Sekarang kita membahas mengenai cara Paulus membahas tentang pembenaran dan dia memakai contoh yang sangat kuat yaitu Abraham. Abraham adalah seorang yang dijadikan benar oleh Tuhan. Tuhan menyatakan Abraham sebagai orang benar. Ketika Abraham percaya kepada Tuhan, Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Di dalam tema Reformasi seperti yang kita sudah ketahui, ada motif yang berulang yaitu mengenai tema pembenaran. Manusia dibenarkan bukan karena dia berbuat, tapi manusia dibenarkan karena dia beriman kepada Tuhan. Siapa orang pertama yang beriman kepada Tuhan dan dianggap sebagai orang benar? Salah satu yang dicatat adalah Abraham, di awal-awal, di Kitab Kejadian. Tentu selain Abraham ada lagi orang-orang yang dinyatakan benar oleh Tuhan. Namun kalimat mendeklarasikan benar ini ada di dalam Kejadian 15 ketika Tuhan berkata kepada Abraham. Dan ini yang sangat menarik hati para tokoh reformator karena Tuhan mendeklarasikan seorang menjadi benar. Dan ini bukan tema yang dipikirkan baru di zaman Reformasi, ini adalah tema yang sudah dibahas sejak sebelum Martin Luther.
Demikian juga dengan tema pembenaran, mengapa seseorang disebut benar? Tapi sebelum kita jawab itu, kita harus jawab dulu apa yang disebut dengan benar? Apa maksudnya ketika Tuhan membenarkan seseorang, apa maksudnya ketika seseorang disebut sebagai orang benar? Kalau kita membaca di dalam Kitab Kejadian, menjadi benar itu sebenarnya mempunyai pengertian yang simple. Menjadi benar berarti dia dimiliki oleh Allah. Allah yang memisahkan Set untuk menjadi keturunan yang melanjutkan Adam, Allah yang memisahkan garis keturunan yang takut akan Tuhan, memisahkan mereka dari dunia ini, itulah orang benar. Maka Abraham disebut orang benar karena dipanggil Tuhan menjadi milik Tuhan. Demikian sebelum Abaraham ada banyak orang yang Tuhan jadikan benar, Lot adalah orang benar, kemudian Habel adalah orang benar, Set adalah orang benar. Orang-orang ini adalah yang Tuhan pisahkan menjadi milik Dia di tengah-tengah dunia yang sudah memberontak kepada Dia. Maka sebenarnya dari awal pengertian pembenaran tidak berkait dengan apa yang dimiliki oleh seseorang, tapi lebih berkait pada keputusan Tuhan untuk menjadikan orang ini umatNya. Jadi siapa dijadikan umat, dia adalah orang yang dibenarkan oleh Tuhan. Tapi ketika seseorang dijadikan umat, dia tidak boleh hanya menjadi umat secara status, dia harus beda dengan dunia ini. Kalau dia tidak sama dengan dunia ini, maka ada kemungkinan dia menjadi umat. Tetapi ketika orang-orang seperti Lot, Set dan lain-lain disebut orang benar, mereka jadi milik Tuhan dan mereka harus beda dengan dunia ini. Mengapa beda? Karena di dalam pengertian orang Yahudi, umat Tuhan beda dengan bangsa lain yang memunyai kebiasaan mirip meskipun dewa-dewanya beda. Ini unik sekali, berhala boleh banyak tapi kita tetap satu dalam tingkah laku yang mirip. Bagi orang Yahudi, orang-orang kafir itu, para penyembah berhala tindakannya mirip-mirip meskipun dewanya lain-lain, dan namanya rumit dan banyak. Sehingga orang Yahudi menyadari kalau mereka hidup mirip bangsa-bangsa kafir itu, merkea tidak bisa menyebut diri milik Tuhan, karena cuma ada Tuhan, satu, berhadapan dengan para berhala. Dan para pengikut berhala ini ternyata semuanya mirip, kehidupan mereka begitu kacau dan begitu kotor dalam pandangan orang Yahudi. Maka bagi orang Yahudi, pengikut Tuhan adalah kelompok yang dibenarkan. Dibenarkan adalah dijadikan milik Tuhan, dijadikan umat, dianggap mewakili Tuhan, sehingga secara hidup mereka harus beda dengan para penyembah berhala. Bolehkah orang Israel membuat patung mirip orang-orang kafir itu? Tidak. Bolehkah mereka berdoa kepada yang lain selain kepada Tuhan? Tidak boleh. Bolehkah mereka memunyai perasaan kagum dan takut kepada kuasa apa pun di luar Tuhan? Tidak boleh. Mereka punya komitmen hanya pada satu Allah, ini yang tidak dimiliki oleh penyembah berhala dan tradisi penyembahan berhala di mana pun, tidak ada kesetiaan, tidak ada penyerahan diri kepada yang satu, tidak ada fokus untuk menyembah yang satu. Dan yang paling penting tidak ada pengertian bahwa seluruh realita bergantung pada satu pribadi ini, satu Allah. Ini yang dipahami oleh orang Yahudi. Maka orang benar adalah orang-orang yang memunyai Tuhan dan yang bukan memunyai berhala, yang beribadah kepada Tuhan dan bukan beribadah kepada berhala. Mengapa Abraham disebut benar? Karena dia beribadah kepada Tuhan. Lalu bagaimana awal dia bisa beribadah kepada Tuhan? Karena Tuhan yang panggil. Ini yang unik, Tuhan memanggil orang untuk menjadi milik Dia, bukan membuat pendaftaran untuk orang-orang menjadi milik Tuhan. Dan Saudara bisa melihat mulai dari pemanggilan itu, di Kejadian 12 sampai seterusnya, Abraham tidak menunjukan hati yang beribadah kepada ilah manapun, hanya kepada Tuhan. Dia datang dari daerah yang menyembah berhala, seperti yang dikatakan Kitab Yosua, tapi Abraham tidak pernah menyembah yang lain selain Tuhan. Jadi penyembahan kepada Tuhan, hanya kepada Tuhan itulah yang membuat orang disebut benar. Hanya kepada Allah menjadikan orang itu benar. Kalau dia menyembah Allah tapi juga menyembah yang lain, dia bukan orang benar. Di dalam Perjanjian Lama ada nabi-nabi yang bukan dari Israel tapi yang hidupnya ngawur. Ada orang yang seperti Bileam, yang mengaku dapat firman dari Tuhan, tapi dia juga menyembah yang lain, terutama uang. Maka dia bukan orang benar. Siapa orang benar? Orang benar adalah yang hatinya hanya diarahkan kepada Tuhan, hatinya hanya menyembah Tuhan. Dan karena hatinya menyembah Tuhan, maka hidupnya pun akan menjadi hidup yang dipakai oleh Tuhan yang satu ini. Bagi orang Yahudi, Tuhan adalah Tuhan yang bekerja di bumi sekarang, bukan Tuhan yang abru nanti kerja setelah kiamat, atau Tuhan yang meninggalkan bumi ini dan menunggu dengan pasif di sorga, tidak. Dia adalah yang bekerja aktif di bumi. Dan Tuhan bekerja di bumi melalui orang benar, melalui umatNya. Itu sebabnya orang-orang yang dibenarkan adalah orang-orang yang akan dipakai Tuhan untuk menjalankan apa yang Tuhan mau.