(Roma 1: 16-17)
Banyak sekali pengertian yang penting dari ayat-ayat ini. Ini adalah ayat-ayat yang sangat padat, karena waktu kita membaca baik ayat-ayat 16 & 17 da banyak kandungan firman yang penting, baik dari Kitab Yesaya maupun dari Kitab Zakharia. Ada begitu banyak hal yang sangat penting, yang Saudara bisa lihat ada di dalam 2 ayat yang pendek ini. Saya ingin menyoroti dari sudut pandang Yesaya dari ayat ini. Sebenarnya ini adalah kutipan dari Yesaya, kalau Saudara membaca ayat 16 dikatakan bahwa Paulus tidak malu akan Injil. Kalau Saudara lihat di Kitab Suci kita, di ayat 16 dikatakan “sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil”. Sayangnya “keyakinan yang kokoh dalam Injil ini bukan terjemahan yang akurat” dan kalau Saudara menjadi ragu imannya mengapa Alkitab kita punya terjemahan yang tidak akurat, saya harus memberi tahu Saudara bahwa terjemahan itu sulit untuk terus akurat karena ada banyak bahasa atau kata yang tidak punya padanan yang sama. Jadi ketika orang mau menerjemahkan satu kata, dia harus membawa interpretasi juga untuk masuk ke dalam penerjemahan. Jadi saya lihat ada kelimpahan meskipun ada kekurangan dari terjemahan-terjemahan yang ada. Dan salah satu yang harus kita ingat kata aslinya adalah ayat 16, karena di dalam ayat 16 Paulus mengatakan “aku tidak malu karena Injil”. Apakah yang memalukan dari Injil? Bagi komunitas Kristen Injil tidak memalukan, Injil adalah berita yang sangat kita kagumi, Injil adalah berita yang paling kita senangi. Tapi dalam konteks kehidupan yang lebih luas, Saudara tidak mungkin menyatakan Injil dengan bebas tanpa dipandang asing, aneh ataupun kontroversial. Ketika Injil dinyatakan, Injil itu akan memunyai unsur yang tadi, ada yang aneh dari Injil menurut dunia ini, ada yang sulit dipahami dari Injil oleh dunia ini, juga ada yang kontroversial dari Injil yang sulit diterima oleh dunia ini. Dan kita tetap harus menyatakan identitas kita sebagai orang Kristen dengan memberitakan Injil. Waktu Saudara memberitakan Injil, Saudara mungkin dianggap aneh, kontroversial atau apa pun itu, tapi Saudara perlu menjelaskan Injil di dalam kerangka Kristen yang besar, baru Injil itu jadi kabar yang baik. Injil tidak bisa jadi kabar baik kalau dipaksakan masuk dalam kerangka pikir dunia yang sebenarnya tidak punya tempat untuk Injil. Saya sangat senang ketika membaca buku Christian Worldview dari Bartholomew dan Goheen, di situ ada banyak pengertian yang sangat penting berkait dengan Injil. Seringkali kita mengabaikan bahwa Injil itu berkait dengan cara berpikir. Satu-satunya cara untuk memberitakan Injil dengan efektif adalah Saudara menantang worldview orang lain. Ada cara berpikir yang salah dari agama-agama yang ada sekarang, ada cara berpikir yang salah dari orang atheis, ada cara berpikir yang salah dari orang-orang yang menyembah berhala, ada cara berpikir yang salah dari orang naturalis dan skeptis, dan ini yang harus kita bongkar. Waktu kita bongkar betapa tidak konsistennya worldview mereka baru kita bisa menyampaikan Injil dan membuat orang mengerti bahwa berita Injil itu ada di dalam kerangka worldview Kristen yang begitu indah. Ada satu kalimat yang sangat penting dari Tim Keller, tugas orang Kristen bukan sampai meyakinkan orang untuk percaya Yesus, kita tidak sanggup melakukan itu. Tugas orang Kristen dalam penginjilan adalah memberitakan Injil dengan sedemikian sehingga orang yang menolak pun akan berharap itu benar. Kalau Saudara memberitakan Injil, orang boleh tidak percaya, tapi mereka berharap itu benar, “andaikan yang kamu katakan itu benar, tapi saya tetap tidak mau percaya”.
