(Matius 25:1-13)
Pengajaran dari Yesus Kristus mengenai Kerajaan Sorga. Dan ketika dikatakan Kerajaan Sorga, ini sedang berbicara tentang Kerajaan Sorga yang sebentar lagi akan datang. Jadi ini bukan hanya sekedar bicara hal Kerajaan Sorga tapi dengan tegas mengatakan kalau Kerajaan Sorga sudah dekat, sudah mau datang, inilah yang harus kamu ketahui. Dan Yesus membagikan hal Kerajaan Sorga ini dengan perumpamaan, sesuatu yang tidak terlalu umum di dalam tradisi Yahudi. Di dalam tradisi Yahudi, ketika Kerajaan Tuhan sudah dekat, umumnya bahasa yang dipakai adalah bahasa apokaliptik, ini semua adalah jenis tulisan atau genre yang tidak terdapat di dalam tulisan di luar Alkitab. Mengapa harus dibahas secara apokaliptik? Karena di dalam gaya apokaliptik itu ada banyak pengertian simbol yang harus ditafsirkan dengan cara yang unik. Hal seperti ini dimunculkan dalam simbol ini. Namun interpretasinya tidak bisa dikurung hanya dalam satu periode saja. Saudara tidak bisa mengatakan binatang ini adalah Kerajaan Roma saja, atau binatang ini adalah misalnya Kerajaan Komunis. Saudara akan melihat penafsiran ini akan kena kepada setiap zaman, ini keunikan dari apokaliptik. Namun heran di dalam Injil, Yesus memilih untuk menggunakan genre yang berkait dengan perumpamaan. Mengapa Dia memakai perumpamaan, mengapa bukan apokaliptik? Karena di dalam tradisi perumpamaan ada pepatah bijaksana hidup sekarang. Sedangkan di dalam apokaliptik umumnya ada penghiburan untuk sekarang dan gambaran kewaspadaan tentang bahaya yang akan terjadi sekarang. Ini penting untuk kita pahami, genre apokaliptik memberikan penghiburan dan penekanan untuk waspada, sedangkan perumpamaan lebih sering menekankan terhadap tindakan yang harus kamu lakukan. Perumpamaan akan mengatakan sesuatu untuk menyindir kita atau untuk menjelaskan kepada kita apa yang seharusnya kita lakukan. Jadi ini yang Yesus pilih untuk lakukan. Akhir zaman bukan untuk dinanti-nanti dengan cara melihat ke atas. Akhir zaman atau saat Tuhan memulihkan langit dan bumi adalah saat yang kita nanti-nantikan dengan kehidupan rutin setiap hari. Ini inti dari beberapa perumpamaan dalam tulisan Injil. Pada bagian ini ada perumpamaan mengenai 10 orang gadis yang bertugas menyongsong mempelai laki-laki. Ini cerita yang umum di dalam tradisi Yahudi, tapi tidak umum bagi kita. Karena di dalam tradisi kita, cara untuk melakukan pernikahan beda dengan cara orang Yahudi. 10 Orang ini adalah 10 yang diberikan perintah untuk menyongsong ketika mempelai laki-laki dan perempuan yang sudah menikah pulang, tugas mereka adalah melakukan prosesi ketika pengantin ini masuk ke rumah mereka untuk pertama kali. Jadi ini bukan pengantinnya. Ini hal yang unik, para perempuan ini bukan pengantin, padahal di dalam gambaran orang Yahudi, orang Israel atau umat Tuhan akan menjadi pengantinNya Tuhan. Di sini orang Israel diberikan gambaran yang penting bahwa akhir zaman begitu multiperspektif, ada begitu banyak sisi yang bisa disoroti. Ada sisi dimana kita adalah pengantinNya Tuhan, dan Saudara tidak bisa mengatakan “kalau begitu pernikahan di bumi akan dilanjutkan di sana”, bukan seperti itu. PengantinNya Tuhan berarti ada relasi perjanjian yang indah, yang sebagiannya kita bisa alami di dalam pernikahan. Jadi pernikahan yang sejati adalah nanti antara Tuhan dan umatNya. Pernikahan yang kita alami sekarang adalah ekspresi yang merupakan cicipan dari apa yang Tuhan mau kerjakan nanti. Jadi jangan terbalik, pernikahan kita yang utama, lalu nanti relasi Allah dan ciptaanNya agak mirip-mirip dengan pernikahan kita di sini, itu cara melihat yang terbalik. Relasi antara Tuhan dan umatNya itu yang utama, dan relasi pernikahan kita di sini merupakan ekspresi cicipan dari relasi yang indah itu nanti. Maka ada bagian di saat akhir zaman atau ketika Tuhan datang, saya harus klarifikasi sedikit, kalau saya bilang akhir zaman itu agak sulit untuk dimengerti. Karena akhir zaman di dalam konsep Reformed itu adalah ketika Yesus datang pertama dan kedua, semua ini akhir zaman. Dari abad pertama Yesus naik ke sorga, dari saat gereja ada di bumi sampai Yesus datang kembali, itu semua akhir zaman. Kalau Saudara mengerti teologi Reformed, Saudara pasti keberatan setiap kali saya mengatakan “menyongsong akhir zaman”, “pak, kita sudah di akhir zaman”, tapi kalau Saudara kurang keberatan, berarti Saudara mungkin tidak terlalu tahu Reologi Reformed. Di dalam tradisi Reformed, akhir zaman adalah ketika Yesus naik ke sorga dan ketika Dia datang kembali kedua kali nanti, pengertian ini sangat penting. Saudara akan meletakan kehidupan Kristen ada di dalam posisi ini. Kehidupan gereja Tuhan adalah kehidupan yang menantikan kedatangan Tuhan. Di dalam banyak perumpamaan Yesus, sisi inilah yang disoroti. Sisi di mana kita adalah orang-orang yang diberi tugas, dan sekarang Tuhan akan tanya bagaimana tugas itu sudah dijalankan.
