Kita melanjutkan pembahasan dari surat Roma, kita membaca surat Roma 16: 17-20. Kita sudah sampai ketiga bagian terakhir dari surat Roma kita sampai kepada bagian ini dan dua kali lagi kita akan bahas, setelah itu eksposisi Roma selesai. Mari kita membaca Roma 16: 17-20, “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka! Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya. Kabar tentang ketaatanmu telah terdengar oleh semua orang. Sebab itu aku bersukacita tentang kamu. Tetapi aku ingin supaya kamu bijaksana terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat. Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu!”
Saudara, di dalam ayat yang ke-18 dikatakan orang-orang yang demikian yaitu pengajar-pengajar palsu, tidak melayani Kristus tetapi melayani perut mereka sendiri dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya. Kata tulus sebenarnya lebih tepat diterjemahkan polos atau naif, dan naif itu lain dengan tulus. Orang yang hatinya tulus itu adalah orang dengan karakter hati yang positif, tetapi orang dengan hati yang naif adalah orang dengan karakter hati yang negatif. Naif itu bukan kebajikan, naif adalah kondisi yang Tuhan tidak suka. Dan ini yang ditegur, jadi bukan orang yang tulus hatinya. Orang-orang yang ajarannya sesat gampang menyelewengkan orang-orang yang hatinya naif, yang hatinya polos secara negatif. Yang tidak bisa bedakan mana ajaran benar mana ajaran salah, terlalu gampang percaya kepada apapun yang dikatakan dari mimbar, terlalu miskin di dalam pengertian yang cukup untuk membedakan mana ajaran benar dan mana ajaran salah. Hari ini kita akan melihat dua kondisi yang sangat bahaya di dalam gereja Tuhan. Kondisi pertama adalah sombong karena mengerti pengajaran dan kondisi kedua adalah naif karena tidak mengerti pengajaran. Kita akan bahas dua hal ini untuk nanti melihat tema dari Roma 16: 17-20 yaitu mewaspadai perpecahan dan ajaran yang sesat.
Di dalam Surat Paulus bagian akhir ini, Paulus memberikan peringatan setelah dia membeberkan argumen dan ajaran mengapa Injil adalah untuk setiap bangsa. Tapi kalau setiap bangsa dilibatkan, ditarik, dimasukkan ke dalam Kristus maka setiap bangsa itu harus kembali kepada ajaran yang benar. Bukan menggabungkan ajaran yang diterima dengan pengertian dari bangsa mereka sendiri. Termasuk orang Israel, orang Israel tidak bisa mengaitkan antara kabar mengenai Injil dengan kesombongan Yudaisme mereka, “hanya orang Yahudi spesial, hanya orang Yahudi penerima Taurat, hanya orang Yahudi yang baik dimata Tuhan”, ini kesalahan di dalam menafsirkan Injil. Jadi bangsa-bangsa bisa ada kemungkinan salah menafsirkan Injil karena menggabungkan ajaran Injil dengan ajaran lain yang mereka sudah biasa dengar, dari tradisi agama lama atau pun juga dari kebudayaan bangsa mereka. Orang Yahudi bisa salah memahami Injil dari tradisi Yahudi yang salah menafsirkan Taurat, yang mengaitkan Taurat dengan kesombongan diri. Jadi ajaran yang salah ini sangat diperingatkan untuk diwaspadai. Paulus mengatakan “hati-hati terhadap orang-orang yang memecahkan gereja dengan ajaran yang lain”, ini penting untuk kita garis bawahi. Gereja baru, itu boleh muncul. Tapi gereja yang pecah dari gereja yang lama, ini mesti diwaspadai. Saudara tidak bisa mengatakan “saya melihat gereja ini cocok, saya mau datang ke sini”, sebelum Saudara datang, Saudara selidiki dulu apakah gereja ini merupakan pecahan dari gereja yang sejati atau bukan. Kalau ditanya “apa maksudnya pecahan?”. Apakah pecah itu berarti ada organisasi yang baru? Tadinya ada GRII lalu ada gereja lain pecah, dari GRII atau tadinya ada GKI, lalu ada gereja lain yang pecah dari GKI. Apakah ini bicara soal organisasi? Bukan, ini bicara soal pengajaran. Adakah gereja yang pecah karena ajarannya mulai lain lalu mengatakan “kami tidak lagi terima ajaran yang lama, kami sekarang terima ajaran yang baru. Kami tidak lagi terima tradisi beribadah yang lama, kami sekarang mempunyai penerobosan di dalam tradisi ibadah baru”.