Waktu kita mengerti Injil dengan cara yang benar, baru Saudara mengerti apa yang Paulus katakan dalam Roma 1: 16, “aku tidak malu karena Injil, apa yang memalukan tentang Injil?”. “Injil itu tentang Yesus yang tersalib, kalau Yesus disalib itu yang diberitakan, itu memalukan”. Tapi saya akan memberitahukan kepada Saudara, salib tidak lagi bermakna memalukan untuk zaman kita sekarang. Mengapa salib tidak lagi memalukan di zaman kita sekarang? Karena itu adalah metode penghukuman yang sangat memalukan, tapi sudah lewat. Tidak ada orang yang menganggap salib itu memalukan, karena salib bukan realita yang kita alami sekarang. Tidak ada orang yang disalib lagi. Siapa di antara Dan di dalam tradisi Kristen yang sudah menyebar ke seluruh dunia, salib tidak lagi memalukan seperti di abad pertama. Sekarang salib sudah jadi simbol Kristen, Saudara tidak akan malu memakai kalung salib. Salib tidak lagi menjadi hal yang memalukan. Saudara taruh plang salib yang besar di gereja, dan tidak ada yang memalukan dari itu. Tapi pada zaman abad pertama itu lain, salib adalah hal yang sangat memalukan. Salib adalah lambang penghinaan, kebodohan, Saudara disalib berarti Saudara adalah orang yang gagal, orang bodoh, orang yang tidak punya kekuatan, orang yang akan dihinakan, dan orang yang sepanjang keturunan setelah Saudara akan mengingat bahwa Saudara adalah orang yang menyebabkan nama buruk untuk keluarga Saudara. Jadi salib begitu hina pada zaman dulu. Kalau salib begitu hina, apakah berarti Injil sama dengan salib? Ini pertanyaan penting yang harus kita pahami. Kalau Saudara membaca Surat Roma, entah sadar atau tidak, Saudara tidak akan menemukan satu pun kata salib di Surat Roma. Dari Roma pasal 1-16, dari ayat pertama sampai terakhir tidak ada kata salib. Apakah Paulus tidak percaya lagi salib? Tentu tidak, karena Paulus tetap memberitakan tentang pengorbanan, korban, darah, kematian di dalam Surat Roma. Jadi apakah Injil sama dengan salib? Tidak tentu. Injil mengandung salib di dalamnya, tapi Injil bukan hanya tentang berita salib. Kalau begitu Injil itu berita apa? Apa yang perlu kita ketahui dari kata Injil? Waktu Paulus mengatakan di dalam ayat 16 “aku tidak malu oleh karena Injil”, orang yang membaca Kitab Perjanjian Lama dan sangat familiar dengan Kitab Yesaya, mengetahui bahwa Paulus sedang mengutip Kitab Yesaya. Di dalam hal apa Paulus mengutip Kitab Yesaya? Dalam pemberitaan tentang Injil. Di dalam Kitab Yesaya pemberitaan tentang Injil sudah dimulai dari pasal 40. Kalau Saudara membaca dari pasal 40, Saudara akan mendapat pengertian tentang berita kabar baik yang dimaksudkan oleh Paulus.
Di dalam Yesaya 40, kabar baik yang dia maksudkan adalah kabar bahwa Tuhan kembali bertahta. Tuhan kembali bertahta, Tuhan tidak membiarkan orang Israel berada di dalam keadaan dibuang, Tuhan tidak membiarkan orang Israel berada di dalam keadaan terus-menerus kalah, ini tema dari Yesaya. Jadi kalau Saudara membaca Kitab Yesaya, Saudara akan menemukan ini, Saudara akan menemukan bahwa Yesaya sedang berbicara tentang kemenangan Tuhan. Yesaya sedang berbicara bahwa Israel tidak akan dibiarkan kosong terus, kalah terus dan ditundukan oleh Babel terus-menerus. Ini penting untuk kita pahami. Berita Injil atau berita kabar baik yang Paulus maksudkan adalah berita bahwa Tuhan mau menyelamatkan Israel dengan pengertian Tuhan mau memulihkan mereka kembali. Itu sebabnya Paulus mengutip tentang “aku tidak malu akan Injil” dan ini sangat menjelaskan bagian-bagian dari Yesaya. Kita harus ingat, sebagai bangsa yang terus-menerus dicekoki pengertian bahwa Bait Suci itu paling penting, Bait Suci adalah tempat kehadiran Tuhan, tanpa Bait Suci Israel tidak punya agama. Maka mereka akan sangat heran ketika Bait Suci itu hancur. Cara membaca Alkitab itu sebenarnya merasakan apa yang orang-orang di Alkitab rasakan, atau paling tidak merasakan apa yang pembaca mula-mula rasakan. Ini pengertian penting untuk kita membaca kitab apa pun sebenarnya. Jadi Saudara harus benar-benar tahu apa yang menjadi pergumulan, apa yang Paulus anggap indah tapi mengapa kita tidak melihat itu indah. Di dalam Yesaya yang menjadi bacaan Paulus, di dalam perkataan “aku tidak malu akan Injil”, dikatakan bahwa Israel itu sedang malu di pembuangan. Karena mereka