Itu sebabnya dikatakan pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama 10 gadis yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong laki-laki. Bagaimana ini kita mengerti? Di dalam tradisi Yahudi, pernikahan itu dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah ketika mereka melakukan pertunangan, ini sama dengan menikah tapi belum boleh tinggal bersama. Sesudah itu akan diadakan upacara mengikatan secara Yahudi. Setelah itu mereka akan adakan pesta. Ini akan ada pesta besar yang pertama. Setelah itu mereka akan pergi ke rumah orang tua mempelai perempuan, ini periode terakhir sebelum nanti mereka pergi ke rumah mempelai laki-laki dan mengadakan pesta terakhir, di situ baru pernikahan selesai. Periode ketika keluarga atau ketika suami istri yang baru menikah ini pergi ke rumah keluarga mempelai perempuan adalah untuk pengaturan ke depan. Misalnya “kami punya harta begini, kami mau berikan anak kami ini, bagaimana pengaturannya? Kalian akan tinggal di mana, uangnya bagaimana?”, ini pengaturan bisa cepat bisa lama. Bisa cuma basa-basi karena semua sudah rapih, semua keluarga sudah deal. Tapi bisa juga sangat lama, mereka bisa debat dulu. Maka ini bagian yang panjang, karena hal yang berkaitan dengan legal, dengan kepemilikan dan lain-lain itu dengan serius dibahas di dalam pernikahan. Bagaimana nanti kalau mereka bertengkar, kalau sampai berpisah rumah mereka akan jadi milik siapa, hal itu akan dibahas di situ, jadi pembahasan bisa sangat panjang. Setelah semuanya beres, maka pengantin ini akan pergi untuk pertama kali setelah menikah, ke rumah yang telah ditentukan untuk mereka tinggali. Ini akan menjadi pesta antara kerabat, teman-teman yang akrab. Dan biasanya sebelum masuk, mereka akan disongsong dengan gadis-gadis yang membawa pelita. Gadis-gadis yang membawa pelita akan menyalakan pelita, kemudian mereka akan berbaris bersama-sama, ada prosesi masuk yang indah, dimana ada pelita yang mendahului, kemudian di belakang mereka ada pengantin berjalan. Mereka masuk ke rumah, mereka akan mengadakan perjamuan atau perayaan terakhir, setelah itu acara pernikahan selesai. 10 Gadis ini adalah orang-orang yang bertugas untuk menjaga, supaya ketika pengantin masuk, ada perayaan memakai terang dari pelita ini. Dalam tradisi Israel, pelita punya makna penting dan rohani, pelita berkait dengan ketetapan Tuhan mau hadir di tengah Israel. Pelita yang harus terus menyala di rumah Tuhan melambangkan ketetapan Tuhan mau senantiasa hadir di tengah Israel. Dan di bagian lain, misalnya Zakharia, pelita itu adalah Roh Kudus yang akan menggenapi pekerjaan Tuhan di bumi. Jadi Tuhan sudah punya perjanjian untuk memperbarui bumi dan Roh Kudus yang akan menjalankan itu. Itu sebabnya di Kitab Zakharia dikatakan “hei Zerubabel, demikian firman Tuhan: ini firmanKu kepadamu, bukan dengan kekuatan, bukan dengan senjata, bukan dengan kuasa, tetapi dengan RohKu Aku akan melakukannya”, dan ini Tuhan katakan setelah Zakharia melihat gambaran ada 7 kaki dian dan 7 pelita yang menyala. Zakharia menanyakan maksudnya dan Tuhan mengatakan hal tadi “dengan RohKu Aku akan membereskan seluruh perjanjianKu. Aku akan mengerjakan pekerjaan dengan tuntas melalui Roh Kudus”. Jadi pengertian pelita sangat penting, itu sebabnya pengantin yang akan masuk ke rumah mesti disongsong dengan pelita karena ini menjadi simbol kehadiran Tuhan dan perjanjianNya akan dinyatakan lewat keluarga yang baru dibentuk. Jadi ini bukan sekedar perayaan, ini adalah prosesi rohani yang harus dijalankan dengan serius. Siapakah gadis-gadis ini? Gadis-gadis ini adalah kenalan atau teman dekat dari pengantin, entah pengantin pria atau wanita, atau pun keluarga mereka. Mereka dipercaya untuk menyongsong dengan membawa pelita. Pekerjaan yang simple, menyalakan pelita kemudian berbaris, lalu masuk, selesai. Dan mereka adalah kelompok yang boleh menikmati pesta terakhir ini bersama dengan pasangan baru yang baru diberkati ini.
