Di dalam ayat 23 ditekankan kita pun menderita bersama-sama seluruh ciptaan, semua ciptaan sengsara karena dosa meskipun kita adalah orang yang sudah menerima buah sulung dari Roh. Apa itu buah sulung dari Roh? Di dalam 1 Korintus 15 dikatakan bahwa buah sulung dikaitkan dengan kebangkitan. Dan ayat 23 dilanjutkan dengan perkataan kita menantikan pengangkatan sebagai anak yaitu pembebasan tubuh. Di sini bukan berarti tubuh kita dipecah lalu roh kita keluar, tapi yang dimaksud adalah tubuh kita yang juga dikurung oleh dosa akhirnya mendapatkan kebebasan. Tubuh yang sempurna di dalam kebangkitan. Maka karunia sulung diterjemahkan tidak terlalu tepat, tapi buah sulung itu dipahami sebagai kebangkitan. Sehingga Paulus sedang mengatakan “kamu yang sudah mendapat kebangkitan Kristus, kamu akan menikmati kebangkitanmu juga”, ini adalah pembebasan tubuh. Karena Kristus adalah yang Sulung, berarti akan ada banyak yang lain yang menyusul. Buah sulung adalah pohon yang mengeluarkan buah sebelum musim buah itu benar-benar merebak. Dia adalah yang mendahului masuknya musim dari buah tersebut. Sehingga ketika buah sulung mulai terlihat, semua orang akan mulai perhatikan pohon yang lain, kalau begini pohon yang lain pun akan keluarkan buah dalam waktu yang tidak lama lagi. Ini yang disebut dengan buah sulung. Ketika Yesus Kristus berjalan dengan murid-murid lalu melihat sebuah pohon ara, Yesus mendekat ke pohon ara itu, dari bawah Dia melihat ke atas dan Dia menantikan ada buah. Waktu Dia lihat tidak ada buah, Dia mengutuk pohon itu dan Alkitab memberikan komentar “dan waktu itu adalah waktu buah sulung”, ini yang tidak ditangkap dalam terjemahan Bahasa Indonesia. Dalam terjemahan Bahasa Indonesia yang ditulis adalah “waktu itu bukan musim buah ara”, sehingga kita bingung “kalau bukan musim buah ara, mengapa Yesus marah kalau pohon itu tidak mengeluarkan buahnya? Ini kan bukan musimnya. Yesus lapar, lalu Dia lihat pohon ara, bukan di musim buah ara, mengapa Dia minta buah ara?”. Tapi yang Alkitab katakan adalah ini adalah musim buah sulung, sehingga Yesus mengharapkan buah sulung. Waktu Dia melihat tidak ada buah sulung, Dia kutuk pohon itu. Ini tentu bukan bicara ekspresi kemarahan Yesus karena Dia lapar. Semua berita di Kitab Suci mengandung ajaran teologis, bukan mengandung laporan mengenai kehidupan Yesus saja. Jadi mengapa Dia marah? Karena itu melambangkan marahnya Tuhan melihat Israel gagal memberi buah sulung. Israel tidak bisa memberi buah sulung maka Tuhan buang. Mereka gagal menjadi bangsa yang menyatakan berkat yang limpah di tengah-tengah kehidupan, sehingga mereka pun dibuang oleh Tuhan. Jadi buah sulung berkaitan dengan kebangkitan tubuh yaitu kebangkitan tubuh Kristus. Dan berkait juga dengan kelimpahan yang menyusul setelahnya. Ini merupakan tema yang sangat banyak terdapat dalam Kitab Suci. Jangan baca Kitab Suci dengan memasukan pengertian kita secara sembarangan. Kitab Suci punya aturan main sendiri untuk setiap istilah diterjemahkan di dalam aturan itu. Seorang filsuf Austria bernama Wittgenstein, dia mengingatkan bahwa setiap orang yang belajar bahasa harus tahu aturan luas dari berbahasa itu. Kita tidak bisa ambil satu kata lalu terjemahkan dengan sembarangan. Ada cara untuk terjemahkan sebuah kata di dalam aturan main yang lebih luas. Demikian ketika Saudara membaca Kitab Suci, ada aturan dari seluruh Kitab Suci mengenai bagaimana sebuah istilah dipahami. Di dalam Kitab Suci digambarkan bahwa seluruh dunia menuju kemerosotan, makin layu, makin