seperti dibuang Tuhan. Yesaya 45: 17, “Israel diselamatkan oleh Tuhan dengan keselamatan yang selama-lamanya. Kamu tidak akan mendapat malu dan tidak kena noda sampai selamanya dan seterusnya”, ini kabar kesukaan dari Tuhan. Jadi Tuhan mengatakan kepada Israel, “kamu tidak akan malu lagi”. Apa yang memalukan dari Israel? Mereka dibuang oleh Tuhan, Tuhan tidak pedulikan mereka lagi, Tuhan sudah membuang mereka. Maka Tuhan mengatakan di dalam Yesaya 45: 17 “kamu tidak akan dipermalukan sampai selamanya”. Sebelumnya di ayat 15 dikatakan “Aku adalah Allah yang menyembunyikan diri”. Jadi Tuhan seperti tidak kelihatan, Tuhan tidak menunjukan diriNya, tapi Tuhan berjanji Israel tidak akan kena noda sampai selamanya dan tidak akan kena malu sampai selamanya. Bahkan di dalam Yesaya 49: 23, Yesaya mengatakan “raja-raja akan menjadi pengasuhmu”. Bayangkan untuk orang di pembuangan, Yesaya mengatakan “raja-raja akan menjadi pengasuhmu lalu permaisuri akan menjadi inangmu. Mereka akan sujud kepadamu dengan muka sampai ke tanah, akan menjilat debu kami. Maka engkau akan mengetahui Akulah Tuhan. Dan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Aku tidak akan mendapat malu”. Siapa yang menanti-nantikan Tuhan tidak akan mendapat malu. Kamu berharap kepada Tuhan, kamu tidak akan dipermalukan. Jadi apa yang membuat Israel dipermalukan? Yang membuat mereka dipermalukan adalah mereka terbuang. Mereka dibuang oleh Tuhan dan mereka merasa sangat dipermalukan oleh karenanya. Mereka menyebut nama Tuhan tapi Tuhan tidak kuasa menolong mereka, sepertinya. Mereka berbangga kepada Allah yang adalah Allah langit dan bumi, tapi mereka ditaklukan Babel dengan dewa-dewanya. Sehingga di pembuangan mereka sangat malu, mereka tidak berani angkat muka dan mengatakan “kami adalah umat pilihan”. Mereka berada dalam keadaan terhina dan hal yang paling membuat mereka terhina adalah fakta bahwa Tuhan tidak peduli mereka. Tuhan sudah buang mereka dan membiarkan mereka dipermalukan, mereka menjadi tertawaan, mereka menjadi cela, mereka dihina dan Tuhan seperti tidak peduli. Orang Israel sedang berada dalam keadaan yang sangat sulit. Kalau Saudara ada di dalam keadaan ini, kalau Saudara menjadi orang Israel di dalam pembuangan, kehilangan segala hal yang Saudara sangat banggakan, Saudara merasa sangat malu, Saudara merasa sangat tidak punya harga diri lagi. Saudara coba alami hal itu, bagaimana perasaan kita kalau kita mengalami itu? kita akan dipermalukan, kita tidak punya hal yang bisa dibanggakan. Maka coba berpikir untuk melihat apa yang Kitab Suci katakan sebagai sesuatu yang harus dipegang. Jangan pegang keamanan situasi sekarang, saat ini keadaan seperti ini, besok bisa berubah. Saat ini seperti ini, besok bisa lain. Kalau Saudara terus berpikir untuk pegang harta, terus berpikir untuk memegang kenyamanan karena ada uang, suatu saat Saudara akan celaka karena tidak terbiasa memegang Tuhan. Karena kalau keadaan berubah, Saudara baru mau belajar berpegang pada Tuhan, itu sudah terlambat. Belajar berpegang kepada Tuhan, belajar berserah kepada Tuhan. Orang Israel dididik dengan sangat keras, dibuang ke Babel dan mereka tidak punya pegangan lagi. Mereka tinggal sebagai bangsa asing, mereka harus berjuang dari nol, semua harta yang mereka punya habis semua. Waktu itu mereka baru sadar “begini rasanya tidak punya bangsa, begini rasanya jadi orang yang tidak punya kedaulatan apa pun, ini rasanya diperlakukan seperti sampah oleh orang Babel”. Dan di dalam keadaan seperti ini mereka malu, malu karena Tuhan tidak menyatakan diri, malu karena dia tidak memunyai kemuliaan apa pun. Cara yang penting untuk mengubah keadaan memalukan ini adalah Tuhan bertahta kembali.