Dikatakan di dalam ayat ini, 5 diantaranya bodoh dan 5 diantaranya bijaksana. Ada yang bodoh, ada yang bijaksana. Yang bodoh adalah yang membawa pelita tapi tidak membawa minyak. Ini membingungkan sekali, mengapa membawa pelita tapi tidak membawa minyak? Ini adalah kecelakaan yang bodoh sekali, kalau tugas kelompok ini adalah menyalakan pelita, mereka perlu membawa minyak. Namun 5 orang ini tidak membawa minyak dengan asumsi nanti mereka bisa minta ke yang lain. Sudah ada pengertian yang sangat tidak bertanggung jawab “saya bisa menjalankan tugas saya dengan minta kepada yang lain. Jadi kalau saya tidak membawa minyak, itu bukan masalah, saya masih bisa minta kepada yang lain. Yang lain membawa pelita jadi mereka juga akan membawa minyak, jadi saya bisa menggantungkan diri saya kepada yang lain”, ini pelayan yang tidak baik. Gadis-gadis bijaksana membawa pelita dan membawa minyak dalam buli-buli mereka. Gadis bodoh tidak menyadari minyak yang diperlukan sangat banyak, karena mereka punya asumsi kalau pengantin yang ditunggu segera datang, mereka tidak perlu persediaan minyak, mereka tidak perlu melakukan apa-apa, tinggal menyonsong pengantin, kemudian selesai. Tapi yang bijaksana berpikir “kalau masih lama bagaimana? Seumpama pengantinnya masih lama datang, minyak harus cukup, karena pelita ini harus menyala. Jadi saya harus bawa minyak cadangan. Pelita dinyalakan dan kalau pengantinnya lama datangnya, pelita harus dipelihara menyala, sehingga saya harus membawa cadangan minyak”, ini yang dipikirkan oleh gadis-gadis bijaksana. Ayat 5, “tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur”. Coba kita renungkan baik-baik, dikatakan gadis-gadis ini harus berjaga-jaga, tetapi mereka tertidur. Tidur salah atau tidak? Tidak, gadis-gadis bijaksana juga tertidur, bukan hanya gadis-gadis bodoh yang tertidur. John Piper pernah mengatakan kalimat yang bagus, “ketika Tuhan datang, kamu harus ditemukan bertanggung jawab”, bertanggung jawab artinya pada waktu siang kamu kerja, pada waktu malam kamu tidur. Jadi tidur itu tidak dosa. Kalau Saudara mengaitkan tidur dengan dosa, itu teologi asketik yang tidak ada di Alkitab. Teologi itu tidak realistis, akan menyesatkan, dan itu teologi yang akan meremehkan kebutuhan tubuh. Seolah-olah istirahat bagi tubuh kita adalah sesuatu yang tidak penting. Itu berakar dari pengajaran Platonis, bukan Kristen tapi Plato. Maka pengajaran yang mengatakan tidur itu harus dilawan, tidur itu tidak boleh. Benar tidur harus dilawan kalau dilakukan di kebaktian seperti ini. Dan John Piper mengingatkan mengapa banyak jemaat yang mengantuk pada hari Minggu, karena hari Sabtu jam 10 malam mereka belum tidur, masih sibuk urus ini dan itu. sudah jam 12 malam belum tidur, sudah jam 1 belum tidur, akhirnya datang ke gereja dan tidur, itu yang menjadi masalah. Maka John Piper mengingatkan “kalau Tuhan datang pada waktu engkau harusnya di kantor, engkau sebaiknya ditemukan Dia di kantor. Kalau Tuhan datang pada waktu malam, engkau sebaiknya ditemukan sedang tidur, bukan sedang main games. Tapi tentu tidak bisa memakai alasan ini kalau ada pekerjaan-pekerjaan yang memang membutuhkan itu. Kalau Saudara bekerja di rumah sakit dan ditugaskan di malam hari, Saudara tidak boleh memakai kalimat saya “Pak Jimmy bilang Tuhan akan marah kalau malam-malam saya bangun”, itu pekerjaanmu, kamu harus bangun malam hari, itu salibmu. Tapi kalau Saudara bangun karena sibuk ngobrol sama orang atau sibuk melakukan ini itu yang juga tidak penting, sibuk chatting untuk hal yang tidak penting, Saudara akan ditemukan tidak bertanggung jawab. Maka kalimat ini indah, baik gadis bodoh dan bijaksana tertidur karena sudah malam. Mereka tidak berkewajiban untuk bangun terus, mereka bukan penjaga, mereka akan dibangunkan oleh penjaga kalau pengantinnya sudah datang, mereka tidak perlu terjaga terus. Maka ketika malam hari, mereka tidur dengan nyenyaknya. Problem dari gadis bodoh adalah tidak membawa minyak, bukan tidur. Keindahan dari gadis bijaksana adalah mereka membawa minyak, bukan karena mereka bangun. Ini yang dikatakan di ayat 5, “mempelai tidak datang-datang, mengantuklah mereka semua lalu tertidur”. Dan ayat 6 tidak mengatakan “ini menyedihkan hati Tuhan, mengapa engkau tertidur, lawanlah”. Ayat 6 “waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!”, maka semua bangun dan membereskan pekerjaannya. Kalimat ini sangat indah, ketika mempelai datang, dia datang sebagai yang akan mengajak pesta. Bagian lain menggambarkan kedatangan Tuhan sebagai Hakim, itu juga benar. Tapi bagian ini mengajarkan kedatangan Tuhan sebagai yang akan mengundang pesta. Siapa yang akan diundang? Saudara dan saya. Mengapa kita boleh diundang? Karena