(Filipi 2: 1-11)
Kita bersyukur karena di dalam Reformasi ada tekanan tentang teologia salib. Ini adalah suatu tekanan teologi yang Martin Luther ajarkan melalui kotbahnya atau melalui pemaparan tentang imannya di kota Heidelberg. Pada waktu itu Roma ingin memanggil dia untuk datang ke Roma mempertanggung-jawabkan apa yang dia katakan. Tapi waktu itu Pangeran Fredrick melarang untuk dia pergi. Pangeran Fredrick mengatakan bahwa semua hearing, semua pendengaran, semua pengadilan untuk Luther harus dilakukan di Tanah Jerman, dan dia punya otoritas ketat untuk pertahankan ini, sehingga akhirnya dia memberikan pertanggungan jawab di Kota Heidelberg. Di sini dia membahas tentang perbedaan dari teologi gereja pada waktu itu dengan apa yang Alkitab ajarkan. Dia mengatakan bahwa gereja pada waktu itu mengenal teologia kemuliaan, teologia yang menekankan tentang kemuliaan, tapi bukan kemuliaan Tuhan melainkan kemuliaan diri. Sedangkan Kristus menekankan tentang salib, dan salib beda dengan kemuliaan yang dicari oleh gereja, adalah tempat dimana kemuliaan itu menjadi kosong. Mengapa Yesus mengosongkan diri? Di Surat Filipi dikatakan supaya kemuliaan Allah dinyatakan. Ini adalah hal yang sangat terkait, tidak ada orang yang bisa menyatakan kemuliaan Tuhan tanpa dia mengosongkan diri. Jika kita pegang kemuliaan bagi diri, Tuhan tidak mungkin dipermuliakan. Jika kita mau kosongkan diri, baru kemuliaan Tuhan bisa dinyatakan. Ini adalah pola yang Surat Filipi nyatakan, karena di dalam Surat Filipi dikatakan Kristus dalam rupa Allah. Kata yang dipakai untuk rupa di sini adalah morphe, dan morphe disini bukan berarti Dia adalah Allah lalu kehilangan ke-Allah-an. Kalau Dia adalah Allah, ketika menjadi manusia Dia berhenti jadi Allah, maka semua berita yang Paulus beritakan di Filipi 2 kehilangan maksudnya. Tuhan Yesus adalah Allah, waktu Dia menjadi manusia, Dia tetap Allah. Dia adalah Allah sejati, Dia juga manusia sejati. Dia mempunyai 2 natur di dalam 1 pribadi, Dia adalah Allah sejati dan Dia adalah manusia sejati. Tapi waktu Dia menyatakan diri di dunia, Dia menyatakan morphe manusia, Dia menyatakan sebagai rupa manusia, bukan Allah. Itu sebabnya Surat Filipi mengatakan bahwa waktu manusia hidup di dunia, manusia harus hidup dengan meneladani Kristus. Mengapa meneladani Kristus begitu penting? Karena kalau seorang meneladani Kristus, dia akan menjadi orang yang menyatakan kemuliaan Tuhan. Kemuliaan Tuhan tidak bisa dinyatakan selain dengan kekosongan dari orang yang mau menyatakannya. Pola ini sangat tidak dimengerti oleh setan Karena dia ingin kemuliaan bagi diri, karena dia penuhi dirinya dengan kemuliaan diri, sehingga tidak ada tempat bagi kemuliaan Tuhan.
