Di dalam ayat 5, ini yang menjadi fokus pada pembahasan kita hari ini, dikatakan bahwa mereka hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging. Yang dimaksud memikirkan tentu bukan hanya tindakan berpikir, tapi cara berpikirnya dikuasai oleh daging. Sedangkan mereka yang hidup menurut roh, cara berpikirnya dikuasai oleh roh. Jadi kita akan coba pelajari apa yang dikatakan hidup menurut roh atau hidup di dalam cara berpikir yang dari roh dan hidup dengan cara berpikir dari daging. Dalam zaman itu manusia tidak berpikir secara independent, manusia itu tidak mandiri, manusia akan berpikir dan merasa oleh karena kekuatan lain di luar dirinya memengaruhi dia. Di zaman modern kita tidak lihat kaitan antara diri kita dengan yang diluar kita untuk cara kita berpikir. Kita bisa menentukan pikiran kita, pendapat kita sendiri, tidak dipengaruhi oleh apa pun di luar kita. Ini terjadi karena di zaman modern cara orang berpikir adalah cara berpikir individual. Individual berarti apa yang saya pahami tentang segala sesuatu itu datang dari diri saya, itu individual. Sehingga pekerjaan komunal atau pemahaman dari komunitas itu tidak dianggap penting meskipun sangat mempengaruhi kita. Jadi zaman modern sebenarnya adalah zaman yang menipu diri dengan mengatakan segala hal yang kita tahu itu independent dari apa pun, kita mampu berpikir sendiri, kita mampu tentukan sendiri apa yang menjadi selera dan kesukaan kita. Dan kita pikir itu dari kita. Salah satu yang paling berpengaruh dalam tradisinya modern adalah seorang bernama Immanuel Kant, dia mengatakan manusia mencapai kedewasaan ketika dia tidak lagi bergantung pada faktor apa pun di luar dia. Ketika pikirannya mandiri, ketika pikirannya tidak dipengaruhi apa pun di luar dia. Bagi dia manusia berada dalam keadaan kanak-kanak ketika masih menyembah berhala. Manusia dalam keadaan remaja, adolesence, ketika mereka beragama, agama Kristen. Untuk menjadi dewasa engkau harus Kristen. Kant mengatakan mari buang yang sifatnya mitos, sifatnya tidak masuk akal, lalu kita terima yang moral. Kelemahan Kant dia tidak berpikir standar yang dia pakai itu sebenarnya standar yang cuma ada di dunia modern, segera ditinggalkan di postmodern. Jadi yang dia pikirkan sebagai mutlak, sebenarnya hanya bagian dari salah satu zaman. Dan ini yang kita dalam abad 21 ini, sering kita adopsi juga. Kita berpikir zaman kuno itu tidak mengenal internet, google, pasti bodoh, terbelakang, itu yang kita pikir dan itu salah. Saudara akan punya jiwa sejarawan kalau Saudara melihat keunikan setiap zaman dan menyadari pentingnya zaman itu. Jadi zaman kuno itu punya keunggulannya, zaman Perjanjian Lama, zaman Israel sebelum monarki, sebelum Daud, itu punya keunikannya yang Saudara tidak dapatkan di zaman lain, kita bisa belajar dari setiap zaman untuk menjadi bijaksana. Dan cara kita belajar dari sebuah zaman itu sangat penting, Saudara tidak akan bisa dibentuk menjadi manusia yang bahagia kalau Saudara menolak untuk belajar, ini poin penting. Tapi biasanya kita akan sempitkan belajar itu hanya dalam versi sekolah. Kita tidak tahu bahwa tokoh-tokoh penting sebelum modern itu bahkan tidak mengenal sekolah. Tapi orang sepanjang sejarah mengenal apa itu belajar, ini yang membuat orang unggul dan sebagian lagi tidak unggul. Orang yang unggul adalah orang yang tahu bagaimana belajar dalam setiap situasi. Tapi orang bodoh adalah orang yang cuma sukses di sekolah. Kalimatnya tragis karena Saudara lihat fakta ini benar. Ketika orang sangat sukses di sekolah tapi lambat belajar dan mengerti di dalam bidang lain, akan sulit maju. Dia akan hidup di dalam tempurungnya dan hanya tahu bidang yang dikuasai. Dan dia sulit pindah bidang, karena kebiasaan belajar dia tidak ada. Maka kalau kita lihat orang kuno, tidak ada sistem sekolah seperti kita. Tapi mengapa orang-orang pintar yang sampai sekarang kita pelajari, bisa muncul saat itu? Karena belajar, mereka peka mempelajari tentang hidup. Saudara bukan perlu di luar negeri, Saudara perlu sekolah hidup, school of life, belajar bagaimana hidup di dalam setiap kondisi yang Saudara sedang jalani. Itu yang akan membuat Saudara dipakai Tuhan, ini bahasa benarnya, atau kalau bahasa sekulernya Saudara bisa berhasil, berhasil bukan karena pintar di satu bidang, tapi karena Saudara punya kecepatan untuk menguasai, kecepatan untuk belajar, kecepatan adaptasi. Ini yang saya pikir sangat baik. Intinya kita perlu banyak orang yang model seperti ini, yang benar-benar cepat belajar dan mengetahui apa yang harus dipelajari sebagai manusia. Dan ini adalah bijaksana umum yang Tuhan tetapkan di dalam diri manusia.
Maka kita mesti pahami bahwa bijaksana hanya ada di zaman modern. “Karena saya bisa menguasai satu bidang, yang namanya science, saya sudah menjadi orang pintar”. Tidak, kamu mengerti science, apakah kamu mengerti hidup? Banyak orang yang mengerti ketika di lab, tapi begitu keluar dari lab jadi orang bodoh. Bahkan tidak mengerti mengatur ini dan itu. Ini yang saya pikir bahayanya kalau kita dinina-bobokan oleh sistem pendidikan, kalau engkau sukses di sistem pendidikan, engkau akan sukses di hidup. Mana contohnya? Tidak ada contohnya. Semua yang cepat beradaptasi dan belajar, itu yang berhasil. Dia pasti akan berhasil di sekolah kalau dia cepat beradaptasi, tapi dia juga akan berhasil di luar, dia tidak pernah meremehkan ilmu pengetahuan, dia tidak pernah meremehkan belajar apa pun. Begitu banyak orang yang hancur karena cuma mengandalkan sistem modern yang sebenarnya sangat cacat karena cuma satu aspek yan ditekankan yaitu kepintaran rasional yang diukur secara scientific. Itu sebabnya dalam penyelidikan sejarah kita akan memahami bahwa zaman dulu memunyai bijaksana yang limpah sekali yang perlu kita pelajari.