ketika Tuhan datang, Tuhan menemukan kita setia mengerjakan pekerjaan kita. Maka dikatakan ketika mempelai itu datang, semua panik, semua bereskan pelita jangan sampai terlambat. Dan gadis-gadis bodoh melihat pelita mereka mulai kehabisan minyak, dan mereka tidak membawa cadangan, mereka mengatakan kepada gadis-gadis bijaksana “bagi dong”. Kalimat itu identik dengan gadis-gadis bodoh. Saudara yang kebanyakan bilang “bagi dong” bertobatlah. Mengapa bagi? “saya tidak sempat persiapan”. Ini tanda ketidaksiapan, gadis-gadis ini punya tugas mempersiapkan diri, tapi mereka berasumsi pengantin sudah mau datang, mengapa perlu persiapan banyak-banyak? Dan ini merupakan kesalahan fatal di dalam gereja Tuhan, padahal Tuhan sudah peringatkan. Kalau Tuhan akan datang, tinggalkan pekerjaanmu, tinggalkan kuliahmu, tinggalkan semua dan songsonglah Dia. Ini sangat populer beberapa tahun lalu, saya tidak tahu apakah sekarang masih, tapi dulu ketika orang tua saya masih muda, sangat terkenal pengkhotbah yang mengkhotbahkan Tuhan sudah mau datang. Karena itu dia menyuruh semua orang untuk menjual harta, menjual semuanya, berhenti kuliah, songsong Dia. Menyongsong Dia dengan cara melihat ke atas, pergi ke gunung yang tinggi dan menantikan Dia turun. Banyak orang tertipu dengan hal ini, tapi Yesus sudah memperingatkan dengan perumpamaan yang ditemukan berjaga-jaga menantikan kedatangan mempelai adalah yang menganggap serius pekerjaannya. Siapa orang yang menganggap serius pekerjaannya dialah orang yang menyiapkan diri untuk kedatangan Tuhan. Karena begitu Tuhan datang, satu yang akan Dia tanya adalah “bagaimana tugasmu di bumi? Sudah sampai mana engkau bereskan? Apakah engkau bertanggung jawab di dalam tugas ini?”. Maka Saudara harus pikir baik-baik, kalau Saudara adalah orang yang dipanggil untuk sebuah pekerjaan, seberapa serius Saudara mempersiapkan pekerjaan itu. Apakah saya mengerjakan pekerjaan itu dengan penuh tanggung jawab atau sembarangan, apakah saya mengerjakan ini dengan kesadaran Tuhan menyuruh saya atau saya mengerjakannya dengan cara sembarangan? Inilah pengertian kita memahami konsep panggilan dari Martin Luther. Martin Luther mengatakan pekerjaanmu adalah panggilanmu dan panggilanmu adalah pekerjaanmu, engkau harus jalankan pekerjaanmu karena itu panggilanmu. Dalam tradisi Katolik ada pengertian profesi pada pekerjaan. Mengapa seseorang disebut profesional? Karena dia profes, mengaku bahwa apa yang dia kerjakan dikerjakan untuk Tuhan. Profesional tidak hanya berkait dengan dibayar, profesional berarti dia mengerjakan ini sebagai bidang utama dia yang dia kerjakan sepanjang hari untuk diberikan kepada Tuhan. Ada yang pekerjaan utamanya teologi seperti saya, saya akan bersalah kalau saya terlalu banyak mengerjakan hal lain di luar teologi. Saya adalah seorang teolog dan saya adalah seorang pendeta, maka ini tugas saya. Di dalam Kisah Para Rasul dirumuskan pemberitaan firman dan doa adalah tugas para hamba Tuhan. Sehingga waktu seorang hamba Tuhan terus mengerjakan hal lain, dia sedang tidak setia, karena ini pekerjaan yang dipercayakan oleh Tuhan. Tuhan minta orang mengerjakan pekerjaan yang full untuk Tuhan bukan untuk diri, bukan untuk siapa pun. Mari kita renungkan ini baik-baik, ketika Tuhan datang kembali satu aspek yang akan Dia tanya adalah bagaimana engkau mengerjakan pekerjaan utamamu. “Bukan pelayanan di gereja?”, saya harus hati-hati mengatakan ini, pelayanan di gereja sangat penting, namun pekerjaan utama Saudara juga sangat penting. Jadi Tuhan minta kita untuk mengerjakan pekerjaan baik di gereja, seperti yang dikatakan di Kitab Hagai “jangan abaikan rumah Tuhan, mengapa kamu pikirkan pekerjaanmu tapi abaikan tempatKu”, kita tidak boleh mengabaikan pekerjaan Tuhan tetapi Saudara juga harus tahu bukan hanya pelayanan kita di gereja yang Tuhan akan lihat, namun bagaimana kita menyelesaikan tugas kita yang Tuhan berikan kepada kita di dalam kehidupan kita sehari-hari. Inilah pengertian panggilan yang dieratkan dengan kedatangan Tuhan. Kalau Tuhan datang apakah Dia akan menemukan Saudara setia? Saudara sudah kerjakan pekerjaan Saudara dengan baik? Apakah tugas Saudara sebagai guru, dosen, hamba Tuhan, pegawai, pengusaha, atau apa pun itu apakah dikerjakan dengan setia atau tidak? Karena yang sembarangan mengeejakan itu akan Tuhan hakimi juga. Maka di dalam bagian ini ditegaskan bahwa gadis-gadis bodoh hanya menyediakan minyak sedikit, karena Tuhan kan akan datang, “saya abaikan tugas saya karena Tuhan akan segera datang”. Martin Luther mengingatkan tugas kita dan tugas Kristus itu sama. Kristus membeli umatNya dengan cara mati di kayu salib dan apa yang Dia kerjakan adalah apa yang umatNya juga akan kerjakan.