Itu sebabnya di dalam Filipi 2 ini ada pesan yang sangat penting untuk kita. Di dalam Filipi 2 diajarkan bahwa Saudara dan saya mesti lihat Kristus, mesti mengamati Kristus, mempunyai keadaan yang meneladani Kristus. Itu sebabnya di ayat yang ke-1 Paulus mengatakan “dalam Kristus ada nasehat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan roh, ada kasih mesra dan belas kasihan”. Paulus mengatakan “kalau kamu ingin jadi gereja yang memuliakan Tuhan, kamu harus lihat kepada Kristus yang memberikan penghiburan, persekutuan, kasih mesra dan belas kasihan”. Paulus meminta untuk semua mempunyai satu pikiran, satu hati dan satu jiwa. Gereja tidak boleh hidup dalam keadaan yang terpecah, tidak boleh punya banyak proyek yang bukan dari Tuhan. Saudara bisa cek dari apa yang dikerjakan oleh GRII, adakah proyek yang bukan pekerjaan Tuhan? Adakah kita buang-buang waktu, tenaga terlalu besar hanya untuk merayakan HUT, misalnya. Tidak. Kita mati-matian kerjakan sesuatu yang berkait dengan rencana Tuhan. Tapi sekarang banyak gereja mendirikan gereja tanpa tahu dia harus pegang doktrin apa. ini tidak terjadi pada GRII, pada waktu Pak Stephen Tong mau mendirikan, dia mengatakan “berteologi Reformed. Kamu baca Westminter Cathecism, kamu baca Westminster Confession of Faith, kamu baca Pengakuan Iman Rasuli, kamu baca dari Heidelberg dan lain-lain. Dari tradisi Reformed” itu yang kami pegang. Maka jika gereja kehilangan identitas, kehilangan arah, kehilangan tujuan untuk melayani, dia akan dipakai setan untuk mengacaukan banyak orang. Dan salah satu indikasi bahwa gereja itu sudah tersesat adalah keinginan untuk terus menjadi besar dan megah, terus ingin menjadi populer, terus ingin menjadi pusat, terus ingin menjadi sorotan yang paling penting. Tetapi Paulus mengingatkan gereja Tuhan tidak boleh seperti itu, gereja Tuhan harus melihat kepada Kristus.
Bagaimana melihat kepada Kristus? Charles Spurgeon pernah mengatakan Tuhan memerintahkan kita untuk mengamati, melihat Kristus, melihat dengan keinginan besar untuk mengadopsi gaya hidupNya. Bukan cuma melihat untuk tahu, tapi melihat supaya saya bisa jalankan yang Dia sudah jalankan. Saya mau jalankan apa yang Kristus jalankan. Dan apakah yang Kristus jalankan? Alkitab mengatakan Kristus menjalankan jalan salib. Apa itu jalan salib? Jalan salib berarti Kristus rela meninggalkan kemuliaan yang Dia memang berhak dapat, poin pertama ini berat sekali. Paulus tidak menyuruh kita untuk melihat kepada yang lain, Paulus suruh kita untuk melihat kepada Kristus. Dan Paulus tidak mengatakan Kristus kehilangan kemuliaan yang asing. Kristus rela kehilangan kemuliaan yang Dia memang miliki. Kalau kita tidak mempunyai kemuliaan, kita tidak kehilangan kemuliaan, itu adalah hal yang wajar. Tapi banyak manusia mengejar hidup seperti ini, hidup untuk dianggap lebih mulia dari aslinya. Orang Kristen yang munafik seperti ini, ingin dianggap lebih suci dari aslinya, ingin dianggap lebih pintar dari aslinya, ingin dianggap hebat dari aslinya, sehingga menampilkan hal yang baik supaya orang menilai dia lebih baik dari aslinya. Ini sebenarnya berlawanan dengan pengertian dari Alkitab yang disebut dengan kemurnian atau kesucian. “Berbahagialah orang yang murni hatinya”, apa itu murni? Murni berarti siapa saya di dalam sama seperti saya di luar, apa yang saya miliki di dalam itulah yang kamu bisa lihat ke luar.
