Di dalam Adam dan Kristus, ini dua hal yang kita lihat dalam pertemuan yang lalu. Di dalam Adam adalah mati, di dalam Kristus adalah hidup. Dan kita bisa melihat limpahnya pengertian hidup di dalam Kristus sama seperti kita bisa melihat banyak ragam pengertian yang bisa kita pahami tentang apa itu mati. Ini bukan hanya sekedar mati dalam arti tidak lagi punya kesadaran diri atau mati karena tubuh kita tidak lagi berfungsi. Ini juga bukan hidup hanya karena kita sadar kita hidup. Mati dan hidup dalam Kitab Suci menunjukan dua ekstrim yang beda. Mati adalah keadaan yang bentur dengan kuasa penciptaan Tuhan, tidak berbagian di dalam penciptaan Tuhan. Sedangkan hidup adalah sebaliknya, mengambil kelimpahan dari rencana penciptaan Tuhan. Ini bukan sekedar hidup atau mati dalam pengertian sempit, “nanti saya akan ke sorga atau ke neraka?”. Kalimat-kalimat dari Kitab Suci memberikan penjelasan tentang hidup sebagai sesuatu yang Tuhan sudah topang dan akan Tuhan sempurnakan nanti. Hidup bukan sesuatu yang mendadak diberikan pada titik kita mati. Hidup adalah sesuatu yang Tuhan sudah kerjakan sekarang. Maka firman Tuhan mengajak kita untuk melihat apa yang Tuhan kerjakan, hal apa yang Tuhan sudah lakukan, dan yang Tuhan janjikan akan lakukan. Ini yang membuat kita mengerti tentang keindahan hidup. Kalau Saudara lihat dalam ayat 17 ada benturan di dalam Adam mati, tetapi di dalam Kristus tidak langsung dibilang hidup. Dikatakan di dalam Kristus akan ada kelimpahan, akan ada kasih karunia, ini perbandingan mati dan hidup. Paulus mengatakan “kalau bukan mati maka kamu akan menerima segala kelimpahan kasih karunia, anugerah, kebenaran”, dan itulah hidup. Di ayat 18 benturan ini kembali dilakukan oleh Paulus, sama seperti satu pelanggaran, semua beroleh penghukuman, harus terpotong dari keindahan kehidupan. Demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran, semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Pembenaran adalah kata yang sangat sering dibahas dalam Perjanjian Lama. Pembenaran adalah cara Tuhan menyatakan keunikan dari umatNya. Di Kitab Imamat dikatakan “kuduslah kamu sebab Aku Tuhan Allahmu adalah kudus”. Dan kalau Saudara menyelidiki kata yang dipakai, itu bukan kata perintah. Tuhan tidak mengatakan “ayo hidup kudus, supaya kamu sama dengan Aku”. Tuhan mengatakan “kamu sudah kudus”, itu bagian yang sangat indah. Dan pengertian kudus berarti orang-orang yang di dalam Tuhan diberikan status sebagai manusia seperti rancangan awal yang Tuhan mau ada pada manusia. Ini berkait dengan segala keteraturan kehidupan yang penuh hikmat karena mengenal Tuhan. Roma tidak mengatakan hidup dan mati dengan cara yang simple, Roma membandingkan mengapa hidup itu penting dan mengapa alternatif yang lain yaitu mati adalah sesuatu yang sia-sia. Juga di dalam ayat 19, ketidaktaatan satu orang telah membuat semua orang berdosa, ketaatan satu orang membuat semua orang menjadi orang benar. Adam tidak taat karena dia tidak mau dalam status dan kondisi limpah yang Tuhan rancangkan, sedangkan Kristus berada dalam kerelaan yang tunduk, berada dalam status dan kondisi yang Tuhan rancangkan untuk Dia. Hal-hal ini membuat kita sadar bahwa manusia terkutub menjadi dua di dalam Adam atau di dalam Kristus, tidak ada in between. Pengertian seperti ini sangat penting karena ini adalah keunikan berita Injil yang Paulus sedang sampaikan di Roma 5. Jadi Paulus sangat menekankan di sini bahwa baik Israel maupun seluruh bangsa lain adalah berada di dalam Adam. Ada di dalam Adam dan itu berarti semua orang, termasuk bangsa Israel, termasuk umat yang mengaku diri bahwa “aku sudah mengenal Tuhan”, mereka pun ada di dalam Adam. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Kita ada di dalam Adam. Bisakah kita lepas dari pengaruh di dalam Adam? Tidak bisa. Kita ada di dalam kaitan dengan Adam, seperti kepala dengan tubuhnya. Dialah kepala dari manusia.
