Pada tahun 1735 Charles dan John Wesley melakukan perjalanan misi ke Georgia, Amerika untuk membawa berita Injil kepada orang Indian Amerika. Mereka berangkat dari Inggris dengan semangat dan bersukacita. Namun misi tersebut tidak berhasil karena banyak orang Indian menolak Injil, dan sayangnya pemerintah Georgia tidak medukung mereka di dalam pelayanan. Sepulangnya dari Amerika, timbul keraguan dalam hati mereka, “Mengapa banyak yang menolak kasih Tuhan?”. Dan bertanya, “Apakah mereka sendiri pernah merasakan kasih Tuhan itu?”. Lalu mereka berkesimpulan dengan pahit bahwa, ”Kami pergi ke Amerika untuk mempertobatkan orang Indian, tetapi siapakah yang akan mempertobatkan kami?”
Tetapi Tuhan memelihara Charles dan John Wesley karena ketika mereka tiba di Inggris, mereka dijangkau oleh anggota gereja Moravian. Jemaat gereja itu mendorong kedua bersaudara ini untuk ikut dalam kebaktian dan persekutuan di dalam gereja. Pada abad ke-18, gereja Moravian adalah gereja Protestan pertama yang melakukan penginjilan secara masal dan melakukan pengutusan ke banyak tempat. Gereja ini begitu giat memberitakan injil dengan kasih dan dengan secara ketat mempelajari Firman Tuhan.
Peter Bohler, seorang Jerman, adalah pemimpin gereja Moravian dimana kedua bersaudara itu berbakti, ia melihat pergumulan iman Charles dan John Wesley. Lalu di sela-sela pelayanannya Peter Bohler mengundang Charles untuk mengajarkan kepadanya bahasa Inggris. Lalu lewat interaksi yang intensif inilah sedikit demi sedikit Charles dan John mendapatkan pengajaran Firman dan bimbingan dari Peter Bohler.
Pada tahun 1738, Charles Wesley menderita sakit paru-paru yang akut, ia hanya dapat terbaring di atas tempat tidur dan beristirahat. Namun jemaat gereja terus melawat Charles, membacakan Firman Tuhan dan menyanyi bersama. Lewat kehangatan kasih itulah Charles sadar akan kasih Tuhan yang tidak layak ia terima, tetapi tidak bisa ia tolak. Fakta ini menjawab pergumulan pribadinya tentang kegagalan misinya. Lalu beberapa hari kemudian, pada tanggal 21 Mei 1738, ketika ia pulih dari sakit penyakitnya, Charles bertobat dan kembali kepada Tuhan.
Himne “Walau Seribu Lidahku” ini adalah himne yang selalu ada dengan nomor urut pertama dalam setiap buku himne metodis, padahal Charles sendiri menciptakan lebih daru 6000 himne. Himne ini diciptakan satu tahun setelah pertobatannya, di dalamnya ia mengutip kata-kata Peter Bohler, ”Jika aku memiliki ribuan lidah, aku akan memuji-Nya dengan setiap lidahku”, Kita tidak layak, namun kasih Tuhan melayakan kita. Karena itu mari kita gunakan setiap bagian dari kehidupan kita untuk memuji dan memuliakan Tuhan.