Tidakkah kita getir melihat dunia merayakan Natal di zaman ini? Sejak akhir November dunia menunggu dan mempersiapkan diri untuk Natal. Di tengah-tengah alunan lagu Sinterklas dan Rudolph, sang rusa kutub, semarak di telinga kita, lalu mal besar meluncurkan acara dengan tema-tema klise tentang Natal sembari berbelanja dengan diskon besar yang menggoda kita untuk hidup di dalam kubang hedonisme? Inikah yang dunia nantikan tentang Natal?
Terpecah, terberai, hancur lebur, dan hampir punah, sebuah bangsa yang begitu dicintai Allah sedang mengalami masa pembuangan. Di manakah bangsa Israel itu? Kota Yerusalem dengan bentengnya yang megah itu telah menjadi puing dan bersisakan batu-batu saja. Bait suci yang mempertemukan Allah dengan jemaat-Nya telah hancur dan ternoda. Penghuninya tua renta, sakit penyakit memusnahkan mereka satu demi satu. Teruna-teruna terbaiknya membangun tahta penjajahnya, sisanya diperbudak kerja paksa hingga tetes darah terakhir. Gadis-gadisnya dijadikan objek penghibur para penjajah, dan bayi yang dikandungnya harus terlahir tanpa mengenal Allah, sisanya diperkosa dan dibiarkan menderita. Dengan asimilasi dan akulturasi, bangsa Israel sedang berjalan menuju kepunahan.
Lalu terdengarlah suara-suara yang datang dari Allah lewat perantaraan nabi-nabi-Nya, memberikan pengharapan, kelepasan, kemerdekaan, dan kemenangan, Allah berkata, “Bangsa yang berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar”, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; …”, ”… namanya disebutkan orang Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”,dan namanya Immanuel, artinya Allah beserta kita.
Oh, alangkah indahnya janji yang Tuhan berikan kepada bangsa Israel di tengah penderitaan mereka! Mereka merindukan hari kelahiran Messias yang dijanjikan dan berharap kedatangan-Nya segera! Mereka merindukan hari keda-tangan Messias yaitu hari NATAL.
Ya, Kristus telah datang ke dunia, dan lagu ciptaan Charles Wesley berjudul “Come, Thou Long-Expected Jesus” mengingatkan kita mengenai satu kerinduan kepada Juruslamat yang bukan menyelamatkan orang Israel saja dari perbudakan fisik, namun menyelamatkan dunia ini dari perbudakan dosa.
Dunia memang mengharapkan Natal, tetapi mereka tidak mengharapkan berita Natal yang sejati, mereka lebih suka hidup dalam kenikmatan dosa, sehingga dunia sedang berjalan menuju pemusnahan yang kekal. Bagaimanakah dengan kita? Maukah kita memberitakan kabar pengharapan ini kepada dunia? Pakailah kesempatan Natal untuk mengabarkan Injil supaya mereka bertobat dan menerima Natal, yaitu kedatangan Kristus, di dalam kehidupan mereka.