Dan saya ingin bagikan dalam 4 hal yang akan berkait dengan kehidupan praktis kita ketika kita ingin menghidupi kehidupan seperti Kristus. Hal pertama yang Kristus ajarkan kepada kita adalah cara mengosongkan diri, cara pertama adalah kita tidak hidup untuk diri, itu standar paling utama, standar paling penting. Kalau saya hidup untuk diri, saya sulit untuk tidak munafik, saya pasti akan pura-pura, saya pasti akan tampilkan yang lebih baik dari pada aslinya, saya pasti cari kemuliaan lebih dari aslinya, karena saya terus merasa saya mesti hidup untuk diri. Kalau saya hidup untuk diri maka diri harus dianggap hebat, diri harus dianggap pada posisi yang lebih tinggi karena diri yang menjadi fokus dari kehidupan saya. Tapi waktu kita belajar melihat yang lain, pada waktu itu kita belajar melihat diri kita sebagai orang yang mendedikasikan diri bagi orang lain. Waktu seseorang mendedikasikan diri bagi orang lain, pada waktu itu dia akan melihat dirinya menjadi lebih baik. Ketika orang tua mempunyai anak, dia akan mulai lihat dirinya bukan untuk dirinya sendiri, “sekarang saya hidup ada anak, saya harus memelihara dia, mendidik dia, menjadi contoh untuk dia”. Waktu dia melihat kepada pribadi yang lain, baru dia menemukan dirinya menjadi lebih lepas, menjadi diri yang lebih utuh. Manusia tidak pernah diciptakan untuk berfokus kepada diri, manusia diciptakan untuk mendedikasikan diri kepada yang lain. Ini dedikasi diri yang mesti kita pelajari, mesti benar-benar kita ketahui. Tanpa dedikasi kepada yang lain, kita tidak sedang menjadi manusia. Seorang bernama Buber mengatakan manusia itu relasional, kalau dia tidak berelasi dengan yang lain, dia akan habis. Tapi kalau relasi itu hanya sekedar mengenal dan menyapa “hai” itu bukan relasi. Saya yakin banyak di antara kita yang relasinya hanya sekedar “hai”, ini bukan relasi. Bahkan mengenal nama pun belum tentu relasi. Relasi adalah ketika kita mengizinkan diri kita diubah oleh orang yang kepadanya kita berelasi. Kalau kita tetap menjadi diri kita tanpa ada perubahan, tanpa ada penyesuaian untuk berelasi dengan orang lain, kita tidak sedang berelasi. Kalau saya orangnya keras, lalu saya berelasi dengan orang yang mudah sekali hancur, saya mesti kurangi kadar kekerasan saya, kalau terus ngotot orang itu akan hancur. Maka saya mengizinkan diri saya diubah, mengizinkan diri saya berproses supaya saya boleh berelasi dengan orang itu. Itu baru namanya relasi. Di dalam relasi kita akan membuka diri untuk orang yang kita terima di dalam relasi. Makin dalam relasi itu makin besar bagian diri kita yang harus diubah. Demikian ketika kita berelasi dengan Tuhan, kita mengatakan kepada Tuhan, “Tuhan, di dalam relasi ini saya sedang membuka diri saya untuk diubah oleh Tuhan, biarlah Tuhan ubah apa pun yang tidak beres yang harusnya tidak ada pada saya, Tuhan singkirkan. Yang baik, yang harusnya ada, biar Tuhan yang bentuk. Ini hal pertama, bagaimana caranya saya meneladani Kristus? Poin penting nomor satu, Saudara harus hidup dalama relasi, in relationship, tapi bukan dalam arti pacaran. Ketika saya hidup dalam relasi dengan orang, dengan tetangga, dengan yang lain-lain, pada waktu itu saya sedang belajar meniadakan diri. Makin saya mendedikasikan diri bagi yang lain, makin diri saya ditiadakan. Tapi meniadakan diri cuma aspek pertama dari kemuliaan Tuhan yang akan dinyatakan.