Dan yang Yesus kerjakan adalah hidup di dunia ini untuk menjadi berkat bagi sekelilingNya. Saudara pernah lihat Yesus menyembuhkan orang tanpa bersentuhan dengan Yesus? Tidak ada. Adakah orang yang disembuhkan Yesus dari jauh? Ada, tapi setelah Yesus berbicara dengan orang yang pergi bertemu Yesus. Ada orang yang anaknya demam, dia jalan untuk bertemu Yesus, dia berjalan jauh sekali sampai dia bertemu Yesus, dia mengatakan “Guru, anak saya sakit, tolong sembuhkan dia”, Yesus mengatakan “pulanglah, anakmu hidup”. Di dalam perjalanan pulang, Alkitab mencatat di Injil Yohanes, dia perlu waktu dua kali lebih lama dari pada perjalanan dia bertemu Yesus. Perjalanan dia bertemu Yesus dilakukan dengan cepat karena anaknya mau mati, dia cepat-cepat mau cari Yesus. Begitu sudah bertemu Yesus, Yesus mengatakan “anakmu sudah sembuh, pulanglah”, dia percaya maka berjalan dengan lebih tenang. Dia tahu anaknya sudah sembuh, dia tidak perlu buru-buru untuk pulang, sampai di rumah dia menemukan anaknya sudah sembuh. Tapi anak ini tidak sembuh mendadak, ada dia yang datang bersentuhan dengan Yesus. Yesus tidak pernah sembuhkan orang tanpa bersentuhan dengan orang itu secara relasi, atau bersentuhan dengan orang lain yang bersentuhan dengan orang itu secara relasi. Berarti di dalam kehidupan Yesus di bumi, dia menjadi berkat untuk orang-orang sekelilingNya. Maka waktu Yesus datang ke dunia ini, Dia benar-benar menjadi perwujudan kasih. Dan itu yang Tuhan mau kita lakukan, menjadi perwujudan kasih. Yesus menjadi perwujudan kasih bukan dengan cara sekali Dia datang semua beres, tidak seperti itu. Dia menjadi perwujudan kasih dengan relasi dan bersentuhan dengan orang-orang lain. Saudara tidak diminta Tuhan untuk mengubah dunia ini, tapi Saudara diminta oleh Tuhan untuk bersentuhan dengan orang-orang sekitar yang akan mengalami perubahan karena kehadiran Saudara. Inilah tanggung jawab yang Tuhan berikan. Baik Kristus maupun kita dipanggil untuk pekerjaan yang sama ini. Memberikan perubahan, menyatakan kasih, menyatakan kebenaran, menyatakan pengampunan, menyatakan keadaan yang lebih baik lagi untuk dinikmati oleh orang lain. Ketika Yesus melihat orang buta, dia disembuhkan, melihat orang lumpuh, disembuhkan. Tapi Dia tidak menyembuhkan semua orang lumpuh dan semua orang buta.
Luther katakan melalui pekerjaan kita adalah cara Tuhan memberkati dunia ini. Tuhan memberkati dunia ini lewat apa yang kita kerjakan. Sudahkah Saudara dengan hati nurani yang murni, dengan jujur di hadapan Tuhan mengatakan “Tuhan, saya mengamini khotbah hari ini. memang benar Engkau memanggil saya untuk mengerjakan pekerjaan saya ini supaya orang mendapat berkat”, bisa mengamini ini? Kalau tidak, Saudara adalah orang yang tidak membawa minyak. Karena membawa minyak berarti menjalankan panggilan sesuai kehendak Tuhan dengan bertanggung jawab. Minyak adalah lambang dari pekerjaan Roh Kudus, maka kita mesti dengan jujur mengatakan “Tuhan, saya tahu bahwa apa yang saya kerjakan adalah untuk jadi berkat bagi yang lain”, bisakah kita mengatakan demikian? Kalau bisa, puji Tuhan. Dan saya tidak mau Saudara menyempitkan pekerjaan memberkati itu hanya di dalam aspek yang dianggap rohani, ada banyak aspek lain yang juga penting bagi Tuhan. Di dalam pengertian yang diajarkan Martin Luther kepada gereja adalah makan roti itu sama pentingnya dengan mendengarkan firman. Saudara menyediakan roti bagi orang lain, itu sama pentingnya dengan mendengar firman. Itu sebabnya di dalam Doa Bapa Kami dikatakan “berikanlah kepada kami hari ini roti kami”, itu Doa Bapa Kami. Minta roti kepada Tuhan, makanan yang cukup merupakan bagian dari berkat Tuhan bagi manusia. Kita tidak boleh meremehkan anugerah umum Tuhan, anugerah umum Tuhan itu besar sekali maknanya. Itu adalah pernyataan kasih Tuhan yang begitu dalam kepada manusia. Tuhan memberkati orang jahat, memberkati orang baik dengan pengertian umum ini. Apakah saya diperintahkan oleh Tuhan untuk berbagian