Kita melanjutkan pembahasan tentang pilihan Tuhan. Ini menjadi kontroversi di dalam gereja, apakah Tuhan memilih siapa yang diselamatkan dan memilih untuk membiarkan yang lain menjadi binasa. Ketika orang mendengar pengertian ini, mereka bereaksi dengan dua cara, pertama seperti Paulus, “terpujilah Allah”. Kedua, mulai mempertanyakan keadilan dari pengertian ini. Ketika Agustinus berbicara tentang konsep anugerah dan menekankan bahwa keselamatan manusia diberikan karena Tuhan berbelas-kasihan. Pelagius mengatakan, “tidak, manusia punya kebebasan, bisa menentukan sendiri mau terima anugerah atau tidak”. Manusia bisa memilih sendiri apakah dia merespon atau tidak. Ketika Martin Luther menekankan tentang kejatuhan total dan ketidakmampuan manusia untuk kembali kepada Tuhan, Erasmus meresponi dengan menyatakan manusia punya kehendak untuk memilih dan punya kemampuan untuk melakukan apa yang tepat jika dia memilih untuk melakukannya. Jadi yang satu menekankan pilihan Tuhan, yang lain menekankan manusia memilih. Ketika Calvin menekankan tentang tema predestinasi, respons yang diberikan kepada dia ada dua, pertama, dari Pigius. Dia menulis sebuah buku menentang konsep predestinasi dari Calvin. Lalu Calvin meresponi Pigius dengan menulis buku untuk me-reply dia. Maka mereka saling serang untuk memberikan argumen bagi posisi masing-masing. Kedua, kaum Remonstran, diawali oleh Yakobus Arminius. Ia adalah murid Calvin yang mencintai semua commentary Calvin, dia mengatakan dia belum pernah membaca tafsiran Alkitab seindah, seakurat dan semembangun commentary Calvin. Itu sebabnya dia tidak malu mengakui diri sebagai murid Calvin. Tetapi dia keberatan dengan pengertian predestinasi, karena ini membuat manusia seperti tidak ada pilihan selain menerima apa yang Tuhan sudah tentukan bagi dia. Tradisi Reformed Belanda dari pengikut Arminius, akhirnya mengeluarkan lima statement penolakan ajaran predestinasi Calvin disebut dengan 5 poin kaum Remonstran. Kalau kita membaca keberatan mereka, kita akan melihat ini masih lebih baik daripada keberatan yang dilemparkan sekarang. Karena yang mereka tekankan adalah sesuatu yang dari tradisi Reformed tidak anti. Manusia mempunyai kesadaran untuk memilih, tidak ada orang Reformed yang mengatakan manusia tidak punya kesadaran. Manusia punya kesadaran, manusia tahu mana baik mana jahat, manusia bisa punya kemampuan untuk pilih mana baik mana jahat di dalam aspek moral. Tetapi ketika menyangkut relasi dengan Tuhan, buku pertama Institutio Calvin, dikatakan manusia tidak mau datang ke Tuhan. Ini bukan masalah apakah manusia mempunyai pengetahuan untuk melakukan yang baik atau jahat. Manusia punya kemampuan untuk melakukan mana baik mana jahat di dalam aspek moral. Tetapi di dalam kaitan dengan mengenal Tuhan, manusia tidak punya kemampuan dan kemauan untuk datang ke Tuhan. Manusia memusuhi Tuhan di dalam hatinya. Ini jadi pergumulan yang penting dari buku Institutio. Di Jenewa, Calvin mengirim banyak misionaris Eropa karena dia percaya bahwa Reformasi adalah perang untuk memperbaiki ibadah. Ketika misionaris dikirimkan, mereka mulai mendirikan gereja aliran Refromed, menekankan bahwa kita mesti kembali kepada Tuhan. Mereka digerakkan oleh teologi agama atau pengertian tentang apa itu agama. Ada yang mengatakan, Protestan tidak mungkin mengirim misionaris, karena Protestan percaya predestinasi. “Mana mungkin