Kita membaca Filipi 2: 8-11, kita membaca bagian terakhir dari tema tentang inkarnasi Kristus, “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!”. Bagian ini adalah bagian tentang peninggian Kristus karena Dia rela direndahkan maka Allah meninggikan Dia. Saudara jangan tafsirkan ini sebagai setiap orang yang rela rendah pasti akan ditinggikan. Tapi yang jadi tekanan di dalam bagian ini adalah setiap orang yang rela dipakai Tuhan meskipun berarti dia harus jadi rendah, orang ini akan ditinggikan. Kristus adalah orang yang rela dipakai sampai titik paling rendah, maka Tuhan mengaruniakan Dia nama di atas segala nama. Seringkali kita menafsirkan bagian ini sebagai kemuliaan Kristus yang memang dari awal sudah Dia miliki, Dia kan Allah sebagai Allah tentu Dia lebih tinggi dari siapapun, sebagai Allah tentu segala lidah harus mengaku Dia, sebagai Allah tentu segala lutut harus ditekukkan untuk menyembah Dia. Sebagai Allah bukankah memang Dia berkuasa atas segala yang ada di langit yang ada di bumi yang ada di bawah bumi yang ada di laut. Tapi bagian ini adalah bagian gema dari Kejadian 1. Di dalam kejadian 1 dikatakan Tuhan menciptakan manusia berdasarkan gambar dan rupa Allah, dan Tuhan memerintahkan manusia untuk beranak cucu, bertambah banyak, dan penuhi bumi dan taklukkanlah itu. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, atas burung-burung di udara, atas binatang di darat, ini yang Tuhan genapkan di dalam Kristus. Jadi di sini yang mau ditekankan oleh Filipi adalah Kristus menurut natur manusiaNya. Karena kalau kita tidak mengerti ini, kita akan terus mengadakan pembedaan antara Kristus dan kita karena memang Dia punya natur Ilahi, bukan? Yesus adalah Allah, tapi jangan lupa di sisi lain Dia juga adalah manusia, 2 natur dalam satu pribadi. Di dalam zaman yang abad ke-1 dan abad ke-2 pada ajaran bidat yang beda dan yang sering terjadi di zaman kita sekarang. Pada zaman kita yang paling banyak menentang Kristus, menentang Dia dan menentang keilahianNya “apakah benar Yesus Allah? Jangan percaya Dia Allah, Dia hanya manusia, Dia manusia yang lebih hebat dari kita, Dia nabi tapi Dia bukan Allah”. Islam tidak percaya Yesus adalah Allah, Saksi Yehova tidak percaya Yesus itu satu substansi dengan Bapa. Jadi ajaran bidat dari Saksi Yehova mengatakan Yesus bukan Allah. Ajaran Islam yang tidak mengerti Kekristenan, yang mengacaukan iman Kristen, yang salah paham dari awal, adalah agama yang menolak Yesus adalah Allah. Tapi di abad ke-1 dan ke-2 bidat yang muncul adalah bidat yang menolak Yesus itu manusia. Yesus adalah Allah dan Allah tidak mungkin ada tubuh, maka tubuh Yesus lain dengan tubuh kita. “Yesus adalah Allah, maka waktu Dia menjadi manusia tidak mungkin Dia manusia yang sama dengan kita, karena Dia adalah Allah. Jadi Dia adalah manusia yang lebih tinggi dari kita”, ini adalah bidat. Karena kalau kita tidak percaya Dia menjadi manusia maka kita tidak percaya iman Kristen yang sejati. Di dalam Surat Yohanes yang pertama, di 1 Yohanes, Yohanes menekankan bahwa dia memberitakan tentang Yesus yang dia lihat, yang dia raba dengan tangannya, tentang firman hidup yang jadi manusia. Maka siapa tidak percaya Dia adalah manusia, itu bidat. Jadi di dalam Perjanjian Baru bidat yang dilawan adalah yang mengatakan Yesus bukan manusia. Sekarang kita berhadapan dengan orang yang mengatakan Yesus bukan Allah. Akhirnya kita punya kecenderungan menekankan Dia adalah Allah. Tapi tanpa sadar kita mungkin jatuh ke dalam bidat yang lain. Ini kesulitan menjadi orang Kristen yang tidak mengerti Pengakuan Iman dan yang juga tidak tahu bidat apa yang sedang dilawan. Sehingga waktu kita menekankan satu aspek, kita menekankan terlalu besar, sehingga kita menjadi bidat yang lain. Di dalam Konsili Kalsedon dikatakan Yesus mempunyai dua natur dan orang-orang seperti Nestorius dan seperti Eutikes tahu hal ini. Nestorius mengatakan Yesus memang punya dua natur, maka jangan samakan kemanusiaanNya dan ke-Allah-anNya. Akhirnya Nestorius seperti pecahkan Yesus ada 2 pribadi. Eutikes melawan ini, dia tidak setuju dengan Nestorius, dia justru menekankan percampuran natur. Jadi ini dari bidat yang satu lari ke bidat yang lain, ekstrem 1 dilawan dengan ekstrem lain. Manusia selalu punya kecenderungan ini. Kadang-kadang kita juga lakukan inni, ekstrem satu dilawan dengan ekstrem lain yang mengatakan “jangan terlalu sibuk pelayanan. Ayo, perhatikan keluarga, karena kamu terlalu sibuk pelayanan, kamu tidak perhatikan keluarga”. Akhirnya menjadi ekstrem, “sudah jangan pelayanan, perhatikan keluarga dulu. Nanti kalau seluruh keluarga sudah jadi malaikat, baru pelayanan”, kapan keluarga jadi malaikat? Ekstrem lain, jangan cuma pikirkan dirimu, pelayanan, “keluarga kalau berantakan bagaimana?”, nanti Tuhan yang atur, itu bukan urusanmu, ini ekstrem ke ekstrem. Jangan lari dari satu ekstrem lalu pergi ke ekstrem lain. Harap kita petakan dengan jelas di pikiran kita, ekstrem apa saja yang ada, dan saya waspadai tidak jatuh ke situ. Kita lawan orang-orang yang mengatakan Yesus bukan Allah, tapi kita lupa bahwa mengatakan Yesus bukan manusia itu juga bidat. Kalau kita mengatakan “Yesus ditinggikan”, memang karena Dia Allah. Dia bukan ditinggikan sebagai Allah, sebagai Allah dia tidak perlu ditinggikan, Dia sudah tinggi. Tapi di sini mau menekankan fakta bahwa manusia yang gagal, dari Adam sampai kita, diperbaiki oleh manusia yang berhasil yaitu Yesus Kristus. Itu sebabnya di dalam ayat 8 dikatakan “dalam keadaan sebagai manusia Ia merendahkan diri”, ayat 9 “itu sebabnya Allah sangat meninggikan Dia”. Mengapa Allah meninggikan Dia? Karena Dia dulu rela direndahkan, berarti Dia rela direndahkan di dalam manusiaNya. Dia adalah Pribadi Juruselamat, tapi Dia direndahkan menurut natur manusianya. Maka waktu Dia ditinggikan, yang ditinggikan adalah Pribadi Kristus, juga menurut natur manusiaNya. Peninggian diri Kristus menunjukkan ada manusia yang berhasil dan karena Dia berhasil, Dia berhak menjadi kepala kita. Sama seperti Dia berhasil, kita semua akan berhasil. Berhasil kerjakan tugas yang Tuhan percayakan kepada manusia dari awal. 

1 of 5 »