by Hellen Lemmel
Hellen Lemmel adalah putri seorang hamba Tuhan gereja Methodis dari Inggris yang menetap ke daratan Amerika. Sejak kecil Hellen dididik untuk menjadi anak yang takut akan Tuhan dan menjadi anak seorang penginjil. Ia banyak mencontoh teladan orang tuanya di ladang misi di amerika.
Beranjak dewasa Hellen mengembangkan talentanya dalam bidang musik dengan melanjutkan studi di Jerman, hal ini ia lakukan untuk memperlengkapi pelayanannya di Amerika. Setelah pulang dari Jerman Hellen melakukan konser-konser di gereja terasing dan mengajar latih vocal di Moody Institute.
Ketika Hellen berusia paruh baya, ia diceraikan oleh suaminya karena matanya menjadi buta, namun di dalam kesulitan yang begitu besar, pergumulan-pergumulan ini tidak mengurungkan niatnya untuk terus melayani Tuhan. Walaupun dengan hati yang hancur dan mata yang buta, Hellen terus melanjutkan pelayanan musiknya dan menciptakan banyak himne.
Pada waktu Hellen berusia 54 tahun, ia menerima traktat yang berjudul “Which passion will prevail?” yang ditulis oleh Lilias Trotter, seorang misionaris untuk daerah muslim di Algeria. Di dalam traktatnya tercatat, ”… sehingga palingkanlah matamu kepada Dia, pandanglah penuh wajah-Nya, dan anda akan menemukan bahwa segala hal duniawi akan menjadi meredup dengan ajaib”.
Setelah membaca traktat itu, Hellen tersadar bahwa hal ini adalah jawaban doanya. Menjadi seorang yang buta dan hancur hatinya, ia sadar bagaimana seharusnya ia menambatkan mata dan hatinya kepada Tuhan.
Hellen terus menghidupi kata-kata dari himne yang ia ciptakan, ketika ia berumur 98 tahun dan terbaring sakit, di pinggir ranjangnya ada pianika kecil yang menemaninya memuji Tuhan, sembari berkata, ”Satu hari Tuhan akan mengaruniaiku piano surgawi!”. Katanya, ”Saya tak sabar menunggunya Tuhan!”. Ia meninggal pada tahun 1961, di mana penantiannya dengan matanya yang buta itu, dapat bertemu Kristus muka dengan muka.