penyebab ada. Tuhan tidak bisa dikurung di dalam ada, kalau kita kurung Dia di dalam ada, maka kita sedang menyembah berhala”. Penciptaan itu adalah cara Tuhan menularkan kemuliaanNya di dalam level ciptaan. Dan karena kemuliaanNya tidak terbatas, maka ciptaan pun harus seperti tidak terbatas. Jadi ciptaan adalah pernyataan kemuliaan Tuhan dan Tuhan begitu mulia sehingga space begitu luas, galaksi tidak terhitung, jumlah bintang yang besar begitu banyak dan matahari begitu kerdil, bumi begitu nothing sehingga kita tahu Allah yang mulia melampaui apa pun. Tuhan ciptakan space sebesar ini? karena Dia besar. Mengapa ciptakan space semulia ini? Karena Tuham mulia dan tidak mungkin cuma tata surya mengadopsi kemuliaan Dia. Kemuliaan Tuhan tidak terbatas, hanya mungkin diadopsi oleh space yang sepertinya juga tidak terbatas. Maka Tuhan yang menciptakan segala sesuatu mengklaim tidak ada satu inchi pun yang bukan milik Tuhan. Ini klaim besar sekali. Maka Yesus yang sama, yang mengklaim seluruh alam semesta milik Dia, sekarang menyatakan kepada kita lalu mengatakan “Aku rela mati untuk menebus hidupmu”, ini kalimat luar biasa besar. Mengapa Tuhan Yesus memiliki hidup Saudara? By right of creation, Dia memiliki hak penuh. Dengan hak sebagai Pencipta, Dia memiliki hak penuh atas hidup Saudara, setiap inti, setiap detik adalah milik Dia. Yesus tidak ambil hidup Saudara by authority sebagai Pencipta, Yesus ambil hidup Saudara by love. Dia mengatakan “Aku mati bagimu dan sekarang Aku boleh bertahta atas hidupmu”.
Dalam bacaan kita, orang kaya itu mengatakan “saya akanmenikmati harta saya”, Tuhan mengatakan “sampai kapan?”, “sampai bertahun-tahun hai jiwaku, generasi demi generasi akan menikmati harta ini”, lalu Tuhan bilang “salah, malam ini engkau mati, untuk siapa harta itu?”. Maka kita masuk yang kedua, waktu itu bukan milik kita. Hidup bukan milikmu, kedua waktu pun bukan milikmu, ini hikmat dari orang Ibrani. Orang Ibrani selalu diingatkan bahwa hidup itu pendek, hidup itu seperti uap. Kalau hidup pendek dan hanya seperti uap, pilih apa yang paling berguna untuk kemuliaan Kerajaan Allah. Ini mesti kita pikirkan baik-baik, apa yang saya lakukan dalam hidup harus dilakukan kejar-mengejar dengan waktu. Mari berlomba dengan waktu. Waktu hidup kita, kita tidak tahu, jangan sampai seperti orang kaya ini, sudah rencanakan tahun-tahun ke depan, tapi malamnya Tuhan sudah panggil, dan hidupnya habis begitu saja. Bayangkan jawaban apa yang akan kita ucapkan di hadapan Tuhan, ketika Tuhan bertanya “what have you done with your live? Apa yang sudah kamu buat dengan hidup yang Aku inveskan kepadamu, yang Aku berikan kepadamu untuk kamu pertanggung-jawabkan kepadaKu”. Hidup bukan milik kita, dari Tuhan. Hidup bukan milik kita, ditebus oleh Kristus. Hidup bukan milik kita, diminta dengan lemah lembut oleh Kristus untuk menjadi milik Dia. Dan ketika kita sampai dalam tahap pengadilan Tuhan, Tuhan akan memulai pengadilan dari umatNya. Ini dikatakan oleh Paulus, penghakiman dimulai dari rumah Tuhan dan Tuhan akan tanya “apa yang kamu sudah lakukan dengan hidup yang Aku berikan kepadamu?”. Jangan sampai Saudara tidak punya bahan untuk ngomong waktu itu, karena waktu itu ngecap tidak ada gunanya. Tuhan tidak tanya Saudara sudah hasilkan apa, berapa produktif, yang Tuhan tanya adalah motivasi waktu kerjakan itu, itu untuk siapa. Apa pun yang Saudara kerjakan bukan untuk Tuhan, Tuhan tidak akan perhitungkan, meskipun itu untuk dipakai Tuhan. Saudara kotbah, penginjilan pun kalau tidak dikerjakan dengan motivasi untuk Tuhan, tidak akan diperhitungkan. Bermanfaat, tapi nothing bagi kita di hadapan tahta pengadilan Tuhan. Maka ini hal kedua yang harus kita pikir, hidup yang pendek.
Hal ketiga yang harus kita pikir adalah harta bukan milik kita. Harta adalah kepercayaan Tuhan untuk kita kelola. Itu sebabnya Saudara harus tahu satu hal tentang ilmu ekonomi. Saya yakin sekali ilmu ekonomi itu ilmu yang sangat suci tapi sudah banyak dihancurkan oleh manusia. Ekonomi adalah cara mempertanggung-jawabkan sesuatu yang bukan milik kita. Ilmu ekonomi berkembang ketika orang-orang zaman modern mulai meninggalkan cara lama yaitu merkantilisme. Orang dulu mengatakan “kalau saya punya harta, saya harus perbesar dengan kemungkinan caplok harta orang lain. Saya jajah banyak sekali negara untuk menambah pundi-pundi persediaan emas dari negara saya”, ini cara dulu. Tapi Adam Smith mengatakan “tidak, harta ini milik kita semua dan harus dimaksimalkan untuk kita semua”. Jadi negara harus bisa berdagang dengan negara lain, dengan cara yang saling menguntungkan. Perdagangan harus saling menguntungkan, kalau tidak itu menyalahi prinsip keadilan. Maka dari situ mulai muncul semua jenis teori yang membuat aset dan juga harta yang tetap itu bisa dimaksimalkan untuk kepentingan banyak orang, ini ilmu ekonomi yang sejati, yaitu bagaimana memperlakukan harta bukan sebagai milik saya, tapi milik bersama. Jadi nilai uang Saudara pun tidak ditentukan oleh Saudara, ditentukan oleh komunal. Ini menunjukan apa yang dikatakan Alkitab di awal itu benar, semua itu milik Tuhan dan kita dipercayakan untuk kelola. Saudara sekarang punya uang, Tuhan mau Saudara kelola. Bagian selanjutnya menyatakan pengelolaan harus berguna bagi komunal. Hidup kita milik Tuhan, waktu kita milik Tuhan, harta kita milik Tuhan. Ketiga hal ini harus dipertanggung-jawabkan kepada Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati dan menolong kita menjalankan firmanNya.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)