di dalam bidang medis atau hukum atau perdagangan atau teologi atau apapun, mari kerjakan itu dengan sebaik mungkin, dengan menyadari Tuhan mau saya mengerjakan ini sebagai utusan dari Kristus untuk mengerjakan pekerjaanNya di bumi. Sudah terlalu lama kita mengabaikan pekerjaan kita sehari-hari sebagai aspek rohani yang harus menjadi berkat bagi orang lain. Tapi hari ini saya mau kita berubah, mari lihat pekerjaan kita sebagai sesuatu serius yang Tuhan tuntut. Karena di dalam bagian selanjutnya Tuhan tidak mengizinkan masuk orang-orang yang tidak bawa minyak itu “kamu tidak mengerjakan pekerjaanmu, enyahlah, Aku tidak mengenal engkau”. Mari kita kembali memikirkan betapa seriusnya hal ini, pekerjaan yang dikerjakan dengan sebaik mungkin demi orang lain, itu begitu penting bagi Tuhan. Di dalam konsep Teologi Reformed, baik mandat budaya maupun mandat Injil adalah sebuah kesatuan, tidak bisa dipisah. Saudara tidak bisa mengatakan ini lebih penting dari yang lain, atau yang satu lebih penting dari yang lain, keduanya tidak mungkin dipisah, keduanya adalah yang Tuhan Yesus kerjakan waktu Dia di bumi ini. Dia memperbaiki banyak hal melalui yang Dia kerjakan.. Dan dia memperbaiki banyak hal melalui mati di kayu salib, sesuai dengan panggilan yang Tuhan berikan kepada Dia. Maka mari pikirkan lagi, kita bawa lampu apa, jenis lampu apa yang Tuhan suruh kita pegang, bagaimana kita harus mengerjakan jadi terang ini, lalu apakah kita sudah menyediakan minyak? Kalau Saudara mengatakan “saya ingin merintis sesuatu yang baru, usaha yang baik, karena negara Indonesia memerlukan ini. Saudara harus memikirkan sesuatu yang akan berlangsung lama. Dan kalau Saudara memikirkan untuk sesuatu yang berlangsung lama, Saudara mungkin akan berpikir “bagaimana kalau Tuhan datang di tengah-tengah? Saya bisa rugi”. Misalkan Saudara mau membuat usaha menumbuhkan lebih banyak sawah di negara ini. Saudara mau menjadi pelopor untuk lebih banyak sawah di negara ini dan Saudara sudah canangkan “saya ingin membuat negara ini menjadi penghasil padi terbesar di dunia, di dalam waktu 20 tahun. Saya akan mulai kerjakan sekarang”. Lalu Saudara mulai pikir-pikir kalau tahun pertama Yesus sudah datang, semuanya akan percuma. Tahun pertama baru beli tanah, tiba-tiba ada bunyi terompet di sorga, lalu Saudara sadar “saya rugi, kalau tahu seperti ini lebih baik melakukan pekerjaan yang cepat saja, penginjilan ke 2 orang, orang itu terima Yesus, saya masuk sorga, selesai. Pekerjaan ini terlalu panjang, saya salah strategi”. Benarkah? Tentu bukan demikian, tapi waktu Tuhan datang, Saudara akan ditemukan setia, karena Saudara siap sedia, sedang mempersiapkan tugas dengan baik. Ini namanya siap sedia menantikan Yesus datang. Siap sedia menantikan Yesus datang adalah merancangkan pekerjaan sebaik mungkin di dalam bidang Saudara untuk menjadi berkat bagi orang lain. Kalau rancangan ini Saudara buat, Saudara akan ditemukan setia oleh Tuhan. Tapi kalau ini tidak pernah dipikirkan, cuma tahu untung, cuma tahu “saya dapat uang, senang”, Saudara tidak pernah pikir bagaimana ini menjadi berkat, bagaimana orang diberkati oleh usaha atau pekerjaan saya, maka kita menjadi orang yang tidak bertanggung jawab, yang tidak membawa minyak itu. Maka seperti yang dikatakan oleh Kitab Zakharia “RohKu (lambang dari minyak dan pelita ini) akan mengerjakan pekerjaan Tuhan di bumi”. Dan di bagian ini ada ilustrasi yang mirip. Gadis-gadis yang memegang pelita itu seperti perwujudan dari Roh Kudus yang menyatakan pekerjaanNya di bumi. Dan ini untuk kita pahami dan kerjakan sama-sama. Apakah Saudara pernah pikir yang Saudara kerjakan penting? Karena dari yang Saudara kerjakan, orang akan mendapatkan bahagia, kesenangan, kesejahteraan dan lain-lain. Kalau iya, perjuangkan ini untuk Tuhan. Kerjakan dengan sebaik mungkin, jangan sembarangan kerja, jangan sembarangan atur uang, jangan sembarangan berstrategi, jangan sembarangan menggunakan apa yang Saudara miliki.