Kalau Saudara tanya “mengapa dia kepala dari manusia?”, karena Alkitab menyatakan demikian. Dialah manusia yang pertama, dialah adalah archetype-nya manusia yang pertama. Saudara tidak bisa lari dari ini, karena kita percaya Tuhan memenuhi bumi ini dengan manusia melalui satu orang saja. Ini ditekankan oleh Paulus dalam khotbahnya di Kisah Para Rasul, bahwa seluruh bumi penuh dengan manusia dimulai dari satu orang. Dan di dalam Bahasa Ibrani, kata Adam punya permainan kata yang bisa dikaitkan dengan tanah. Manusia diciptakan oleh Tuhan dan manusia pertama ini menjadi kepala, menjadi nenek moyang dari semua manusia. Dengan demikian kita terikat di dalam dia, karena dia adalah kepala kita. Kita mungkin akan baca Alkitab dengan pemikiran modern kita, kalau begitu kita akan salah baca, karena Alkitab bukan tulisan modern. Kalau Saudara mengatakan “mengapa saya nasibnya harus berkait dengan Adam? Saya kan individu yang bebas, saya tidak perlu satu dengan Adam.” Tapi itu adalah pembacaan modern. Dalam pembacaan modern, manusia itu individu-individu yang katanya bebas, tapi kalau dikaji lagi ini pun belum tentu benar, karena Saudara pun tidak bebas untuk menentukan apa pun sendiri. Kapan kita pernah bebas? Saudara dari kecil ikut kepala sehingga Saudara ditentukan oleh komunitas. Kalau Saudara mengatakan “itu kan waktu saya masih kecil, nanti kalau sudah dewasa, bebas dari papa mama”, bebas dari papa mama tidak membuat Saudara bebas dari sebuah negara. Kalau Indonesia berada dalam keadaan resesi, Saudara tidak bisa pilih otherwise. Jadi orang modern salah memahami apa itu individu. Sedangkan Kitab Suci lebih akurat di dalam memahami kondisi manusia. Saudara tidak pegang nasib Saudara sendiri, ditentukan oleh komunitas. Dalam pengertian Alkitab, bebas itu berarti ketika Saudara memilih untuk bertindak kasih, Saudara bebas. Karena waktu Saudara melakukan tindakan karena kasih, pada saat itu tidak ada yang sedang memaksa Saudara. Tidak ada orang yang memaksa Saudara untuk menikahi orang yang Saudara cintai, Saudara melakukan itu karena cinta. Maka Alkitab mengatakan cinta adalah kebebasan, kebebasan adalah waktu Saudara mampu mencintai. Dan Paulus dengan jeli mengatakan kalau kita kumpulkan komunitas yang ada lalu kita satukan maka kita akan mendapatkan di dalam Adam. Ini cara lain untuk membahasakan kamu adalah manusia di dalam Adam. Ini hal yang unik, “Saya adalah manusia, bagaimana nasib saya?”, sama dengan kepalamu, “kepala saya kan mati, Adam mati”, tepat sekali, kamu pun berada dalam keadaan mati. Dan kalau Saudara mengatakan “saya mau protes, mengapa kalau Adam mati saya juga ikut mati? Tuhan menguji kepala, setelah itu nasib semua orang yang dikepalai, sama dengan orang itu. Kita tidak bisa ganti ini, mau tidak setuju, silahkan. Tapi Paulus mengatakan “saya hanya mengatakan kepadamu kebenarannya.” Realitanya adalah kita semua berbagian di dalam Adam. Dan berada dalam Adam berarti kita menikmati keberadaan sebagai gambar Allah, Adam adalah gambar Allah.
Menikmati keberadaan sebagai manusia yang Tuhan undang bersama dengan Tuhan. Tapi secara pradoks juga “menikmati” kekacauan karena dihakimi dan diusir oleh Tuhan. Di satu sisi Adam adalah yang dipanggil untuk bersekutu dengan Dia. Di sisi yang lain dia adalah yang terusir di hadapan Tuhan. Ini sulit untuk kita pahami, manusia di satu sisi adalah ciptaan yang indah, begitu penuh keagungan. Di sisi yang lain manusia adalah jauh lebih buruk dari segala ciptaan lain yang Tuhan sudah buat. Kitab Suci mengatakan malaikat yang sudah jatuh pun punya kata-kata yang masih mempertahankan kehormatan kepada Tuhan. Tapi manusia dengan sembarangan menghujat yang mereka tidak sadar kemuliaanNya yaitu Tuhan. Kalimat ini benar-benar membuat takut. Iblis dan penghulu malaikat, ketika mereka bertengkar, tidak satu pun memakai kata-kata menghujat sorga. Mengapa manusia berani? Karena manusia lebih parah dari malaikat jatuh sekali pun. Manusia berani menghadap kemuliaan Tuhan, tidak ada rasa gentar. Banyak orang sudah Kristen pun tapi tidak punya rasa gentar waktu ibadah. Lalu kita pikir kita adalah yang lebih hebat dari yang lain, itu omong kosong. Jadi Adam sudah terusir dan seluruh keturunannya menjadi kacau. Tetapi Adam dan seluruh keturunannya tetap gambar Allah, tetap adalah ciptaan Tuhan yang Tuhan cintai. Tetap adalah ciptaan Tuhan yang Tuhan berikan akal untuk mengatur segala sesuatu yang lain. Manusia punya keagungan dan keunggulan karena manusia adalah gambar Allah.