Lagu ini diciptakan oleh Emily Elliot pada pertengahan abad ke-19 di Inggris. Sebagai anak gembala sidang gereja St. Mark di Brighton, Emily ikut melayani Tuhan bersama gerejanya di panti-panti asuhan dan pelayanan anak-anak. Pada tahun 1864, ia mempublikasikan buku Christmas Carols untuk sekolah minggu dan di dalamnya terdapat lagu “Thou Didst Leave Thy Throne“. Dalam melodi lagu ini, kita dapat melihat sebuah kontras yang sangat besar dari badan lagunya dengan refrain lagu ini, baik secara melodi dan secara lirik.
Di bagian pertama dari lagu ini, digunakanlah beberapa kali nada fi [4#] (yaitu fa dengan kres/naik setengah dari tangga nada aslinya), dan ketika menyanyikan lagu ini di bagian-bagian tersebut, terasa janggal dan miring, terutama di bagian “tiadalah tempat yang lega“. Hal ini untuk menekankan “kejanggalan” yang ada di dunia, ketika hari kelahiran Tuhan, seluruh manusia menolak dia. Namun ketika kita masuk ke dalam refrainnya, musik dimainkan dengan melodi yang indah dan mengajak kita untuk membuka hati kepada Tuhan.
Lirik dari badan lagu ini dari ayat 1 sampai 4 melambangkan perjalanan Kristus secara komplit, dari ayat 1 dan 2 yang menceritakan kelahiran-Nya, menyatakan tiada tempat baginya di dunia, manusia menolak dia (Lukas 2:7), tetapi malaikat menyatakan kemuliaan-Nya (Lukas 2:10-14). Di ayat 3 kita melihat ketika perjalanan pelayanan Tuhan Yesus selama 3,5 tahun di dunia dimana ia tidak memiliki tempat untuk meletakan KepalaNya (Matius 8:20). Namun kita lanjutkan di ayat 4 menyatakan penolakanNya yang berakhir di Kalvari. Dan di tengah semua itu, tertera respons kita yang membuka hati kita menjadi tempat bagi Tuhan Yesus sang manusia yang penuh kesengsaraan itu (Yesaya 53:3).
Tetapi di ayat ke 5, menceritakan Kristus yang datang kedua kali, dan kali ini bukan kita yang mempersiapkan tempat bagi Tuhan namun Tuhan yang mempersiapkan tempat bagi kita di Zion yang baru itu. Oh alangkah besar kasih Tuhan kepada kita, Ia telah berinkarnasi, mati dan dibangkitkan, serta menyambut kita masuk ke sorga.