Lalu kesalahan kedua adalah tidak melakukannya untuk Tuhan dan sesama. Apapun yang kita kerjakan dengan sebaik mungkin dan sepandai mungkin, jika bukan untuk sesama, itu sama dengan gadis bodoh ini. Tuhan mengingatkan kalau Tuhan akan datang kembali, Tuhan akan tanya “apakah engkau sudah setia, apakah Aku menemukan engkau mengerjakan pekerjaanmu dengan setia, apakah engkau sudah bertanggung jawab di dalam pekerjaan yang Tuhan percayakan kepadamu?”. Ini satu bagian penting yang harus kita pahami. Dikatakan gadis-gadis bijaksana tidak mau memberikan minyak. Ini jangan disalah-artikan, Saudara mengatakan gadis-gadis bijaksana itu pelit. Apa yang Alkitab nyatakan positif jangan Saudara bilang negatif. Apa yang Alkitab soroti dengan negatif jangan Saudara berikan arti positif. Maka jangan menambahkan penafsiran yang spektakuler dan unik. Jadi ketika gadis bijaksana ini dimintai minyak “bagi dong minyaknya”, gadis bijaksana itu mengatakan “saya punya minyak untuk kerja songsong pengantin bukan untuk menghibur kamu. Saya punya minyak ini untuk Tuhan dan saya kerjakan dengan bertanggung jawab. Saya bukan pelit, saya bukan tidak mau berbagi. Tapi satu ini saya simpan untuk kerjakan untuk Tuhan”. Maka Saudara tidak perlu menjadi orang yang tidak mengerti bagaimana mengatur keuangan. Gagal mengatur keuangan sebenarnya itu juga dosa. Mengatur keuangan hanya demi diri, juga dosa. Kalau Saudara mengatakan “saya punya uang, saya akan memberikan kepada semua orang”, ada orang minta kemudian dikasi, minta kemudian dikasi, minta kemudian dikasi, akhirnya usahanya hancur. Itu salah. Saudara jangan suruh saya berstrategi dalam keuangan bisnis, saya bukan orang yang dipanggil untuk dunia bisnis. Saya dipanggil untuk dunia gereja yang bukan bisnis. Namun saya juga harus punya bijaksana untuk mengatur keuangan gereja bersama dengan pengurus yang lain. Keuangan gereja tidak boleh dipakai sembarangan. Keuangan gereja harus didukung lewat orang-orang yang berkerinduan untuk melayani Tuhan. Itu sebabnya pengelolaan yang bijaksana sangat penting. Strategi untuk bertanggung jawab itu adalah hal yang penting. Jika dunia menuntut keketatan di dalam pekerjaan yang bertanggung jawab dan keuangan yang bertanggung jawab, Tuhan juga menuntut hal yang sama. Mari belajar hal ini, mari belajar melihat pekerjaan kita sebagai panggilan untuk menyongsong kedatangan Tuhan melalui bertanggung jawab di dalam hidup. Maka aspek pengaturan keuangan itu sangat penting sekali. Itu sebabnya kita tidak boleh menganggap bahwa keuangan yang diberikan bisa dengan bebas kita gunakan seenak mungkin, tidak. Semua harus digunakan untuk tanggung jawab kepada Tuhan, menjalankan apa yang Tuhan percayakan untuk kita lakukan. Kalau Saudara mengatakan “saya punya uang sejumlah ini, ini harus saya pikirkan untuk mengembangkan usaha”, itu strategi baik yang harus dipikirkan baik juga. Demikian para gadis bijaksana ini menolak untuk memberikan minyak mereka. Mengapa mereka melakukan itu, apakah tidak punya belas kasihan? Bukan karena itu, tapi karena mereka tahu berstrategi untuk menggenapi pekerjaan mereka. Mereka harus menyongsong pengantin datang, mereka harus menyalakan pelita, mereka tidak boleh sembarangan, maka mereka harus menjaga minyak mereka. Bukan untuk diberikan sembarangan, semua orang boleh ambil asalkan mereka minta, tidak bisa begitu. Maka ketika gadis-gadis bodoh itu minta karena mereka sudah pikir “gadis bijaksana pasti baik, orang bijak kan baik. Yang baik itu biasanya mudah ditipu”, sehingga akan datang dan mengatakan “minta dong”. Gadis bodoh cuma tahu minta-minta, “saya perlu uang, saya minta ya. Saya perlu minyak, saya minta”, tidak pernah pikir bagaimana kesulitan orang lain menyiapkan minyak ini, pokoknya kalau ada orang lain yang punya, akan diminta. Ini adalah sikap yang tidak baik. Saya sangat sedih ketika banyak orang mau masuk ke dalam pelayanan, disuruh untuk mencari uang sendiri. Bagi saya itu tindakan kejam. Saya sangat bersyukur di dalam Gerakan Reformed ini Tuhan memelihara dan memberikan kecukupan. Bagaimana orang bisa menghargai pekerjaan Kristen, kalau pekerjaan Kristen selalu identik dengan minta-minta. Minta ini minta itu, pokoknya kamu ada uang silahkan kasi ke saya, kamu ada sumber kasi ke saya. Kalau kamu punya sumber saya juga perlu. Tapi kita tidak pernah pikir orang itu punya sumber yang harus dia pertanggung-jawabkan kepada Tuhan. Banyak orang mengatakan “GRII Pusat itu banyak uang”, tapi Pak Tong selalu mengingatkan “bukan banyak uang, tapi perlu banyak uang karena perlu kerjakan banyak hal”. Gadis bodoh ini bukan hanya bodoh tapi juga jahat dan tidak peduli kesulitan orang lain, “yang tahu kamu ada, kasi uang dong. Kalau kamu punya uang berikan kepada kami”. Pernahkah kita gereja, waktu mau mengadakan