Jadi kabar baik dari Yesaya adalah Tuhan bertahta kembali. Namun di dalam pasal 45:15 dikatakan Tuhan bertahta kembali, namun Dia menyembunyikan diri. Hal ini yang membingungkan pembaca Yesaya. Bagaimana caranya supaya kita tidak dipermalukan lagi? Tuhan mengatakan “suatu saat engkau tidak akan dipermalukan lagi tetapi keadaanmu belum juga berubah”. Kalau kita di tengah-tengah mereka, kita akan mengatakan “saya maunya keadaan berubah, saya tidak mau keadaan seperti ini terus. Kalau saya dipermalukan di tempat pembungan, saya ingin kembali ke negara saya supaya saya jaya lagi”. Ini bukan sesuatu yang aneh, karena kita mau seperti itu kan? Kalau Saudara dihina karena Saudara miskin, Saudara ingin membuktikan dengan cara menjadi kaya, kalau Saudara dihina tidak bisa sukses, Saudara akan membuktikan dengan cara menjadi sukses. Tapi ternyata jalan Injil tidak begitu. Jalan Injil begitu sulit sehingga perlu iman untuk menyadari ada berita bahagia di sini. Perlu iman untuk membuat kita bisa melihat Injil sebagai kabar baik. Karena waktu Injil dipresentasikan dalam caranya Yesaya, tidak ada keadaan baik yang terjadi dengan segera, bahkan sampai zamannya Paulus. Tapi Paulus mengingatkan bahwa kabar baik itu sudah diberikan karena kamu yang tadinya hina sudah dianggap mulia oleh karena Tuhan. Ini menjadi kunci untuk memahami Injil Tuhan, kamu yang tadinya hina dianggap mulia oleh Tuhan. Kamu yang tadinya hina sekarang dibenarkan oleh Tuhan. Tetapi kata dibenarkan adalah kata yang mengubah status kita di hadapan Tuhan, tapi tidak tentu mengubah keadaan kita. Ini menjadi hal yang sangat membingungkan maka kalau Saudara baca di Kitab Roma dikatakan “saya tidak malu karena Injil”, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Injil adalah kuasa Allah yang menyelamatkan. Kekuatan yang menyelamatkan yang disoroti dari perspektif Injil itu lain dengan dengan kekuatan Allah yang disoroti dari perspektif dunia. Injil dan dunia itu sering bentur dalam sudut pandang melihat hidup. Bagi orang dunia Tuhan gagal menyatakan pekerjaanNya lewat umatNya, dan bukan hal yang aneh karena orang dunia akan melihat “kok Tuhan tidak membuatmu jadi lebih baik? Tuhan tidak membuat kamu jadi lebih menang, lebih sukses”. Makanya teologi sukses sepertinya lebih logis, kalau Tuhan itu menang kamu pasti kaya, kalau Tuhan menang kamu tidak akan gagal, ribuan orang rebah di sekitarmu tapi kamu berdiri dengan jaya. Orang dunia akan melihat dengan perspektif dunianya dan akan melihat bahwa sebenarnya kabar baik yang Tuhan berikan tidak ada. Ini pesan yang penting untuk Saudara bisa pahami. Di dalam Kitab Yesaya orang dunia akan melihat “kamu tidak mendapat penghiburan apa pun, kamu masih dikalahkan bangsa lain, kamu masih menjadi orang buangan, kamu masih jadi sampah di Babel, apa yang membuat Tuhan menyatakan kamu tidak akan dipermalukan? Kamu masih memalukan, keadaanmu masih memalukan. Jadi tidak ada hal baik yang terjadi”. Tapi Tuhan sudah berjanji kamu tidak akan terus dipermalukan. Dan kita berpikir pasti kita tidak akan dipermalukan, pada akhirnya nanti waktu Tuhan datang kembali Tuhan akan hancurkan semua orang-orang fasik dan kita akan dimunculkan, pada waktu itu kita tidak akan dipermalukan. Tapi Paulus mengatakan di Roma 1 “saat ini kita tidak dipermalukan. Aku tidak malu karena Injil”. Paulus mengatakan itu bukan karena Tuhan sudah datang kedua kali dan membereskan yang jahat. Ini bukan berarti tidak ada kejahatan, ini bukan berarti semua politik jadi beres, ini bukan berarti bahwa kekayaan akan diberikan kepada umat Tuhan, umat Tuhan akan jaya, sukses, hidupnya akan baik. Hidup tetap sama. Saudara kalau tidak mengerti apa yang Paulus katakan di Roma 1, akan sangat sulit untuk jalani hidup secara realistis. Apa yang membuat kita putus asa? Kita ingin segera tidak malu dengan cara Tuhan mengubah keadaan kita. “Sudahkah Tuhan mengubah keadaan saya? Kalau Tuhan sudah ubah keadaan saya, mengapa saya masih berada dalam keadaan seperti ini, mengapa pernikahan saya belum juga beres? Lalu kita merasa putus asa di sini, itu bodoh. “Mengapa pekerjaanku belum juga beres”, dan kita putus asa karena itu, itu bodoh. “Mengapa saya terus gagal dalam berelasi?”, dan kita putus asa karena itu, dan itu bodoh. Mengapa bodoh? Karena Tuhan menyatakan lewat Paulus, “saya tidak malu karena Injil meskipun keadaan saya seperti ini sekarang”. Jadi apa yang Injil beritakan? Apa yang dinyatakan dalam berita Injil, mengapa tidak memalukan meskipun keadaan kita tetap memalukan? Waktu Israel di pembuangan, mereka tetap berada dalam keadaan memalukan, tapi Tuhan mengatakan “jangan malu karena Injil, jangan malu karena kabar malu, jangan malu. Aku tidak membiarkan engkau dipermalukan”. Paulus mengatakan di dalam Roma 1, yang membuat dia tidak malu karena Injil, sebabnya karena Injil adalah keselamatan yang Allah berikan.