Maka kedua, relasi Saudara adalah relasi yang memberkati demi kemuliaan Tuhan. Saudara ingin menjadi berkat untuk orang lain mengenal Tuhan, ingin menjadi berkat untuk orang lain mencicipi kebaikan Tuhan. Di dalam Surat Efesus, Tuhan adalah Tuhan yang begitu baik, Tuhan memberikan kebaikan di sekeliling kita, kita dikurung oleh kebaikan Tuhan. Saudara mau lihat kemana pun, Saudara akan lihat tidak ada inci yang tidak menyatakan kemuliaan Tuhan, ini kutipan John Calvin. John Calvin mengatakan kemana pun kamu memandang, tidak ada inci yang tidak menyatakan kemuliaan Tuhan. Tuhan begitu baik, Tuhan mengurung kita dengan kebaikan. Saudara mau pergi ke kanan, ke kiri, pergi ke depan, ke belakang, lihat kemana pun Saudara akan melihat kebaikan Tuhan sedang dinyatakan. Kita tidak bisa menyangkal ini, Saudara dan saya adalah orang-orang yang sangat diberkati, karena kemana pun Saudara melihat, kebaikan Tuhan itu real. Tapi kalau Saudara lihat kiri kanan cuma lihat hal-hal yang jelek sekali pun, tetap ada hal baik yang Tuhan akan nyatakan kemudian. Sering kali kita mengatakan “Tuhan, saya ingin melihat kebaikan, tapi saya tidak lihat. Saya rasa hidup saya seperti Ayub, semuanya rusak, semuanya kacau”. Bahkan kepada Ayub pun Tuhan meminta Ayub melihat kebaikan Tuhan yang meski pun tidak dimengerti tapi pasti ada di kehidupan Ayub. Orang yang gagal melihat ini akan sulit untuk melepaskan dirinya, mendedikasikan dirinya bagi yang lain. Kalau Saudara mau dedikasikan diri bagi yang lain, pertama-tama Saudara harus sadar bahwa Tuhan itu baik. Bagaimana bisa menolong orang lain, bagaimana bisa menjadi berkat bagi orang lain, kalau kita pun masih bergumul tentang kebaikan Tuhan? Tuhan yang baik adalah Tuhan yang mengurung kita dengan berbagai berkat, sehingga waktu kita sadar kita dikurung oleh berkat yang demikian limpah, kita tidak bisa tidak menjadi berkat. Kita punya kerinduan untuk kosongkan diri demi yang lain karena kita tahu kita tidak akan mungkin pernah kosong. Orang yang menyampaikan firman, akan tahu dia tidak akan pernah kosong meskipun harus menyampaikan firman berkali-kali. Orang yang tidak ingin menyalurkan adalah orang yang belum mengerti mana sumbernya. Kalau sumbernya adalah Tuhan, maka keinginan kita adalah untuk berbagi. Ini poin kedua yang sangat penting, Saudara tidak hanya ingin berelasi, tapi ingin bersumbangsih di dalam relasi itu. Kebaikan kepada sesama manusia adalah kebaikan yang bukan optional. Saudara kurang dalam murah hati, mesti perbaiki kemurahan hati. Saudara kurang dalam berdedikasi, mesti perbaiki dedikasi. Jangan berlindung di dalam hal yang kita sudah kuat lalu mengabaikan hal yang kita masih lemah.
Hal ketiga, di dalam Filipi 2 adalah keharusan untuk mengambil posisi yang rendah, ini aspek ketiga yang penting. Saudara menjadi berkat dengan kerelaan merendahkan diri, bahkan kewajiban merendahkan diri. Sekali lagi Paulus mengatakan perendahan diri itu bukan pilihan. Saudara dan saya tidak diberikan opsi “kamu mau merendahkan diri atau tidak?”, tapi Saudara dan saya dipanggil untuk merendahkan diri. Kita dipanggil untuk meneladani Kristus, bukan kalau bisa ikut Dia. Saudara harus rendahkan diri, itu jadi tuntutan yang Tuhan mau kita kerjakan. Kita semua punya level perendahan diri yang kita kerjakan, ada di antara kita yang mungkin harus terpaksa luangkan uang atau waktu atau apa pun untuk pekerjaan Tuhan, lalu harus merendahkan diri untuk menjalankan pelayanan itu. Menyangkal diri adalah sesuatu yang harus kita kerjakan. Maka waktu saya menjalankan pelayanan dengan keharusan merendahkan diri, pada waktu itu saya tahu Tuhan sedang bentuk saya untuk menjadi orang yang bisa mencerminkan kemuliaan Tuhan.