sesuatu kemudian minta uang kepada yang lain? Tidak. Kita kerjakan KKR untuk menjadi berkat bagi kota ini, bukan untuk diri kita. Kita yang tanggung biaya untuk sewa gedung, kita tanggung biaya untuk segalanya. Ada beberapa orang yang bukan dari gereja kita berbagian karena mereka tahu pelayanan Pak Tong. Tapi kita tidak pernah minta, kita tidak datang ke pemilik gedung dan mengatakan “Pak, kami mau sewa gedung, tolong kasi free. Karena kita sama-sama orang Kristen”, kita tidak pernah lakukan itu. Karena kita tahu dia juga harus bertanggung jawab gedungnya kepada Tuhan. Kita harus cari uang, kita harus mencukupkan apa yang kita perlukan untuk kebutuhan ini. Itu sebabnya belajar mencukupkan diri, belajar menjadi berkat, itu panggilan Kristen yang penting. Jangan menjadi orang yang hanya tahu mengandalkan orang lain, “mudah, kalau saya perlu apa, tinggal telepon si ini, tinggal minta si ini. Kalau ada orang yang saya bisa minta, saya bisa amankan keuangan dari dia, itu sudah aman”. Di dalam tradisi percakapan hamba Tuhan yang jahat ada istilah burung gagak. Ini istilah rohani untuk orang yang suka support pendeta, burung gagak, mirip seperti yang dialami Elia. Elia tinggal di tepi Sungai Kerit, yang kasi makan adalah burung gagak. Biasanya orang akan mengatakan “di gerejamu ada berapa ekor burung gagak?”. Saya paling benci dengar orang yang mengatakan seperti ini “di gerejamu ada berapa burung gagak?”, saya mengatakan “di gereja kami tidak ada burung gagak, kami semua elang, kami semua perkasa, bukan gagak”. Burung gagak itu punya konotasi yang negatif, identik dengan burung yang suka mencuri dan juga identik dengan hal-hal negatif, kuasa jahat. Sebenarnya tidak ada kesan agung kalau dibilang seperti burung gagak. Mengapa orang bilang seperti itu? “Karena saya bekerja dan saya juga perlu tambahan uang, saya perlu dekati orang untuk nanti support saya”. Saya dengar cerita kalau di sebuah gereja ada pendeta yang sangat senang hari raya karena dia pasti akan mendapat banyak hadiah dari jemaat dan banyak pemberian. Kalau dekat Natal itu keuangan bertambah, hadiah bertambah, paling senang kalau dekat Natal karena ada semangat Natal dari jemaat, semangat memberi. Tapi pendetanya tidak mau memberi. Hamba Tuhan tidak tahu memberi, hanya tahu minta-minta itu sama dengan gadis yang bodoh. Gadis yang bijaksana tidak mudah dibodoh-bodohi, tidak mudah diberikan muka belas kasihan. Gadis yang bijaksana cuma mengatakan “saya punya tugas. Saya harus kerjakan tugas ini. Maaf ya, ini tugas saya. Kamu silahkan beli saja, cari di tempat lain”. Akhirnya mereka cari di tempat lain, susah mendapatkannya. Setelah dapat, mereka kembali ke tempat pesta dan pintu sudah ditutup, pesta sudah dimulai. Mereka ketok-ketok mengatakan”izinkan kami masuk, kami sudah punya minyak”, orang yang di dalam tanya “untuk apa minyaknya?”, “untuk menyalakan pelita”, “terus untuk apa pelitanya?”, “untuk menyongsong pengantin masuk ke rumah”, “pengantinnya sudah masuk”, apa gunanya pelita ketika pengantin itu sudah masuk ke rumah. Mereka tidak punya alasan untuk diizinkan masuk. Karena orang yang bertugas menyongsong seharusnya berjalan di depan, kalau bertugas menyongsong mengapa berjalan di belakang?
Biarlah kita bertanggung jawab di dalam hidup kita, jangan menjadi orang yang cuma minta-minta, tapi jadi orang yang berstrategi, simpan uang baik-baik, pelihara baik-baik kepercayaan yang Tuhan berikan, tanggung jawab sebaik mungkin dan fokus kepada pekerjaan Tuhan lebih dari pada sekedar mendengar seruan bujuk rayu orang minta-minta uang. Harap perhatikan ini baik-baik, Saudara tidak menjadi orang Kristen yang gagal kalau Saudara berbelas-kasihan namun tidak sembarangan memberi. Tapi kalau Saudara tidak sembarangan memberi bukan karena alasan kikir atau pelit, tapi karena alasan saya punya fokus, uang ini dari Tuhan. Saya kerja keras dan Tuhan berikan uang ini, harus saya pakai untuk kebahagiaan orang banyak. Harus saya pakai untuk menjadi berkat yang lebih secara bertanggung jawab. Dari sini Saudara akan menjadi orang Kristen yang menjalankan hidup sebagai panggilan dan menjalankannya dengan segala keseriusan. Inilah pengertian yang indah sekali dari menantikan kedatangan Tuhan. Yesus mengatakan “mau menantikan kedatangan Tuhan?”, “mau, saya mesti melakukan apa?”, “kerjakan pekerjaanmu sehari-hari dengan bertanggung jawab”. “Apa itu bertanggung jawab?”, kerjakan dengan sebaik mungkin, dengan atur sebaik mungkin, dengan kelola sebaik mungkin, dan kerjakan untuk kebahagiaan orang lain, kerjakan untuk bahagia dari komunitas dan kamu sedang mempersiapkan kedatangan Tuhan. Kiranya ketika Tuhan datang, Tuhan menemukan kita setia di dalam segala panggilan yang Dia perintahkan kepada kita.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)