Ini tema yang sepertinya kita sudah tahu, Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Jadi Allah punya kuasa, dan kuasa yang diberikan adalah kuasa untuk menyelamatkan. Kalau saya beritakan ini kuasa yang menyelamatkan, mungkin kita akan mengatakan “iya, saya sudah tahu keselamatan, tadinya neraka sekarang sorga, tadinya dibinasakan oleh Tuhan sekarang mendapatkan bahagia di dalam Tuhan. Saya sudah mengerti, keselamatan itu doktrin dasar, saya sudah tahu dari dulu”. Tapi saya ingin Saudara memahami apa yang Saudara sudah tahu dulu, itu pengetahuan yang benar tentang keselamatan, tapi saya ingin Saudara memasukan pengertian itu di dalam konteks. Apa itu keselamatan? Keselamatan itu dari musuh Tuhan jadi anak Tuhan, dari tidak kenal Tuhan menjadi kenal Tuhan, dari membenci Tuhan menjadi cinta Tuhan, dari tadinya dihukum Tuhan di neraka sekarang masuk sorga di dalam Tuhan. Itu benar, tapi coba masukan dalam konteks ini. Paulus mengatakan Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Mengapa Allah perlu menyatakan kuasaNya untuk menyelamatkan? Kuasa macam apa yang Tuhan nyatakan? Di sini perlu perubahan paradigma, ada sesuatu yang sangat revolusioner yang Paulus sedang nyatakan di dalam pengertian Injil. Paulus sedang menyatakan jenis kuasa yang berbeda dengan kuasa yang selama ini kita pahami. Selama ini kita memahami kuasa berarti mampu over-power yang lain, saya punya kekuatan lebih dari yang lain karena kekuatan saya di dalam finansial, atau di dalam skill, atau di dalam kemampuan senjata, atau dalam apa pun, lebih kuat dari yang lain karena itu bisa menaklukan yang lain. Sekarang kalau kita mau melihat apa yang Paulus bagikan, apa itu kekuatan Allah? Kekuatan Allah adalah kekuatan menyelamatkan. Bagaimana cara Allah menyelamatkan? Roma 1, Tuhan menyelamatkan semua orang, pertama-tama orang Yahudi tetapi juga orang Yunani. Apa yang Tuhan lakukan di dalam menyelamatkan? Kalau Saudara melihat latar belakang Kitab Yesaya, maka Saudara akan menyadari bahwa cara Tuhan menyelamatkan Israel adalah dengan membiarkan mereka tetap dalam pembuangan dan menunjukan kemenangan di dalam situasi yang tidak berubah. Ini kuasa Tuhan menyelamatkan orang, membuat orang menjadi milikNya meskipun keadaan tidak berubah. Ini kalimat yang sangat penting untuk kita pahami. Bagaimana Tuhan menunjukan kuasa keselamatan? Dengan cara Dia membuat kita menjadi milikNya meskipun keadaan kita tidak berubah. Keadaan apa yang tidak berubah? Hampir semua tidak berubah. Keadaan apa? Apakah kalau dulu saya jahat sekarang jadi baik? Tidak, waktu Saudara menjadi milik Tuhan, masih jahat, tapi sedang berjuang untuk tidak jahat lagi. Jadi bukan karena Saudara berhasil menjadi baik lalu Tuhan merekrut Saudara menjadi milikNya. Ini kalimat Injil, Injil adalah deklarasi Tuhan bahwa engkau adalah umatNya meskipun kita tetap dalam keadaan yang sama. “Saya tidak sama, pak. Saya bertobat waktu datang kepada Tuhan”, pertobatanmu belum kelihatan. Orang mengaku bertobat, di hari pertama bertobat dia masih kelihatan sama. Memang pelan-pelan dia berubah, tapi dirinya yang lama masih kuat, masih bercokol terus di dalam hatinya. Maka ketika orang mengatakan dia milik Tuhan, dia menjadi milik Tuhan bukan karena dia berhasil melakukan sesuatu untuk jadi milik Tuhan. Tapi karena Tuhan melakukan sesuatu yang sangat besar, yang membuat kita jadi milik Dia meskipun keadaan tidak berubah. Inilah berita sukacita itu, kekuatan Tuhan adalah kekuatan waktu Dia menjadikan kita
milikNya meskipun tidak ada yang berubah dari kita. Kalau kita renungkan ini jadi kalimat yang indah sekali, karena kita hidup di dunia yang terbiasa dengan metode transaksional waktu berelasi dengan orang. Saudara terbiasa untuk beri sesuatu baru dapat sesuatu, “kamu jual saya beli, kamu bayar kamu dapat, kamu kerjakan ini kamu akan dapat”. Tapi Paulus mengatakan “saya tidak malu akan Injil” dan ini berkait dengan Yesaya 45. Dan di dalam Yesaya 45 Tuhan mengatakan “Aku melakukan sesuatu kepadamu meskipun kondisimu tidak berubah. Aku melakukan sesuatu kepadamu hai Israel, meskipun kamu masih di pembuangan”. Ini berita Injil yang Tuhan mau bagikan kepada kita. Tuhan mau melakukan sesuatu kepada kita meskipun kita masih berada di dalam keadaan kita yang sama. Coba bayangkan Saudara dan saya masih sama, tapi sudah berubah. Apanya yang berubah? Pandangan Tuhan kepada kita. Bagaimana kita bisa berubah? Apa yang membuat kita berubah itu dalam kerangka pikir Paulus di Surat Roma adalah pengorbanan Kristus. Paulus mengatakan beberapa kalimat di dalam Surat Roma yang berkait dengan