hancur dan akhirnya mati. Tapi Tuhan menjanjikan kehidupan yang berlimpah, Tuhan menjanjikan akan ada buah sulung, setelah buah sulung itu ada maka seluruh bumi akan dipulihkan dalam kelimpahan Tuhan. Maka segala sesuatu yang membuat kita merana, mengeluh, menderita, itu semua akan disingkirkan dan Tuhan ganti dengan kelimpahan. Dimana Tuhan ganti? Di bumi. Berita kebangkitan sulit dipahami oleh orang-orang yang bukan Kristen. Orang Yahudi percaya kebangkitan, tapi mereka sulit menerima kebangkitan Kristus karena Kristus pernah mati di kayu salib. Menurut mereka orang yang paling tidak mungkin dibangkitkan adalah orang yang mati di atas kayu salib, “terkutuklah orang yang tergantung di atas kayu salib”. Maka mereka tidak masalah dengan kepercayaan kebangkitan tubuh. Orang Saduki memang bermasalah, mereka tidak percaya ada kebangkitan tubuh. Tapi mereka juga tidak percaya ada malaikat, tidak percaya ada roh, mereka tidak percaya hidup manusia dilanjutkan setelah mati. Orang Farisi dan kebanyakan orang Yahudi percaya kebangkitan tubuh, tapi mereka sulit menerima bahwa yang menjadi buah sulung kebangkitan adalah orang yang mati di atas kayu salib. Orang Yunani sulit menerima kebangkitan, bagi mereka manusia mati dan tubuhnya pecah, setelah itu rohnya akan tinggal di tempat lain untuk waktu yang kekal, tidak ada kebangkitan tubuh, tubuh tidak mungkin bangkit. Itu sebabnya ketika Paulus bicara di Athena, dia memuji kesalehan orang-orang Athena, dia mengatakan “kamu tidak boleh anggap Allah sama dengan patung buatan tangan manusia”. Lalu Paulus mengutip dari Aratus, seorang pemikir yang sangat populer di dalam dunia Yunani pada waktu itu. Dia mengutip Aratus yang pernah mengatakan “semua orang adalah keturunan Zeus”. Paulus menolak kata Zeus, dia mengganti kutipan itu dengan mengatakan “seorang pujanggamu mengatakan kita ini dari keturunan Allah. Kalau kamu keturunan Allah, kamu tidak boleh menganggap Allahmu sama dengan kesenian manusia. Dia sudah menetapkan satu hari dimana Dia akan menghakimi semua bangsa dan Dia membuktikan hari itu dengan membangkitkan Dia yang akan menghakimi. Begitu orang Yunani mendengar kebangkitan, sebagian langsung pergi, sebagian mengatakan “Kami tidak mau dengar berita orang mati bangkit. Karena bagi kami orang mati tidak bisa bangkit. Tubuh yang mati akan tetap mati, nanti roh yang akan kekal selama-lamanya”, ini konsep Yunani. Jadi orang Yunani tidak terima kebangkitan tubuh, tubuh tidak perlu bangkit. Dan kalau memang benar Tuhan setuju dengan pengertian itu, maka Yesus tidak akan bangkit. Yesus menebus dosa manusia dengan mati di kayu salib dan kematianNya di kayu salib cukup untuk hapus dosa manusia. Kalau dosa manusia sudah dihapus dengan kematianNya, Dia tidak perlu bangkit. Tapi Tuhan mengatakan “tidak, tubuhNya harus bangkit”. Kebangkitan tubuh, fisik, itulah yang diharapkan oleh orang Kristen. Dan karena itu, maka Kristen menjadi satu-satunya agama yang menekankan pentingnya dunia sekarang dengan memberikan harapan kesempurnaan yang melanjutkan dunia sekarang. Agama lain selalu mempunyai break antara yang dinikmati sekarang dengan apa yang menjadi kesempurnaan. Kesempurnaan beda dengan yang kita alami sekarang, yang sekarang akan berhenti, hilang dan yang baru nanti akan disempurnakan. Itu membuat agama-agama di dunia selalu punya pandangan yang salah tentang hidup, terlalu negatif atau tidak peduli. Dan ini banyak dianut oleh kelompok-kelompok yang sangat menekankan spiritualitas yang sifatnya other worldly.
1 of 5 »