kamu menginjili, kan Tuhan sudah pilih mana selamat mana tidak”. Pengertian ini salah fatal. Kalau kita membaca baik-baik pikiran Calvin, predestinasi adalah bagian kecil dari teologi dia. Dia punya pembahasan yang begitu beragam. Bahkan De Young, yang memelajari Calvin, mengatakan “sayang, orang cuma ingat beberapa aspek pemikiran Calvin. Padahal Calvin mengerti banyak hal. Kita cuma paham dalam aspek teologi dan celakanya kita cuma mengenal dalam pengertian predestinasi. Satu yang penting dari pemikiran Calvin adalah teologi agama, dia menekankan bagaimana manusia punya pengenalan akan Tuhan di dalam diri, tetapi tidak pernah sampai kepada Tuhan yang sejati. Apa yang salah? Tuhan memanggil kita dengan memberikan hati yang mencari Dia, tapi dosa merusak sehingga arah kita bukan mencari Tuhan, tetapi mencari yang lain. Itu sebabnya kita menjadi penyembah berhala, karena mencari yang lain dengan dedikasi dan dorongan yang Tuhan berikan untuk mencari Dia. Jadi dengan kekuatan untuk mencari Tuhan kita pakai itu untuk mencari yang lain, sehingga kita menjadi penyembah berhala. Berhala mengikat hidup kita dengan sangat keras, tidak bisa lepas. Ini pikiran yang Calvin tekankan. Maka ketika pengikutnya membaca, mereka menyadari kalau semua orang mau mencari Tuhan tapi dibelokkan dosa, maka pasti ada hal yang sama dari berita Injil dengan komitmen agama apapun, tetapi komitmen agama yang lain menjadi menyimpang. Ini yang dipahami oleh pengikut Calvin, sehingga ledakan penginjilan pun dimulai. Penginjilan baik dari tradisi Lutheran maupun Reformed sangat besar bahkan melampaui gerakan penginjilan yang dikerjakan tradisi Katolik sebelumnya. Kalau tradisi Katolik menyebarkan penginjilan bersamaan dengan armada laut yang kuat, maka gerakan Protestan di dalam abad 18 akhir membagikan lewat para misionaris.
Ada orang datang, termasuk ke Indonesia, punya tradisi Reformed. Orang seperti Van Asselt, salah satu pendiri HKBP, berdoa dan mengatakan “kami pergi menginjili, kami akan jadikan daerah ini mengenal Tuhan.” Ini awal perkembangan HKBP, penginjil dari tradisi Reformed bergerak. Mengapa mereka bergerak memberitakan Injil? Karena teologi agama. Ternyata orang yang menyembah patung, batu, roh nenek moyang, mengapa mereka bisa dedikasi total bahkan rela korbankan hidup? Karena ternyata itu gerakan yang Tuhan berikan di dalam hati untuk mencari Tuhan. Semua orang mencari Tuhan, tapi karena dosa pencarian itu dibelokkan ke yang lain. Ini sebabnya mereka merasa kalau begitu Injil bisa disampaikan ke agama mana pun, sehingga gerakan penginjilan dimulai. Jadi, dari tradisi Reformed, gerakan penginjilan didorong oleh pengertian teologis, ternyata ada kemungkinan memberitakan Injil secara teologi, ternyata Alkitab sudah memberitakan semua agama mencari Tuhan, semua agama ingin menyembah Allah, tapi mereka diselewengkan oleh hati yang berdosa, sehingga mereka mencari berhala. Ini sebabnya mereka pergi memberitakan Injil. Jadi di dalam tradisi Reformed ada banyak pengertian penting bukan hanya predestinasi, tapi predestinasi juga adalah pengertian penting yang banyak dibantah dan banyak ditentang. Maka para pengikut Remonstran mengatakan “kami menolak karena ada 5 poin keberatan kami. Kami tidak percaya manusia tidak mempunyai kemungkinan untuk percaya, kemungkinan untuk berespon”. Maka Canon of Dort di Belanda dibuat untuk menjawab keberatan ini.