pengorbanan Kristus. Paulus mengatakan bahwa Kristus itu adalah yang menjadi korban, Kristus menumpahkan darahNya, Kristus adalah yang dimatikan, hal-hal seperti ini yang Paulus terus katakan waktu dia menyatakan tentang Injil Tuhan kepada kita. Ketika Paulus mengatakan “inilah berita Injil”, Paulus sedang mengatakan berita Injil adalah pekerjaan Tuhan yang rela mati, rela berkorban kemudian rela mencurahkan darahNya supaya kamu meskipun keadaan sama tapi kamu berubah di hadapan Tuhan. Jadi Saudara dan saya dengan keadaan yang tetap sama, kita menjadi milik Tuhan oleh karena darah Kristus. Waktu Kristus melakukan pengorbananNya, kita dimiliki oleh Tuhan, sehingga kita menerima ini dengan iman. Maksudnya menerima ini dengan iman adalah kita memunyai keyakinan bahwa kita tidak dipermalukan oleh karena Kristus menjadi korban bagi kita. Dan waktu Saudara mengatakan “saya tidak malu karena Injil”, berarti pengorbanan Kristus sudah membuat kita celik, kita tahu apa yang memalukan dan yang tidak. Yang memalukan adalah hal-hal yang membanggakan untuk diri. Yang tidak memalukan adalah kuasa Tuhan yang menyelamatkan saya melalui korban. Jadi Tuhan rela berkorban supaya saya diselamatkan, supaya saya menjadi milik Dia. Siapa saya? Saya adalah orang yang belum berubah, saya adalah orang yang dibuang, saya adalah orang yang tidak memunyai kemungkinan untuk diterima oleh Tuhan. Dalam keadaan rendah seperti ini saya sekarang dimiliki oleh Tuhan. Berapa besar hal ini akan memengaruhi hidup kita? Sangat besar. Kalau Saudara menerima ini dan memahami apa yang saya maksudkan, Saudara tidak lagi merasa bingung dalam kondisi Saudara, keadaan Saudara, dan juga realita yang Saudara alami karena Saudara sudah menjadi milik Tuhan. Injil akan mengubah segala sesuatu, karena sekarang tidak ada lagi saya yang mulia itu. Saya ada di pembuangan, saya ada di tempat yang hina, saya ada di tempat yang tidak semestinya, dan Paulus mengatakan orang Israel itu dibuang karena mengkhianati perjanjian. Dan Paulus mengatakan di padal 1 ayat 18 dan seterusnya, orang-orang Kristen pun atau orang-orang dari bangsa mana pun sudah melanggar perjanjian. Jadi yang melanggar perjanjian bukan hanya Israel tapi semua orang. Tapi bukankah hanya Israel yang mendapatkan Taurat? Israel dapat Taurat, Israel melanggar Taurat, jadi Israel melanggar perjanjian.
Dan waktu Tuhan menyatakan anugerahNya kepada kita, pada waktu itu kita mendapatkan berkat yang sangat limpah karena kita menjadi milikNya. Saudara dan saya dimiliki oleh Tuhan meskipun kita belum mengalami perubahan keadaan dan kondisi. Mengapa kita bisa berubah? Seperti yang saya katakan tadi karena Kristus sudah mengorbankan diriNya untuk kita. Waktu Kristus mati di kayu salib, meskipun sekali lagi Paulus bukan bicara tentang salib tapi Paulus bicara tentang pengorbanan yang tentu otomatis akan mengaitkan dengan salib. Waktu Kristus dipakukan di atas kayu salib, Dia mengerjakan segala sesuatu yang perlu untuk memindahkan Saudara dari pembuangan menjadi milikNya. Meskipun kita belum tersentuh oleh Dia, waktu kita belum percaya, kita tidak pernah mengalami cinta kasih yang besar, kita tidak pernah memahami pengorbananNya, kita tidak pernah sadar betapa besar cinta kasih Dia kepada kita, namun tetap memberikannya kepada kita. Waktu Dia memberikannya kepada kita, Paulus mengatakan inilah berita Injil itu. Jadi kalau Saudara ditanya apa itu berita Injil, saya harap Saudara bisa menjawab seperti apa yang sudah saya jelaskan, yaitu bahwa ketika Tuhan mau mengembalikan posisi kita yaitu kembali kepada Dia, kembali dari pembuangan, kembali dari keadaan disingkirkan Tuhan, diabaikan Tuhan, dibuang Tuhan. Yang membuat kita kembali padaNya adalah pengorbanan Kristus. Kristus berkorban, Saudara dan saya kembali. Kristus berkorban, Saudara dan saya menjadi milik Tuhan. Kristus berkorban, Saudara dan saya dimiliki oleh Tuhan. Jadi apa yang membuat kita dimiliki oleh Tuhan? Bukan keadaan bebas dari pembuangan, tapi pengorbanan Kristus. Pengorbanan Kristus membuat saya menjadi milik Tuhan meskipun keadaan seperti masih dalam pembuangan. Ini berita yang sangat besar karena Saudara dan saya harus mengimaninya untuk dapat mengertinya. Saudara dan saya akan mengatakan “saya sudah menjadi milik Tuhan?”, “sudah”, “tapi mengapa saya masih merasa sama? Apa yang beda dari saya?”. Mungkin Saudara mengatakan “bukannya saya tidak berubah, saya mulai ada perubahan sedikit-sedikit”, tapi saya mau mengingatkan yang Paulus beritakan adalah titik awal ketika Saudara menjadi milik Tuhan dimana perubahan itu belum kelihatan.