Yang keempat, di dalam Filipi dikatakan bahwa waktu Saudara merendahkan diri, Saudara merendahkan diri bukan hanya dengan kerelaan, tapi juga dengan ketaatan. Perendahan diri adalah sesuatu yang bisakita pilih, tapi John Calvin juga mengatakan di buku ke-3 kadang-kadang Tuhan akan paksa. Ini poin keempat, Saudara dan saya akan dikosongkan oleh Tuhan, kita akan dipaksa untuk merendah, untuk menghabiskan diri sampai serendah-rendahnya. Dan ketika momen ini tiba, Saudara tidak bisa lihat kepada siapa pun, kecuali kepada Kristus. Kalau engkau tidak melihat kepada Kristus, engkau tidak mungkin memiliki pengharapan. Kalau engkau tidak melihat kepada Sang Juruselamat, engkau tidak mungkin bertahan di dalam keadaan seperti ini. Waktu saya membaca buku ketiga dari John Calvin, saya sangat gentar karena John Calvin mengalami begitu banyak hal sebelum dia menulis buku ketiga ini. Waktu dia pelayanan di daerah Strasbourg, dia mendapatkan seorang istri, kemudian mempunyai seorang anak. Ketika baru datang kembali ke Jenewa, tidak berapa lama anak yang dilahirkan itu meninggal. Kemudian dia mendapatkan anak kedua, ternyata meninggal juga. Anak ketiga dilahirkan dan meninggal juga. Tiga anak dilahirkan dan meninggal waktu usianya masih bayi. Semua orang yang menjadi musuhnya, kumpulkan orang-orang di Jenewa untuk menentang Calvin dengan mengatakan “Calvin itu adalah nabi terkutuk, buktinya anaknya mati semua. Dia bukan orang yang baik, dia adalah palsu, mari kita singkirkan dia dari Jenewa karena dia tidak pernah boleh dianggap sebagai hamba Tuhan yang baik”. Keadaan itu sangat menakutkan bagi Calvin dan keluarganya. Lalu mereka mendirikan begitu banyak kelompok untuk menentang Calvin. Akhirnya Calvin menjadi orang yang dianggap hina sekali. Bayangkan melayani di tempat seperti itu, tapi Calvin tetap lakukan. Calvin mengatakan jika engkau dipaksa untuk merendahkan diri itu cara Tuhan untuk membentuk kerohanian kita. Kita hidup begitu enak, semua serba manja. Saya kadang sedih sekali waktu melihat anak muda yang terlalu mudah menyerah. Ada yang mengatakan “saya tidak bisa datang kebaktian karena gerimis”, karena gerimis tidak datang? Gerimis akan selalu ada, lebih baik ada gerimis supaya tidak kekeringan. Banyak orang yang meng-excuse dirinya, diri capek sedikit langsung di-excuse, diri lemah sedikit langsung di-excuse. Saya sekarang mengerti kekuatan Calvin di mana, di salib. Dia melihat Yesus yang tekun jalan ke salib, sampai mati di kayu salib, dia jalankan hal yang sama. Maka kita semua harus melihat hal yang keempat ini sebagai poin yang utama yaitu Tuhan akan dipermuliakan kalau kita sudah tahu salib kita itu apa. Salib kita adalah keadaan di mana kita rela menghabiskan semua sampai nyawa kita sekali pun, di titik itu. Ada orang yang mengatakan “demi berita Injil, nyawa saya akan saya berikan sampai titik penghabisan”, “saya mau memberikan kekuatan saya untuk membangun bangsa ini”, maka dia akan habiskan kekuatannya sampai mati. Waktu orang mengatakan “saya akan dedikasikan hidup saya untuk generasi muda”, dia akan habiskan hidupnya untuk generasi muda. Kalau orang Kristen mempunyai niat yang kurang dari ini, kita sulit mengatakan kita orang Kristen. Harap kita mengerti Soli Deo gloria. Mengapa ada soli Deo gloria di dalam hati Luther? Karena Luther mengatakan “hidup saya untuk memberitakan firman dan Tuhan akan dipermuliakan”. Waktu Calvin mengatakan dia akan memikul salib pada akhirnya, pada waktu itu kemuliaan Tuhan dinyatakan. Soli Deo gloria.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)