Apa yang senang kita pandangi di dalam hidup keseharian kita? Ada orang-orang yang adalah budak nafsu yang senang memandangi gambar-gambar yang tidak senonoh. Ada orang-orang yang adalah budak uang yang senang memandangi uang atau jumlah rekening di buku ta-bungannya. Ada anak-anak muda yang senang memandangi tokoh idola- nya yang ganteng atau cantik. Ada juga yang senang memandangi produk-produk terbaru dari jenis barang yang disukainya. Dan juga ada yang ge-mar memandangi refleksi dirinya di dalam cermin. Hal-hal yang kita pan-dangi ada yang wajar untuk dipandang dan dinikmati dengan sewajarnya, tapi ada juga yang sama sekali tidak layak untuk dipandang. Namun yang pasti, segala hal yang memikat pandangan kita itu memanifestasikan apa yang menjadi ketertarikan hati kita.
Marilah kita untuk sejenak mengalihkan pandangan kita dari hal-hal tersebut dan memandang Salib Raja kita, Tuhan Yesus Kristus: di sana-lah Sang Anak Allah tersalib. Apakah ini pandangan yang mengenakkan? Di satu sisi, tidak. Siapa yang senang melihat tubuh yang terluka, wajah yang rusak, atau kepala yang berdarah? Tapi jangan tutup matamu! Teta-plah pandangi salib itu! Biarkan pemandangan itu berkata-kata kepada jiwamu. Pemandangan itu sedang mengatakan bahwa terlukanya tubuh Kristus adalah luka-luka borok di dalam hatimu, rusaknya wajah Kristus adalah kerusakan gambar Allah di dalam dirimu, dan darah di kepala Kristus adalah kebobrokan pikiranmu. Jangan kabur dari dirimu sendiri! Tetaplah pandangi salib itu! Di dalam salib itu ada kenyataan yang pahit tentang dirimu yang berdosa, dirimu yang hina, dirimu yang layak dibuang dari hadirat Allah.
Tetaplah pandangi salib itu. Perlahan, kepahitan realita hidup kita yang ditelanjangi oleh salib itu menjadi sesuatu yang manis, bahkan hal termanis di dalam hidupmu. Di dalam salib, engkau diterima se-bagaimana adanya. Di dalam salib, engkau diampuni dari segala dosamu. Di dalam salib, hatimu diobati sehingga gambar Allah di dalam dirimu bisa pulih. Tetaplah pandangi salib itu dan engkau akan tersenyum. Di dalam salib itu engkau sekarang menemukan senyuman Allah. Ada tangan yang terbuka yang menyambut engkau sebagai anak. Ada kesembuhan dari setiap kebiasaan berdosa yang sudah begitu membelenggu hidup kita. Tetaplah pandangi salib itu.
Charles Wesley, pencipta lirik lagu “When I Survey the Wondrous Cross”, sungguh mengerti kuasa transformasi di dalam memandangi salib Kristus. Salib itu akan melepaskan kita dari segala pemandangan yang membelenggu kita di dalam pemberhalaan. Ketika kita memandang salib Kristus, hal yang lain menjadi redup di bawah terang keindahan salib-Nya. Kiranya lagu ini boleh dipakai oleh Roh Kudus untuk mendorong kita un-tuk terus memandangi salib Kristus dan hidup kita boleh terus disem-buhkan oleh cinta kasih Allah