Itu sebabnya Paulus mengatakan “saya tidak mau karena Injil, karena Injil saya menjadi milik Tuhan”. “Paulus, kamu seperti orang buangan, kemana pun pergi tidak ada tempat, kamu dimusuhi banyak orang. Sejak menjadi rasul, hidupmu semakin parah”. Kalau Paulus bersaksi tentang hidupnya sebelum dan sesudah kenal Tuhan, kehidupan setelah kenal Tuhan menjadi catatan yang jelek sekali. Sebelum kenal Tuhan, farisi, dihormati, ditakuti, memunyai prestasi, orang yang dianggap penting, anggota sanhedrin. Setelah kenal Tuhan, dicambuk, kapal karam, dilepmar batu, dikira mati, dimusuhi, difitnah, ditangkap, dipenjara, diadili, hampir lepas, ketangkap lagi, lepas, ditangkap lagi, dijatuhi hukuman mati, dipenggal. Bodoh sekali Paulus, “Paulus, berpikir sehat sedikit saja, untuk apa kau hidup seperti ini? Mengapa kamu ikut Kristus?”. Dan kalau Saudara mempertimbangkan secara rasional keuntungan menjadi Kristen, Saudara tidak akan lihat itu. Tidak ada hal yang baik dan membanggakan dengan menjadi Kristen. Maka Paulus mengatakan dengan penuh iman waktu dia berkata “aku tidak malu karena Injil”. “Kamu tidak malu akan Injil? Saya tidak mengerti apa itu Injil, saya tidak lihat apa yang Tuhan sudah kerjakan di dalam diri kamu sebagai sesuatu yang terwujud secara praktis, secara pengalaman, secara empiris kamu tidak bisa mengalami kesenangan apa pun, kamu tetap sama seperti dibuang”. Tapi Paulus mengatakan “kuasa Allah yang menyelamatkan itu yang membuat saya mengerti kuasa Injil”. Jadi ini pengertian yang mendobrak dari Paulus, mengapa dia tidak malu akan Injil, sebab Injil adalah pengorbanan Kristus. Dia berkorban supaya saya menjadi milik Dia. Yang terjadi bukan apa yang saya alami tapi apa yang Dia sudah alami. Kita sering mengalami sesuatu yang begitu gampang, tapi kita tahu berapa berat dan keras kerjaan orang-orang di baliknya. Kita sering mengalami ini, kita sering mengalami hal-hal yang begitu mudah kita nikmati, kita tidak tahu proses yang begitu limpah di baliknya. Saudara bisa dengan mudah menikmati roti dan menelannya, Saudara tidak tahu berapa besar pergumulan yang terjadi sebelumnya, Saudara tidak tahu kesulitan dibaliknya. Kita selalu gampangkan sesuatu sehingga kita sulit menghargai salib Kristus. Mengapa salib Kristus sulit? Karena kita tidak pernah peduli berapa besar proses yang terjadi untuk Saudara dan saya dipindahkan dari pembuangan menjadi milik Tuhan. Kita hanya menikmati keadaan, hanya tahu “kalau saya alami, baru itu heboh. Keselamatan itu tidak penting karena saya tidak mengalami apa-apa. Saya tidak mendapat apa-apa, saya tidak merasakan sensasi apa pun”. Ini kerusakan yang diajarkan di dalam tradisi Karismatik. Saya tidak mengatakan tradisi Karismatik pasti sesat, tapi ada satu kekurangan besar yang mereka terus gembar-gemborkan yaitu pengalaman pribadi. Kalau Saudara mau pengalaman pribadi menjadi standar, Saudara akan remehkan segala sesuatu. Engkau tidak rasa apa-apa, tapi Yesus merasa tangan dan kakiNya dipaku, Dia rasa kemuliaan Dia dihina, Dia merasa segala hal yang Dia miliki dihancurkan, Dia merasa hidupNya direnggut dari Dia, Dia merasa ketidak-adilan menang, Dia merasa BapaNya berpaling dariNya, Dia merasa segala hal yang paling buruk yang kita takut terjadi sekarang terjadi pada Dia. Dia merasa ditinggal oleh teman-temanNya, Dia merasa pembuangan yang paling parah dirasakan lebih dari siapa pun yang pernah Dia kenal. Dia merasa kubur sudah dekat, Dia merasa kematian sudah akan mengambil Dia. Dan Dia merasa segala sesuatu yang Dia kerjakan akan berakhir pada saat itu. Tapi ketika Dia mati, itu menjadi titik keselamatan kita. Maka jangan anggap remeh apa yang sudah dilakukan oleh Tuhan. Itu yang Paulus lakukan “saya tidak malu karena Injil”, karena di sini ada kuasa Tuhan. Kuasa korban untuk saya berubah status, untuk Saudara berubah status ada korban yang begitu besar. Maka Paulus sedang mengatakan bahwa Injil ini tidak hanya menyelamatkan orang Yahudi, tapi juga orang Yunani. Orang-orang kafir Yunani diselamatkan dengan berita yang sama dengan orang-orang Yahudi yang memberontak melawan Taurat.
Maka orang-orang yang tidak layak seperti kita yang diubah kondisinya bukan karena pengalaman kita tapi karena pekerjaan Kristus, mendapatkan keselamatan di dalam Tuhan meskipun kondisi hidup masih seperti ada di pembuangan. Dan inilah berita besar yang Paulus mau bagikan “Dia sudah selamatkan kamu, maka saya tidak malu dengan berita Injil, saya tidak malu dengan pengorbanan Kristus yang membuat saya menjadi benar”. Dan di dalam ayat 17 Paulus mengatakan “sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman”, kita akan bahas selanjutnya. Tapi saat ini kita akan fokus dengan apa yang Yesaya katakan. Yesaya memberikan perspektif penting sekali karena Saudara dan saya, engkau dan juga Paulus sedang berada dalam keadaan seperti dibuang di dalam Kitab Yesaya. Namun tiba-tiba perubahan terjadi, Tuhan mengatakan “Aku akan mempertobatkan kamu, Aku akan mengembalikan kamu, Aku akan memberi diri kepadamu”, dan situasi berubah. Namun situasi berubah ini dialami oleh orang-orang Israel yang percaya, di dalam pembuangan. Maka ini menjadi satu dorongan bagi kita, harap kita boleh mengerti bahwa Saudara dan saya berada di dalam kondisi yang sama namun Kristus sudah membuat segala perbedaan. Saudara akan tetap mengalami kekayaan yang sama atau kemiskinan yang sama, pergumulan yang sama, penyakit yang sama. Keadaan seperti tidak berubah, karena bukan itu yang membuat engkau selamat, yang membuat engkau selamat adalah karya besar dari Kristus. Kalau saya punya keberanian untuk percaya dan tidak malu karena Injil, Saudara juga akan menjalankan hal yang sama. Ini yang Paulus nyatakan di bagian-bagian selanjutnya, secara implisit dia nyatakan di ayat 16. Kalau kamu tidak malu akan Injil, berarti kami akan jalankan Injil. Ketika Paulus mengatakan saya tidak malu karena Injil, kamu harus jalankan Injil. Injil adalah konsep berpikir, salah satunya, Injil adalah konsep berpikir bahwa Allah berkorban untuk saya mendapatkan kesempatan lepas dari pembuangan. Hal yang sama akan saya jalankan apa itu menjalani Inji.
Menjalani Injil berarti saya rela berkorban untuk orang lain mendapatkan kelepasan. Saya bukan orang yang sudah banyak pengalaman di dalam hidup, namun saya pernah alami keadaan sebelum kenal Injil dan sesudah kenal Injil. Sebelum saya kenal Tuhan dan sesudah kenal Tuhan perbedaannya jauh sekali. Saya sangat berharap Saudara mengerti apa yang saya katakan karena saya ingin Saudara menyenangi Tuhan. Kalau Saudara sudah menyenangi Tuhan, tidak ada hal apa pun di dunia ini yang akan menyaingi Dia di dalam memberikan Saudara kesenangan. Uang banyak bisa menyaingi? Tidak, dan saya bisa menikmati meskipun tidak banyak, tapi saya tetap tidak menikmati kesenangan kalau uang bertambah lebih dari pada kalau saya menikmati kesenangan di dalam Injil Tuhan. Dan Saudara akan merasakan ini, “ini hal yang menyenangkan sekali. Karena Tuhan berkorban, saya menjadi milik Dia”. Dan waktu Saudara menyenangi sesuatu, Saudara akan mengadopsi dan menghidupinya bersama-sama. Waktu Saudara menghidupinya bersama-sama, Saudara akan mengerti apa itu perubahan besar yang Paulus katakan di dalam menghidupi Injil. Orang yang sudah mengeri berita Injil akan memunyai konsep yang sama dengan apa yang Tuhan sudah jalankan. Saya korban, orang lain dapat berkat. Ini saja, simple. Kristus berkorban, saya mendapatkan perubahan, saya berkorban, orang lain mendapatkan perubahan. Apakah pengorbanan Saudara akan senantiasa diketahui orang? Mungkin tidak, sama seperti pengorbanan Kristus tidak terlalu disadari oleh banyak orang. Namun ketika saya melakukan itu, saya tahu bahwa saya sedang berbagian di dalam Kristus. Maka Injil Kristus membuat saya diselamatkan dan setelah saya diselamatkan, saya mengadopsi apa yang Dia
kerjakan, saya tidak malu dengan pola ini. Pola berkorban dan orang lain dapat berkat. Waktu Saudara menyadari “saya tidak malu dengan proses Kristus berkorban demi saya”, maka Saudara juga tidak malu untuk jalani itu, berkorban demi orang lain mendapat berkat. Tapi berkorban untuk orang lain mendapat berkat itu susah. Itu cuma slogan dan susah dijalankan, Saudara akan menuntut dihargai, Saudara akan marah ketika pekerjaan Saudara tidak dihargai. Saudara akan tuntut orang lain untuk menghargai berapa besar Saudara sudah berkorban, dan itu adalah sesuatu yang senantiasa kita matikan. Dan ini berat. “Saya sudah mati-matian, tapi mengapa kamu tetap tidak menghargai?”, tidak bisa seperti itu, kamu memang harus mati-matian kalau memahami Injil. Sehingga Saudara menyadari bahwa “saya tidak malu dengan pola ini. Saya tidak malu dengan cara Tuhan menjalankan dunia ini”. Bagaimana cara Tuhan menjalankan dunia ini? Yaitu Dia berkorban dan Saudara mendapat berkat. Bagaimana caranya berbagian di dalam Injil? Saudara berkorban dan orang lain mendapat berkat, simple. Dan inilah cara Tuhan menangani pembuangan, menangani umatNya, dan ini cara yang akan membahagiakan kalau kita jalankan. Kiranya Tuhan memberkati Saudara dan saya, dan kita menjadi orang yang menyadari hidup di dalam menjadi berkat adalah hidup yang berkorban.
(Ringkasan ini belum diperiksa pengkhotbah)